Belajar Etika sembari Bersosialisasi

MI/SITI RETNO WULANDARI
26/7/2015 00:00
Belajar Etika sembari Bersosialisasi
(THINK STOCK)
PERAYAAN hari besar keagamaan identik dengan kegiatan silaturahim, baik antartetangga maupun sanak saudara. Mengunjungi satu per satu rumah tetangga sembari bersalaman dan berlalu mungkin tidak terlalu merepotkan, namun ada kalanya satu keluarga berkunjung ke keluarga lainnya dalam waktu yang cukup lama.

Pemakluman memang kerap diberikan si empunya rumah jika anak dari sang tamu bertingkah aktif. Berlarian ke sana kemari, naik turun tangga, hingga mengubah posisi benda yang sebelumnya telah tertata rapi.

Ada beberpa orangtua yang memang membiarkan anaknya bermain sesukanya saat bertamu, meskipun yang dilakukan sang anak sudah mengganggu keluarga pemilik rumah. Namun ada juga orangtua yang sigap mengedarkan pandang ke mana pun anaknya bergerak, seperti Wahyuni, 30, selalu memperhatikan gerak gerik putrinya, Kirana, 1,5. Meskipun masih tergolong anak batita (bawah tiga tahun), Wahyuni tetap siaga dan segera memegang tangan sang anak untuk dibawa duduk bersamanya. Ia mengaku sejak kecil sudah terbiasa diberi berbagai pesan dan diperingatkan agar bertingkah sopan di rumah orang lain.

"Pasti mengerti meskipun masih kecil, banyak orang yang memaklumi jika mulai nggeratak isi rumah orang lain. Mungkin akan diulangi kembali, namanya anak kecil, tetapi kalau sabar pasti akan ia ingat hingga dewasa nanti," ucapnya sembari menggendong Kirana yang mulai menangis.

Pun dengan Arinda Widya, 16, ia selalu ingat dulu sang ibu kerap memperingatkan dirinya ketika mulai mengacak-ngacak rumah saudaranya. Ia pun ingat sejak kecil selalu diajarkan untuk menyapa kepada tetangga ataupun saudaranya jika bertemu di suatu tempat. Hingga kini, ajaran sopan santun itu menjadi sebuah kebiasaan. Ia pun merasa dengan bersikap sopan, semua orang menjadi menghargai dirinya dan juga bersikap baik. "Kalau bertemu dengan orang yang dikenal disapa, kalau melintas didepan orang lain harus membungkukkan badan ya. Begitu pesan ibu yang selalu aku ingat sampai sekarang," tuturnya.

Belajar sambil beribadah
Tak hanya belajar melalui kegiatan berkunjung ke rumah tetangga dan saudara, sopan santun juga bisa diajarkan kepada anak sembari beribadah, seperti yang dilakukan Vivi Ariesti, 42. Sejak anaknya masih kecil, Vivi selalu mengajak keduanya untuk beribadah ke gereja bersama. Jika bertemu dengan teman Vivi atau tetangga, kedua anaknya lebih banyak diam, Vivi pun mulai mengenalkan dan meminta kedua anaknya untuk bersalaman.

Ia pun juga mengajarkan agar menyapa orang yang dikenal, baik tua maupun muda, prinsipnya harus bersikap baik dan sopan terhadap semua orang. Pernah suatu kali, anak keduanya, Caecilia Canna Sarah Fendrina, 10, merasa mengantuk saat beribadah di gereja. Ia pun mulai bersandar pada bangku dengan posisi duduk yang sedikit melorot ke bawah. Vivi pun akan segera membujuk sang anak untuk kembali duduk dengan baik dan mengikuti kegiatan hingga tuntas.

"Enggak pernah marah-marah, hanya cemberut saja, ya saya hanya katakan kalau Tuhan hanya meminta waktu sebentar untuk beribadah, sedangkan Tuhan enggak pernah merasa lelah menjaga sepanjang hidup. Setelah itu, baru ia memperbaiki posisi duduknya," tukas Vivi seraya tersenyum.

Tak hanya mendengar pesan dari Vivi ataupun suami, terkadang justru anak mereka yang membuka ruang diskusi dan meminta saran bagaimana harus bersikap dalam kondisi yang sedang dialami.

Pernah, teman sebayanya tidak mau bermain dengan putrinya lantaran berbeda keyakinan, Vivi tak lantas marah, ia memahami mereka masih kecil dan butuh diyakini bahwa keyakinan bukan penghalang untuk bermain. Ia pun hanya meminta kepada putrinya untuk tetap bersikap baik, karena seperti kebiasaan anak kecil, berantem tidak akan bertahan lama, setengah jam berikutnya sudah bermain bersama lagi.

Vivi juga kerap mengingatkan anak agar mundur dari pembahasan yang berkaitan dengan debat keyakinan, lebih baik membahas hal lain yang bisa dilakukan secara bersama. Karena, imbuh Vivi, semua keyakinan itu baik tidak ada yang salah.

"Kami juga memiliki kerabat yang berbeda keyakinan, dan kami sudah beri tahu sejak kecil, persoalan keyakinan itu tergantung diri masing-masing. Tidak ada yang salah, Lebaran kemarin pergi ke rumah saudara yang muslim, ya berbaur saja dan tetap berlaku sopan. Kalau anakku bawa makanan dan mau bagi-bagi, aku juga minta mereka izin ke orangtua temannya, boleh tidak makan makanan yang dibawa oleh Caecil maupun Theresia. Itu kan salah satu etika," pungkas Vivi. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya