Memadu Tari Tradisi dan Balet

Abdillah M Marzuqi/M-2
14/8/2016 14:00
Memadu Tari Tradisi dan Balet
(DOK. SERGEY PEVNEV)

IA muncul dari sisi belakang panggung. Tepatnya dari sayap panggung sebelah kiri. Ia masih di situ sejenak. Bayang-bayang perempuan itu masih bertahan di sisi remang sebelum akhirnya berjangkit melangkah ke arah panggung. Ia terus menari dengan anggun. Meski gerak tari tersebut ialah balet, sangat terasa aroma tari Jawa di dalamnya. Gerak tangan yang lembut dan kaki yang jinak kukuh dalam langkah.

Kostum yang digunakannya juga mempunyai daya pikat tersendiri. Cukuplah terasa bahwa busana itu punya resep kostum yang memadu antara kostum balet dan busana tradisi. Ditambah lagi, bunyian khas gamelan menyusup indah dalam irama musik pengiring. Semua itu berpadu apik, antara unsur tari Jawa dan balet. Cukupan, pas, tidak berlebih. Perempuan yang tengah menari itu ialah Juliet Burnett. Ia menari dalam pentas bertajuk Once yang digelar pada 6-7 Agustus 2016 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Sembilan judul aransemen tari ditampilkan dalam pementasan yang dilakonkan West Australian Ballet (WAB). Juliet Burnett membawakan tarian berjudul Megatruh dengan arahan koreografer Melanie Lane. Keduanya berdarah Australia-lndonesia. Bahkan, Juliet Burnett ialah keponakan WS Rendra. Melanie Lane ialah putri dari Max Lane, seorang pengkaji dan peneliti yang fokus pada kajian tentang Indonesia. Megatruh adalah suatu renungan identitas dan budaya dengan mempertanyakan jasmani dan rohani. Itu bersumber dari tulisan WS Rendra dalam kumpulan esai Mempertimbangkan Tradisi. "Saya percaya bahwa Om Willy (WS Rendra) menonton dari surga dan menyetujui ciptaan baru ini berasal dari karyanya, bukan daur ulang dari karya lama," terang Burnett.

Esai WS Rendra

Mempertimbangkan Tradisi adalah esai Rendra yang mempersoalkan sikap tidak kreatif pada tradisi. Menurutnya, pekerjaan kebudayaan di Indonesia akan menemui kesulitan apabila masyarakatnya tidak bersikap kreatif terhadap tradisi. Tradisi bukanlah sesuatu benda mati. Seharusnya ia adalah sesuatu yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehidupan. Tradisi diciptakan manusia untuk kepentingan hidup dan bekerja. Jadi tradisi juga merupakan sebuah proses. "Setiap kali saya latihan, itu adalah sebuah perjalanan baru ke dalam diri. Hal ini sesuai dengan saran Rendra bahwa meditasi tentang pertanyaan ini sedang berlangsung, dan tidak pernah mutlak. Itu adalah proses hidup," tegas Burnett.

Once tidak hanya menampilkan West Australian Ballet, tapi juga pentas perdana Youth Ensemble Indonesia yang akan mempersembahkan L'Enfant Joyeux dan Ripple and Surge. Sebanyak 20 penari Indonesia berumur 11-36 tahun berpentas bersama 34 penari Australia. Dua puluh teknisi panggung Indonesia juga akan ambil bagian dalam program Indonesia Stage Apprentice dengan para pakar produksi WAB. Pentas selama 2 jam akan mempersembahkan karya-karya balet klasik seperti Cinderella dan The Nutcracker, juga karya-karya kontemporer. Di antaranya Tarantella, tarian yang energik dan bertempo cepat karya koreografer Australia Barat, Jayne Smeulders, sebagai penghormatan kepada pelopor tari Amerika, George Balanchine, dengan iringan musik Gottschalk.

On the Nature of Daylight oleh penata tari Inggris, David Dawson, mempersembahkan suatu duet yang menceritakan konsep cinta baik sebagai hal biasa maupun luar biasa. Adapun Ambiguous Content oleh penata tari asal Australia, Craig Davidson, menanyakan, "Apa atau siapa yang dapat membahagiakan kita dan bagaimana kita bisa tahu kapan kita benar-benar merasa puas?" Selama 2 jam pertunjukan, mereka menari layaknya dengan hati dan rasa. Bukan hanya keindahan gerak ala balet yang memukau, melainkan jiwa yang muncul dari setiap judul tari.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya