PENGGUNAAN ponsel pintar di Indonesia sepertinya tidak menunjukkan tanda melambat. Hasil survei Consumer Barometer dan Google menunjukkan jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia mencapai 43% atau sekitar 4 dari 10 orang.
Sebanyak 67% dari total pengguna memilih menggunakan ponsel pintar mereka untuk berbelanja daring. Angka itu merupakan yang tertinggi di dunia disusul Amerika Serikat sebesar 10% dan Inggris 7%. Sisanya 4% pengguna berbelanja dengan menggunakan tablet dan 15% melalui PC.
Consumer Barometer merupakan perangkat daring yang menyajikan dan membandingkan perilaku konsumen digital dan perilaku belanja di seluruh dunia secara gratis. Data yang disajikan termasuk seberapa sering masyarakat beraktivitas daring, metode pencarian yang dilakukan, melakukan riset, dan pola belanja, serta perangkat yang digunakan. Consumer Barometer 2015 menambahkan 10 sektor baru termasuk busana dan sepatu, properti, penerbangan, hotel, kosmetik, musik, dan restoran.
Angka 43% itu mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu yang berada di angka 28%.
"Kini para konsumen menjalani kehidupannya secara online, tidak jauh dari sejumlah layar dan perangkat. Sangatlah penting bagi brand hadir saat 'momen-mikro' terjadi--yakni saat preferensi dibentuk dan keputusan dibuat oleh konsumen," papar Chief Marketing Officer Google Asia-Pacific Simon Kahn di Jakarta, Selasa (4/8).
Riset tersebut dilakukan terhadap 1.200 orang Indonesia sejak Januari hingga Maret 2015 yang ditemui secara langsung. Hampir semua pengguna ponsel pintar di Indonesia menggunakan fitur pencarian guna mencari informasi yang diinginkan.
"Indonesia ialah salah satu dari 21 negara di dunia dengan penggunaan ponsel pintar lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan perangkat komputer," papar Head Marketing of Google Indonesia Veronica Utami.
"Sebanyak 30% dari pemilik ponsel pintar ini melakukan penelusuran dengan perangkatnya setidaknya satu kali dalam seminggu."
Pemasaran Berdasarkan hasil riset itu, Google ingin menunjukkan kebiasaan dari konsumen kepada pemasar dan media planner. Hasil statistik itu sangat membuka peluang bagi pemasaran produk secara daring.
Dengan demikian, bagian pemasaran bisa memantau aktivitas masyarakat secara daring, bagaimana mereka mencari informasi, melakukan riset, dan membeli termasuk kebiasaan konsumen untuk menonton video.
"Karena 67% dari pemilik smartphone (ponsel pintar) di Indonesia berbelanja langsung di ponsel mereka dan dengan adanya pengaruh dari smartphone pada saat mereka belanja di toko, cukup jelas bahwa bisnis di Indonesia perlu memiliki strategi pemasaran seluler," tambah Simon Kahn.
Situs Consumer barometer sebenarnya juga menjadi acuan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam menentukan rencana pemasaran mereka termasuk mengenai pasar baru, evaluasi saluran, dan selera konsumen terhadap konten tertentu. Pasalnya, barometernya mencakup perilaku berbelanja konsumen 56 negara, termasuk Indonesia.
Hasil survei itu juga bagian dari upaya Google untuk meluncurkan platform terbaru mereka, Google My Bussines, yang dirilis tiga bulan lalu. Platform itu berguna untuk membantu pebisnis Indonesia yang beromzet ratusan ribu hingga miliaran rupiah dalam memasarkan produk secara daring. (M-4)