Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
BUKAN cuma sosok sang predator, dengan lidahnya yang menjulur dan sesekali mengeluarkan bunyi serupa gerungan, bergerak pelan tapi penuh wibawa, yang membuat perjalanan ke Pulau Loh Buaya alias Rinca, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 21 hingga 24 Mei lalu, penuh warna. Cerita tentang kehidupan komodo, yang dikisahkan Haryadi, ranger alias jagawana yang menemani perjalanan kami pun, tak kalah seru. Haryadi meyakinkan hingga kini rantai makanan di Rinca masih terjaga baik. Makanan komodo, yakni kerbau, rusa, monyet, dan babi liar, masih mencukupi. Itu terlihat dari jejak hewan-hewan itu di sabana hingga hutan. Menurut catatan Komodo Survival Program, salah satu lembaga swadaya masyarakat yang bergiat dengan kelangsungan hidup komodo, lanjut Heryadi, tercatat sedikitnya 2.875 ekor komodo hidup di Rinca, Pulau Rinca dan Pulau Padar, tiga pulau yang masuk wilayah Taman Nasional Komodo (TNK).
Pengunjung cermat
“Hati-hati jangan keluar dari rombongan, ya. Walaupun kelihatannya tubuhnya berat dan gerakannya lambat, komodo atau ora dalam bahasa lokal, perilakunya tak bisa diduga. Ia juga sama sekali tidak jinak walau tampak terbiasa dengan manusia. Komodo bisa menyerang tiba-tiba dan walaupun ia makan cukup sebulan sekali, ia bisa saja menyerang, melukai dan memakan makhluk yang ada di sekitarnya,” ujar Haryadi yang berjalan dengan tongkat bercabang. Cabang tongkat itu akan diarahkan ke leher komodo manakala sang naga itu bersikap agresif. Penegasan Haryadi itu berkorelasi dengan gerombolan yang beranggotakan sedikitnya 10 komodo, di kolong rumah panggung yang dijadikan dapur bersama para ranger. Bau ikan goreng yang dimasak setiap hari di sana selalu sukses memikat mereka berkumpul.
Ya, tak perlu berjalan jauh, 5 menit saja dari pelabuhan, kami berjumpa sang naga di sana. Mereka pun terkesan terbiasa dengan belasan pelancong yang mengamati sambil sedikit menahan rasa ngeri, bahkan diambil jadi latar swafoto. “Mereka sebenarnya hewan yang soliter, bersifat predator sehingga bagi kita terkesan ganas, bisa saja saling merebut mangsa uruan komodo lain,” ujar Har yadi yang engaku bukan warga asli Rinca, melainkankelahiran Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, yang berjarak 2 jam perjalanan dan menjadi kota transit para pelancong yang akan mengunjungi TNK, termasuk saya.
Masih liar dan alami
Haryadi lalu berkisah tentang alasan bermunculannya komodo di sekitar area gerbang masuk. “Kalau sore, kerbau biasanya akan turun ke sekitar tempat tinggal kami, karena seperti yang kita lihat, ada sumber air mengalir. Sejauh ini menurut Komodo Survival Program yang melakukan riset setiap tahun, jumlah mereka dan situasi lingkungan di sini masih aman,” kata Haryadi. Menjelang siang, satu per satu binatang soliter itu akan kembali ke sabana dan hutan, berburu, menggigit dengan giginya yang kecil tetapi tajam atau mengikuti sang mangsa yang sebelumnya telah terluka hingga kemudian ia santap ketika telah benar-benar lumpuh atau mati. “Giginya kami duga hanya muncul ketika ia memang sudah perlu menggigit, tetapi yang tak kalah bahaya, air liurnya yang penuh bakteri dan konon masih sulit dicari penawarnya. Mitosnya, kendati gigitan itu lukanya sembuh, di dalam tubuh, bakteri dan racun itu terus bekerja dan membuat kesehatan mangsanya berkurang drastis,”
ujar Haryadi.
Terus bertumbuh
Ditemukan pada 1911 oleh anggota militer Belanda, JKH Van Steyn, dan 1980 ditetapkan sebagai Taman Nasional hingga ditetapkan sebagai warisan alam dunia oleh UNESCO pada 1991, TNK terus bertumbuh. Berbagai regulasi disempurnakan untuk menjamin kelangsungan hidup komodo serta kekayaan laut di sekitarnya. Terbagi atas berbagai zona, mulai kawasan inti seluas 34.311 Ha yang mutlak dilindungi, di dalamnya tidak diperbolehkan adanya perubahan apa pun oleh aktivitas manusia, kecuali yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penelitian. Selanjutnya, zona rimba seluas 66.921,08 Ha yang juga tidak diperbolehkan ada aktivitas manusia, kecuali kegiatan
wisata alam terbatas.
Zona pemanfaatan wisata daratan dan bahari saya jajaki pada perjalanan ini. Di Pulau Rinca, TNK menyediakan tiga trek, mulai singkat yang berdurasi 1 jam dengan variasi trek sabana dan hutan hingga favorit pelancong bule, durasinya hingga 4 jam. “Selain ingin lihat komodo di alam liarnya. Mereka ingin puasa menikmati pemandangan,” ujar Haryadi yang tak lupa menunjukkan tempat bertelur dan ranting pohon yang ditempati dua bayi komodo yang memang selama empat tahun akan tinggal di atas sebelum turun ke tanah. Yuk, lindungi mereka agar jadi komodo dewasa dan tentunya tetap buas! (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved