Pembuktian Diri di Kedalaman Laut

Fario Untung Tanu
21/8/2016 11:14
Pembuktian Diri di Kedalaman Laut
(DOK. JAKARTA OCEAN DRIVE)

DI dasar kolam renang sedalam 3 meter itu ditempatkan rangkaian pipa yang membentuk kubus, kemudian satu per satu orang dengan peralatan menyelam lengkap berusaha melalui kubus tersebut dengan seminim mungkin gerakan.

Sekilas memang tampak mudah, tapi tidak sedikit orang yang tidak mulus melaluinya. Terkadang tubuh hampir menyentuh dasar kolam ataupun menyentuh pipa-pipa atau masih perlu menggerakkan tubuh.
"Kemampuan buoyancy saya saat ini masih belum begitu bagus dan bikin enggak nyaman selama berada di dalam air," tutur Agussalim Jusuf kepada Media Indonesia, Senin (15/8).

Latihan melewati rangkaian pipa merupakan latihan daya apung (buoyancy) dalam olahraga selam scuba (selam dengan penggunaan alat pernapasan bebas untuk berada di bawah air). Kemampuan mengapung itu sangat penting untuk efisiensi tenaga penyelam maupun untuk menghindari kerusakan karang dan biota laut lainnya.

Kemahiran penyelam dalam mengontrol daya apungnya bisa dilihat dari seminim mungkin gerakan yang ia lakukan. Kemahiran itu merupakan hasil penggunaan pemberat tubuh yang tepat, kemampuan mempertahankan postur horisontal (trim) hingga kontrol napas.
Di laut, jika sudah memiliki kontrol daya apung yang baik, penyelam tinggal mengikuti arus untuk melewati celah-celah karang dan menikmati pesonanya. Tubuh pun ibarat peluru yang menembus tenang di lautan.

Melawan sindiran dan fobia

Hal itu pula yang menjadi idaman Agussalim atau yang biasa disapa Gusep. Untuk menjadi penyelam yang mahir, ia bergabung dengan komunitas Jakarta Ocean Dive. Mereka berlatih di kolam renang Ragunan ataupun kolam renang di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta.

Perkenalan Gusep dengan olahraga selam dimulai sejak 2013. Semua berawal dari sindiran teman soal latar belakangnya sebagai orang Gorontalo, tapi tidak bisa menyelam. Perairan provinsi yang terletak di Pulau Sulawesi itu memang terkenal akan keindahannya dan menjadi salah satu destinasi selam.

Untuk menjadi penyelam, Gusep pun mengikuti pelatihan yang melibatkan pelajaran teori dan praktik di kolam. Ia pun menjalani ujian menyelam selama dua hari dengan minimal empat tempat menyelam. Setelah itu, barulah ia mendapat sertifikat menyelam.

Dari sekadar ingin menjawab tantangan teman, Gusep menemukan bahwa menyelam merupakan olahraga yang memberi tantangan besar untuk kemampuan tubuh maupun mental. Kepanikan dan rasa takut amat mudah menyergap di dalam laut. Oleh karena itu, olahraga menyelam menuntut orang untuk bisa tetap tenang dan menguasai diri. Besarnya tantangan olahraga menyelam juga diakui Lulu Devillavista. Keinginan melawan fobia terhadap air membuatnya belajar menyelam.

Nyatanya, olahraga itu dirasa lebih memberi sensasi ketimbang hobi naik gunung yang memang sudah lama ditekuninya.
"Dulu saya melabeli diri saya sebagai anak gunung dan banyak mendaki gunung di Indonesia. Ketika di gunung, saya melihat warna merah, ya merah saja, hijau ya hijau saja. Sementara itu, saat kali pertama saya menenggelamkan diri, sensasi warna yang muncul selalu saja berbeda-beda dan itu masih saya rasakan hingga saat ini. Amazing moment yang tidak pernah sama dan bikin rindu," ungkap perempuan yang menekuni diving sejak 2007 itu.

Kini Lulu hampir sudah pernah mengunjungi semua spot menyelam terkenal di Tanah Air. Di setiap spot itu, perempuan berusia 41 tahun itu menemukan keindahan yang berbeda-beda. Soal fobia air yang dulu sempat menghinggapinya pun tidak perlu dijelaskan lagi. Ketakukan itu telah berubah jadi adiksi untuk terus menyelam. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya