Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
BERDIRI di depan bingkai kertas itu seperti layaknya berdiri di tengah dua bilah besi rel yang memanjang. Sebadan tegak sembari melontar pandang pada salah satu ujung. Hasilnya, horizon yang bertemu di kejauhan. Semakin jauh dipandang, semakin kecil citra yang ditangkap. Rel itu memanjang jauh. Jalan khas milik kereta itu mengerucut dan membentuk titik temu pada di satu titik. Layaknya sebuah rel kereta api, ada dua besi panjang pada tiap-tiap sisi. Dua bilah besi menjalar lurus di atas bantalan kayu, lengkap dengan batuan yang dipecah kecil yang disebar sebagai lapisan paling bawah.
Jalanan kereta api ditemui kejanggalan. Salah satu besi ternyata tak selayaknya besi. Benda itu ternyata tidak cukup keras. Bahkan terlalu empuk untuk menopang berat kereta yang melintas di atasnya. Sebab ia bukan terbuat dari besi, tetapi terbuat dari roti. Di tengah rel, tergeletak piring dengan potongan roti, makanan yang lazim disantap saat pagi. Ternyata selama ini kereta api melaju bukan di atas besi, melainkan di atas roti.
Itu salah satu karya berjudul Rel KA yang dipamerkan dalam pameran bertajuk Pri S: Sepilihan Karya dan Arsip yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) Bandung pada 22 Juli-14 Agustus 2016. Pameran ini ditujukan untuk mengenang Priyanto Sunarto yang meninggal 2014 lalu. Karya kartun Rel KA dibuat pada November 1987 untuk menanggapi kecelakaan kereta api. Bulan sebelumnya, terjadi kecelakaan kereta api besar yang dikenal dengan Tragedi Bintaro 1987.
Sangat ekspresif
Banyak di antara karya kartun Priyanto yang dipamerkan, di antaranya; Indonesia Tobat Sambal Lado (1992), Jaga Mulut!!! Kuping Bertebaran di Mana-Mana (1984), dan Teliti Sebelum Membeli... Bakso! (1993). Turut pula disertakan beberapa kutipan dari Priyanto tentang seni. Dalam pameran itu, juga ditampilkan sejarah perjalanannya dari lahir pada 1947 sampai akhir hayatnya, termasuk karier kesenimanannya.
Semasa hidup, Priyanto dikenal dengan karya yang sangat ekspresif, intuitif, dan personal. Priyanto selalu memberi inspirasi justru karena pikirannya tidak membatasi secara frigid antara seni dan desain. Kecerdasan intuisi dan pikiran selalu hadir berkelindan manakala berkarya sehingga hampir semua karya karyanya selalu memiliki pesona dari cara pandangnya yang khas, bahkan mengejutkan. Begitu menurut Sunaryo dalam sambutannya.
Di sisi lain, Sunaryo juga melihat Priyanto sebagai sosok yang kritis dan memiliki selera humor yang tinggi dalam melihat dunia di sekitarnya. Kartun-kartun Priyanto dengan garis-garisnya yang sederhana selalu jernih mengungkapkan persoalan: aktual tanpa menggurui, tapi selalu memacu perenungan yang mendalam. “Sosok Pri multidimensi, seniman, desainer grafis, ilustrator, kartunis, peneliti, dan pendidik dan luar biasa menjadikannya sebagai intelektual atau cendekiawan yang penuh dengan kerendahan hati,” terang Sunaryo.
Senada dengan Sunaryo, kurator pameran Chabib Duta Hapsoro menulis catatan kuratorialnya. “Bertanda inisial ‘PRI S’, kartun-kartun editorial Priyanto tampak naif namun kritis menanggapi situasi sosial-budaya masyarakat Indonesia. Pameran ini ingin menampilkan sosok Priyanto Sunarto sebagai cendekiawan pada perkembangan wajah budaya visual di Indonesia.” (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved