Karena Balap tidak Pilih Gender

Fario Untung Tanu
07/8/2016 15:47
Karena Balap tidak Pilih Gender
(DOK. ALINKA)

JIKA ia tidak membuka helm, mustahil bagi penonton untuk membedakannya dengan para pembalap lain di lintasan itu. Pacuan dan manuver mobilnya juga tidak kalah lihai dan garang dengan yang lain.

Namun, di luar lintasan, sosok di balik kemudi itu nyatanya seorang perempuan muda. Sisi femininnya pun tidak diragukan dengan rambut panjang dan polesan make-up.

Dialah Alinka Hardianti. Ia mengenal dunia otomotif sejak sekolah dasar. Alinka kini dikenal sebagai pembalap di nomor drift.

Perempuan berusia 24 tahun ini telah hampir sembilan tahun dipercaya menjadi salah satu jagoan Toyota Team Indonesia. Kepada Media Indonesia, Senin (1/8), Alinka menuturkan mendapat pengaruh dari sang ayah yang memang pembalap slalom nasional, Didi Hardianto.

"Jadi pertama kali belajar mobil manual dulu langsung pakai mobil balap slalom terus coba-coba narik-narik rem tangan dan diam-diam gitu," kenang Alinka yang justru diajari mengemudikan mobil oleh temannya.

Karena mendapat dukungan penuh dari sang ayah, Alinka pun serius menekuni balap dan mulai ikut kejuaran daerah pada 2007. Kemampuannya terbukti di atas rata-rata karena tahun berikutnya ia didapuk Toyota.

Persaingan dengan pembalap pria dianggap bukan soal bagi Alinka. Beberapa pembuktiannya antara lain menjadi juara 1 Kejurnas Slalom Seri IX Pemula, Bandung (2010), dan Peringkat 4 Nasional Kejuaraan Nasional Slalom Pemula (2010).

Garangnya pembalap perempuan juga terlihat di sosok Diandra Gautama. Namun, Ia berbeda dengan Alinka. Diandra memilih nomor touring dan kerap berlaga di Indonesian Sentul Series of Motorsport (ISSOM) kelas 3.200 cc. Salah satu prestasi moncer perempuan berusia 26 tahun itu ialah menjadi juara umum di kelas Mercedes-Benz Club pada 2013.

Tidak berbeda dari Alinka, jejak Diandra dipengaruhi ayahnya yang juga pembalap, Chandra Gautama.

"Nah awalnya itu ketika sudah SMP, saya sudah mulai bisa menyetir dan mulai deh kebut-kebutan di jalan. Karena ketahuan sama papa, akhirnya papa yang menyuruh kebut-kebutannya di lintasan balap saja supaya lebih aman dan tidak membahayakan orang lain," kenang Diandra yang ditemui saat acara Nissan GT Academy, Rabu (27/7). Pada 2009, Diandra mulai memberanikan diri untuk membalap di nomor touring.

Prestasi itu bisa diraihnya juga berkat kepercayaan dirinya bersaing dengan para pembalap pria. Malah dengan fokus yang tinggi, dara cantik ini sebetulnya merasa tidak ada perbedaan gender di lintasan balap.

"Jadi saya pikir tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Memang persentasenya masih sangat jauh sekali karena dunia balap seperti ini masih mayoritas laki-laki, tapi tidak seseram yang dibayangkan," kata Diandra.

Pantang cepat emosi

Terbiasa memacu gas membuat para pembalap sering diidentikkan dengan karakter arogan dan 'cepat panas'. Namun, Diandra justru memastikan sebaliknya, setidaknya jika pembalap itu mengerti faktor penting untuk menjadi juara.

Sebabnya, balapan hanya bisa dimenangi jika kepala dan hati tetap dingin. Ini pula yang membuat Diandra menilai bahwa olahraga balap sesungguhnya bermanfaat bagi siapa saja untuk melatih emosi.

"Jangan dikira dunia balap seperti ini tidak ada nilai positifnya. Yang sudah jelas manfaatnya adalah mengatur emosi karena seseorang yang balapan dengan emosi bisa dipastikan tidak akan bisa mengukir prestasi," terangnya.

Pengalaman buruk karena emosi pun sudah pernah dialami Diandra. Alih-alih menang, ia justru mengalami tabrakan.

Pengaruh positif balapan juga dirasakan Alinka. "Buat aku balapan juga melatih mental kita. Aku dari kecil sudah kenal balapan, jadi banyak belajar banget untuk tidak gampang menyerah serta tidak gampang emosi kalau misal kalah, dan juga belajar buat tetap rendah hati pas menang," ujarnya.

Alinka pun mengajak para perempuan, khususnya yang mengendarai kendaraan, mau belajar soal mesin. Hal ini sangat penting untuk membantu diri sendiri jika terjadi masalah pada kendaraan.
"Misal jika sedang menyetir lalu ban kempes. Jika sedikit banyak mengenal dunia otomotif, tentu perempuan itu dapat dengan sendiri mengatasinya. Jadi buat perempuan-perempuan semoga bisa lebih aware kondisi kendaraan sehingga tidak selalu bergantung pada laki-laki," pungkasnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya