Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
IA tidak menunduk. Seolah tak mau tunduk, sang pangeran berdiri gagah dengan sikap tubuh tegak. Seolah menantang lawan, ia berdiri sejajar dengan perwira tentara Belanda yang menangkapnya. Sang pangeran mendongakkan kepala dan memandang dengan sorot tajam ke arah perwira Belanda yang berada di sebelah kiri. Saat itu Pangeran Diponegoro sedang dalam situasi penangkapan oleh tentara Belanda.
Di depan sebuah gedung, Pangeran Diponegoro sedang dihadapkan pada banyak pengikutnya yang terkejut dengan penangkapan itu.
Itulah karya Raden Saleh berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857). Lukisan itu menjadi salah satu dari banyak lukisan yang dipamerkan dalam tajuk 17|71: Goresan Juang Kemerdekaan di Galeri Nasional Indonesia pada 2-30 Agustus 2016.
Pameran ini menampilkan 28 lukisan terpilih koleksi Istana Kepresidenan hasil karya 21 pelukis dan sekitar 100 koleksi foto-foto kepresidenan.
Pameran ini merupakan bagian dari peringatan hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71. Kurator pameran ialah Mikke Susanto dan Rizki A Zaelani.
Lukisan Raden Saleh itu terinspirasi oleh lukisan pelukis Belanda bernama Nicholaas Pienemaan bertajuk Penyerahan Diri Dipo Negoro kepada Letnan Jenderal HM de Kock, 28 Maret 1930, yang Mengakhiri Perang Jawa. Pada lukisan versi Pieneman, Pangeran Diponegoro ditempatkan satu tingkat lebih rendah jika dibandingkan dengan perwira Belanda yang menangkapnya, sedangkan posisi perwira Belanda berada di sebelah kanan Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro digambarkan sebagai sosok yang tidak berdaya ketika berhadapan dengan tentara Belanda. Posisi Pangeran Diponegoro juga berdiri di sebelah kanan perwira Belanda.
Realitas simbolis
Ada beberapa hal menarik saat karya Raden Saleh berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) diperhatikan. Ternyata lukisan ialah sebuah pernyataan sikap dari seorang pelukis. Pelukis membuat simbol-simbol yang mewakili realitas tertentu atau realitas simbolis.
Lukisan Penangkapan Diponegoro bukan catatan sejarah atau bukan gambaran aslinya. Lukisan itu hanya interpretasi Raden Saleh terhadap penangkapan Pangeran Diponegoro.
Berbeda dengan lukisan Pienemaan, lukisan Raden Saleh lebih bernada nasionalisme ala Jawa sekaligus memberikan gambaran tentang dramatisasi hidup sang pangeran di depan tentara penjajah. Hal ini terlihat pada judul dan sikap Diponegoro yang ada pada lukisan Raden Saleh.
Lukisan Raden Saleh seolah mengecam sikap penjajahan di Jawa dan menuntut Belanda mengembalikan martabat orang Jawa. Karena itu, Raden Saleh juga menggambar dirinya dalam lukisan, sebagai seorang saksi penangkapan yang penuh kecurangan tersebut. Ia menggambar dirinya sebagai sosok pria yang berpakaian merah muda, biru, dan hijau. Ia memakai sorban putih dan berkumis.
Raden Saleh melukis lebih pada orientasi menyatakan sesuatu atas opininya sendiri, lalu diimplementasikan terhadap beberapa hal di lukisan itu, misalnya, cara Diponegoro bersikap. Orang Belanda dibuat sedemikian rupa agar terlihat aneh dengan kepala yang lebih besar daripada badan. Keberadaan dua gunung di balik Gedung Keresidenan Kedu di saat pagi menjelang siang.
"Jadi jangan dipakai gambaran kalau penangkapan seperti itu. Jadi itu gambaran Raden Saleh sendiri atas penangkapan tersebut," terang Mieke Susanto.
Jika diperhatikan lebih teliti pula, ada gambar menarik dalam lukisan tersebut, yakni salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro yang terlihat memakai cincin batu akik. Menurut Mieke, soal akik itu bukan soal simbolis yang punya maksud tertentu, melainkan lebih pada soal temuan restorator saat membuka tabir bahwa ada akik dalam lukisan itu.
Sebab dahulu, tidak didapati gambar akik itu. Menurutnya, akik tersebut muncul dari teknik tusir yang lama kelamaan akan menghilang karena pembersihan vernis lukisan.
"Lho aku juga kaget. Lho ternyata ada pengikut yang pakai akik," pungkas Mieke sembari tertawa renyah. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved