Yang Kaya dan Papa di Mumbai

Zubaedah Hanum
28/8/2016 04:30
Yang Kaya dan Papa di Mumbai
(MI/ZUBAEDAH HANUM)

Kota ini punya dua wajah yang teramat kontras, tapi keduanya dipertontonkan hingga batas maksimal.

HANGATNYA sinar matahari saat pertama saya tiba di Kota Mumbai, India, tak berbeda seperti saya di Jakarta. Meski sudah pukul 08.00, Kota Mumbai yang dahulu dikenal dengan nama Bombay itu masih saja diselimuti kabut putih.

Di beberapa tempat, kabut itu bahkan terlihat menebal hingga menutupi sekitarnya. Tak jelas asal-muasal kabut itu. Namun, lepas pukul 12.00, kabut tersebut sudah tak terlihat dan berganti dengan indahnya warna biru langit di ibu kota Negara Bagian Maharashtra itu.

Kota bekas jajahan Inggris itu terletak di Pulau Salsette, lepas pantai barat Maharashtra dan berbatasan dengan Laut Arab. Saya dan sekitar 50 anggota PT K-Link Nusantara beruntung sekali mendapat kesempatan untuk dapat melihat langsung kampung halaman aktor Bollywood Shah Rukh Khan itu.

Warga lokal yang menjadi pemandu wisata saya mengatakan, dengan populasi lebih dari 25 juta jiwa, Mumbai didaulat menjadi kota dengan penduduk terbanyak di India, disusul New Delhi, Chennai, dan Kalkutta.

Sunday papa

Kebanyakan penduduk Mumbai bekerja di luar kota. Rata-rata sekitar 30-50 kilometer (km) jarak yang harus ditempuh mereka dari rumah ke tempat kerja.

"Di sini ada sebutan sunday papa bagi para pekerja laki-lakinya. Mereka harus berangkat pagi buta saat anak-anak mereka masih tidur dan pulang ke rumah juga saat anak sudah tidur. Jadi, ketemu intensnya saat hari libur saja," ucapnya.

Tak hanya dikenal sebagai kota finansial terbesar dan terpenting, Mumbai juga disebut sebagai kota kumuh alias slum city paling parah di India. Sejumlah warga mereka hidup berkelompok di bantaran laut dan mengotori pemandangan kota. "Mereka mandi, buang hajat di situ. Mereka disebut sebagai toiletnya Mumbai," ungkapnya.

Pemandangan kumuh tidak hanya didapati di bantaran laut, tetapi juga di pusat kota yang berdekatan dengan pasar tradisional. Rumah susun yang saya lihat di wilayah Mumbai Central, misalnya, jauh dari kesan bersih. Tebalnya debu cokelat menempel di dinding bercat gelap rumah susun itu, disertai pemandangan jemuran baju di teralis jendela, memberikan kesan awut-awutan.

Selain perkampungan kumuh, seperti kota metropolitan lainnya, Mumbai juga memiliki problem serius soal sampah. Di setiap sudut kota pasti ada sampah-sampah berserakan.

Namun, di beberapa tempat seperti pasar, kebersihan jalan para pejalan kaki cukup terjaga. Begitu juga saat saya melewati pinggiran kota yang berbatasan langsung Laut Arab.

Tontonan kekayaan dan kemiskinan

Bersama kota-kota pinggirannya, Mumbai menjadi area metropolitan terbesar keempat di dunia. Kota itu menarik imigran karena memiliki peluang bisnis yang besar dan taraf hidup yang tinggi.

Di India, kota ini menjadi pusat perdagangan, finansial, dan hiburan. Bollywood, pusat perfilman India, juga terletak di kota ini. Ada tiga keluarga dari Mumbai yang tercatat sebagai orang-orang terkaya di dunia, yakni Ambani, Birla, dan Tata. "Mereka terkaya di Rajashtan," sebut si pemandu wisata. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya