SECARIK kertas itu tergeletak di atas koper. Tertulis di dalamnya satu nama lelaki beserta nomor teleponnya. Christin yakin saat dia meninggalkan kamar hotel sebelumnya, tidak ada kertas tersebut.
Maka berbagai pikiran buruk pun menyeruak. "Siapa yang meletakkan kertas itu dan apa niatannya? Bagaimana dia bisa masuk ke kamar hotel yang disewanya sendirian itu?"
Pengalaman saat sedang bertugas ke luar kota itu menghantui Christin. Meski pada akhirnya tidak terjadi hal buruk yang dikhawatirkan, teror itu kadung terasa. Sebagai perempuan berusia 27 tahun yang sering bepergian ke luar kota untuk urusan kerja, selalu terbesit rasa takut kejadian serupa berulang.
Hal yang meresahkannya, kemungkinan diserang atau menjadi korban pelecehan seksual saat sedang bepergian sendirian. "Saya bekerja di bidang di mana 90% orang yang ditemui itu laki-laki," jelas Christin yang bekerja sebagai auditor dan memaksanya sering ke luar kota.
Karena itu, dia memutuskan untuk belajar olahraga bela diri Brazilian Jiu Jitsu (BJJ). Ditemui saat latihan di studio Arena, Jakarta Selatan, Rabu (5/8) malam, Christin mendapati beberapa memar di tubuhnya.
Namun, dia lebih rela memar saat berlatih ketimbang tak berdaya melawan bila menghadapi bahaya. "Rasanya sekarang lebih nyaman saja, saya bahkan sudah bisa membanting cowok yang beratnya 80 kg," ujar perempuan dengan bobot 53 kg tersebut.
Hal yang sama mendorong Tita, 28, untuk berlatih Brazilian Jiu Jitsu sejak lima bulan silam. Graphic designer satu ini ingin bisa mempertahankan diri manakala dibutuhkan.
Malam itu meski sedang tidak sepenuhnya sehat, dia bersemangat sekali untuk latihan. Tampak jauh dari bosan, dia mengikuti beberapa sesi latihan secara beruntun. "Saya lihat BJJ itu gerakannya tidak umum, tidak seperti karate dan lainnya, saya rasa gerakannya jadi lebih tidak terduga," pikirnya.
Hal itu memang menjadi keunggulan dari BJJ. Jenis bela diri ini terbukti efektif dan bisa membuat seseorang yang lebih kecil badannya, mengalahkan lawan yang lebih besar dan kuat.
Deddy Wigraha pelatih sekaligus salah satu pemilik Arena menjelaskan prinsip kerjanya mirip dongkrak, alat yang kecil itu bahkan bisa mengangkat mobil yang ukurannya besar bila ditempatkan di posisi yang tepat.
Secara historis, BJJ mengakar pada jiu jitsu dari Jepang. Pada 1914, seorang praktisi jiu jitsu asal Jepang Esai Maeda, pergi ke Brazil. Di sana dia berteman dengan Gasto Gracie, seorang pengusaha berpengaruh di Brasil yang membantu usaha Maeda.
Sebagai balas budi, dia menawarkan untuk mengajari jiu jitsu Jepang kepada anak tertua keluarga itu, Carlos Gracie. Namun, adik bungsu Carlos, Helio Gracie, tubuhnya kecil dan lemah, kesulitan mengikuti jiu jitsu Jepang yang membutuhkan kekuatan.
Dia pun mengembangkan jiu jitsu yang sesuai untuk kondisi fisiknya tersebut, kemudian bertanding dengan berbagai bela diri berbeda untuk membuktikan keefektifan BJJ yang dikembangkannya. Setelah Royce Gracie memenangi Ultimate Fighting Championship (UFC) di Amerika Serikat, BJJ mulai mendapat pengakuan di dunia.
Deddy Wigraha sedang berada di AS saat UFC 1993 berlangsung, seketika terpesona BJJ dan memutuskan mempelajarinya. Ketika kembali ke Indonesia pada 1998, dia jadi orang pertama yang memperkenalkan Brazilian Jiu Jitsu di Tanah Air.
Teknik Tumpuan "Teknik mengalahkan semua," simpul Deddy. Dengan teknik yang benar, lawan sebesar apa pun bisa dikalahkan.
BJJ sendiri tergolong ground fighting, artinya pertarungan lebih banyak di bawah. Setelah berhasil membanting dan menjatuhkan lawan, gerakan selanjutnya banyak berupa kuncian dan pitingan, baik tangan, kaki, bahu, leher, atau bagian tubuh mana pun, semua bisa dikunci. Membanting lawan pun tidak sepenuhnya mengandalkan kekuatan semata.
Dalam satu sesi latihan BJJ biasanya berlangsung selama satu jam. Pemanasan dimulai dengan lari-lari kecil dan koprol. Sebagai olahraga, BJJ bagus untuk membentuk tubuh, kardio, dan kesehatan otot jantung. Olahraga ini terbilang menyenangkan dan jauh dari jenuh karena selalu banyak variasi teknik baru.
Arung Ambara, 29, seorang pilot dan tidak bisa mengambil risiko cedera sedikit pun. Namun, dia mengikuti kelas BJJ karena yakin dengan pemahaman teknik yang benar, risiko bela diri ini kecil sekali. "Saya tipe yang lebih suka bela diri sebagai olahraga, tidak bisa kalau harus main bola, basket, dan sejenisnya," akunya.
Karena takut cedera, biasanya dia latihan saja, tidak berniat ikut kompetisinya. Adapun pilihan jenis latihan BJJ, selain pertahanan diri, olahraga (sport), ada juga no-gi yang dilakukan tanpa pakaian tradisional khas BJJ. Dalam no-gi, orang tidak diperkenankan merengkuh pakaian lawan. (M-3)