Seni Kelola Tubuh

MI/HERA KHAERANI
02/8/2015 00:00
Seni Kelola Tubuh
(MI/GALIH PRADIPTA)
SEBAGAI seorang model, bentuk tubuh proporsional merupakan hal yang diidamkan Andri Arda. Hal itu tentu saja menjadi aset dan mendukung profesinya. Namun, mendapatkan bentuk badan ideal bukanlah perkara mudah bagi pria berusia 30 tahun itu. Dia mesti berusaha mencari berbagai cara untuk mencapainya.

Uniknya, berbeda dengan banyak lelaki yang kemudian getol masuk ke pusat kebugaran, dia justru memilih pilates. Olahraga itu digelutinya semenjak tiga bulan terakhir. Bukan tanpa alasan, sebelumnya dia melihat teman-temannya yang berbadan kekar dan padat, lalu ia bertanya kiatnya. Jawaban mereka mengejutkan, ternyata itu bukan hasil ke gym, melainkan cukup pilates. Padahal, selama ini, pilates di Tanah Air lebih banyak digeluti perempuan dan akhirnya diidentikkan dengan kaum hawa.

Saat mengikuti sesi latihan di Pilates Capital, FX Senayan, pada Senin (6/7) sore, terbukti, gerakannya yang terkontrol ternyata tidak seringan yang terlihat. Otot-otot yang diaktifkan dalam latihan kontraksinya terasa dan tidaklah ringan untuk menjaga tubuh dalam posisi demikian. Contohnya, ketika kami diminta membaringkan sisi tubuh ke alat spine corrector, sembari mempertahankan bentuk segitiga dengan lengan lurus dibantu towel berbentuk tali kain, otot-otot kami terasa tegang.

Meski lelaki, tak urung Andri pun sesekali terdengar mengeluh sakit dan tak kuat menahan tubuhnya dalam gerakan-gerakan tertentu. Nyatanya, dihubung-hubungkannya pilates dengan perempuan dan kalangan penari merupakan sesuatu yang salah kaprah. Joseph Pilates sebagai pencetus seni mengolah tubuh tersebut tidak mendesainnya untuk penari. Malah, mulanya, pilates justru dikenalkan kepada tentara perang. Metodenya sengaja diciptakan untuk tubuhnya sendiri dan para lelaki di masa Perang Dunia I.

Sejak kanak-kanak, dia rutin berolahraga untuk memperkuat tubuhnya dan mengatasi asma dan beberapa penyakit lain yang dialaminya. Ia mempelajari berbagai jenis olahraga, termasuk menyelam, gimnastik, dan tinju. Dalam tulisannya, dia mengungkap biasa mengamati gerakan binatang untuk tahu cara bergerak yang baik. Begitulah caranya menemukan metode pilates yang kini dikenal luas sebagai olahraga yang dikenal efektif dan komplet. Berkat itu, Joseph Pilates dijuluki 'jenius dalam hal tubuh'.

Pilates merupakan metode yang fokus pada kontrol tubuh. Setiap gerakan diatur sedemikian rupa hingga terlihat dan terasa seperti olahraga bila dilakukan dengan benar. Secara rutin, pilates meningkatkan fleksibilitas, memperkuat otot, meningkatkan kontrol, dan daya tahan. Penekanannya pada memperbaiki alignment tubuh, pernapasan, koordinasi, dan keseimbangan.

Karena menyadari tubuh setiap orang berbeda, Joseph pun menilai pilates yang dilakukan setiap orang mesti spesifik, berbeda satu dan lainnya atau disesuaikan dengan kebutuhan. Dia juga menciptakan beberapa alat yang membantu saat latihan.

Menurut Sandi Fajar Ariyanti, guru sekaligus pemilik Pilates Capital, alat-alat yang diciptakan Joseph umumnya multifungsi. Tidak hanya menjadi alat bantu yang pasif, tetapi bergantung pada gerakan penggunanya dan beberapa juga aktif menarik tubuh. "Alatnya bisa digunakan untuk apa khasiat apa saja, semua tergantung pada gerakannya," jelasnya.

Manfaat pilates sudah dirasakan betul oleh Iis Ceria, 32, yang sudah dua tahun rutin berlatih. Dia merasa lebih fit, tidak mudah sakit, tubuhnya makin lentur, dan bisa menyiasati kekurangan di beberapa postur bagian tubuhnya. "Saya senang pilates karena kalau sendi sakit kita jadi bisa benerin sendiri, menyembuhkan diri sendiri," ujarnya.

Olahraga si cedera

Lain halnya dengan Andri yang sejak awal mencoba pilates karena mendamba bentuk tubuh ideal, Aty mulai berlatih sejak tahun lalu karena rekomendasi dokter. Kegemarannya berolahraga, terutama lari, ternyata berimbas buruk pada kakinya hingga mengalami cedera lutut. Ketika ke dokter, dia bukannya disarankan untuk berhenti olahraga sama sekali, malah disarankan mencoba pilates.

Hal itu dibenarkan Sandi, pilates memang aman untuk yang mengalami cedera sekalipun. "Ada pilates yang memang ditujukan untuk rehab," katanya.

Tak mengherankan jika banyak dokter tulang bekerja sama dengan praktisi pilates. Umumnya, pilates disarankan bagi kondisi cedera yang belum harus dioperasi dan masih bisa dipulihkan dengan latihan. Ada juga yang mengembalikan fungsi tubuh sehabis operasi. "Pilates mengajarkan self healing, kita harus menggunakan tubuh kita kalau tak mau kehilangannya (use it or loose it)," simpul Sandi.

Di usianya yang kini menginjak 50 tahun, Aty makin merasakan pentingnya pilates karena sangat mengurangi risiko cedera. "Saya twist badan bagaimanapun tetap aman," katanya riang sembari memutar pinggang ke kiri dan kanan. Meski tak lagi muda, dia pun tampak sangat bugar dan tubuhnya kencang. Penampilannya betul-betul membuat iri! (Her/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya