Menyusui Leluasa, Pekerjaan Terjaga

MI/SITI RETNO WULANDARI
09/8/2015 00:00
Menyusui Leluasa, Pekerjaan Terjaga
(DOK. AIMI)
KULKAS mini berwarna merah itu ditempatkan di atas laci, persis di belakang meja kerja Rika Gresia. Ia memperlihatkan isi kulkas yang kosong karena dia baru saja pulang dari pekerjaan dinasnya ke daerah Jawa Barat. Semua air susu ibu perah (ASIP) yang dikeluarkan selama dinas ia simpan dalam coolbag, kantong plastik khusus ASI dan dijaga dalam wadah dingin dan tertutup. Jika hanya di kantor, ia menyimpan ASIP di dalam kulkas, baru dibawa pulang dengan coolbag.

Perjuangan Rika memberikan gizi terbaik berupa ASI kepada anak keduanya ini pun patut diapresiasi. Pasalnya pihak kantor serta atasannya memberikan keleluasaan dan kenyamanan bagi dirinya untuk tetap mengeluarkan ASI sekaligus bekerja dengan baik. Rika mengaku jarang sekali mendapat perjalanan dinas ke daerah dengan infrastruktur sulit dan harus menempuh waktu perjalanan berhari-hari.

"Awal Ramadan kemarin dapat perjalanan dinas ke Pulau Sambu, Kepulauan Riau. Harus menyebrang dengan speedboat, bingung tuh cari tempat untuk pumping (memerah ASI). Begitu sampai terminal BBM, aku curi waktu pergi ke gudang untuk pumping. Aku bawa kulkas portabel, yang bisa di-charge pada aliran listrik," tukasnya sembari mempersiapkan alat pumping, Senin (3/8).

Dalam satu hari, Rika rutin melakukan pumping sebanyak empat kali, yang cukup ditempatkan pada empat hingga enam kantong plastik khusus ASI. Ruang kerjanya yang bersekat tinggi pun memudahkan dirinya untuk melakukan pumping di tempat kerja. Pegawai di perusahaan BUMN ini menegaskan perusahaannya memiliki tempat khusus bagi ibu yang membawa anak dan ingin menyusui ataupun memerah ASI. Namun, keramahan dari divisi dan atasannya cukup membuatnya nyaman sehingga Rika pun memilih pumping di ruang kerja.

"Biasanya kendala waktu dan tempat, terkadang saat rapat aku juga merasa duh tanggung, nunggu selesai saja deh baru pumping, padahal atasan sangat mengizinkan jika aku izin untuk pumping," imbuhnya.

Lain ceritanya dengan Annisa Fridayasti, 26, terkendala waktu lantaran pekerjaannya langsung menangani konsumen (frontliner). Ia terbiasa untuk melakukan pumping tiga kali, dengan perkiraan waktu pada pukul 09.00, 13.00, dan 16.00. Akan tetapi, jika beban pekerjaan sedang banyak dan konsumen yang mengantre juga cukup panjang, perempuan yang karib disapa Icha itu mengaku hanya dua kali pumping. Meskipun sang atasan memperbolehkannya beristirahat lebih lama untuk keperluan pumping, icha kerap mendengar cibiran darinya.

Icha meyakini dengan memberi keleluasaan ibu bekerja untuk memerah ASI, secara langsung akan menciptakan ketenangan berpikir yang berimbas pada pekerjaan cepat selesai dengan baik. "Aku kalau stres, ASI jadi sedikit, padahal sambil pumping itu aku juga baca materi-materi kerja terbaru supaya tetap terjaga pengetahuannya," ujar ibu dari Aufa Adzin Aldhika itu.

Halau stres
Baik Rika maupun Icha mengakui sangat menghindari paparan stres. Sebisa mungkin hati dan pikiran dibawa senang. Icha terkadang melakukan pumping sembari memandangi foto dan video sang anak. Pikiran pun sedikit tenang dan proses memerah pun lebih rileks. Tak hanya itu, camilan cokelat pun turut dikonsumsinya selama pumping. Ia merasakan pengaruh yang cukup besar, hasil ASI pun lebih banyak daripada biasanya.

"Sering menyusui itu membuat produksi ASI lancar, tidak kering. Karena itu, tekad menyusui harus kuat. Kalau ASI tidak dikeluarkan, ibu merasa sakit, anak pun tidak mendapat gizi cukup," kata Rika. (Wnd)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya