Masyarakat Adat lebih Berperan ketimbang Area Konservasi
MI
26/7/2015 00:00
(Antara)
BELAKANGAN ini, keberadaan masyarakat kerap bersinggungan dengan area konservasi. Di beberapa daerah, perluasan area konservasi dikeluhkan karena meminggirkan masyarakat adat. Padahal, degradasi hutan kerap bukan diakibatkan masyarakat adat.
Pentingnya keberadaan masyarakat adat bagi kelestarian lingkungan baru-baru ini dikuatkan dengan hasil penelitian lembaga penelitian kehutanan Center for International Forestry Research (Cifor). Lembaga penelitian internasional yang berkantor di Bogor, Jawa Barat itu meneliti keberadaan masyarakat adat di Papua.
Laporan yang berjudul Unseen sentinels: local monitoring and control in conservation's blind spots dan diterbitkan di Journal Ecology and Society itu meneliti keberadaan Suku Kay, Metaweja, dan Yoke yang tinggal di koridor kawasan lindung Memberamo-Foja.
Penelitian itu menunjukkan bahwa keberadaan masyarakat adat bahkan lebih berguna dalam menjaga lingkungan ketimbang pembentukan wilayah konservasi.
"Untuk para pelaku konservasi yang mendorong diperluasnya area konservasi, penelitian ini menunjukkan bahaya yang ditimbulkan dari meminggirkan masyarakat asli dari wilayahnya," ujar Peneliti Senior Cifor yang juga menjadi salah satu peneliti dalam studi itu, Douglas Sheil. (RO/M-3)