Minggu Belajar di Penjuru Banten

IIS ZATNIKA
03/7/2016 02:10
Minggu Belajar di Penjuru Banten
(DOK ISBANBAN)

PETA Indonesia, dengan pulau serta lautan di atasnya, menjadi hadiah istimewa bagi anak-anak Kampung Tigamaya, Desa Telaga Luhur, Kabupaten Serang, Banten. Saat melihat langsung kaya dan luasnya Indonesia dalam selembar kertas itu, mereka menunjuk beberapa pulau, menanyakan namanya kepada Resti. “Kegiatan seperti ini, pengayaan pembelajaran yang dilengkapi kegiatan pengamatan dan diskusi ini sungguh istimewa buat mereka. Print out peta ini sampai-sampai mereka minta untuk dibawa ke rumah. Mereka senang sekali,” kata Resti Meidiyani Dimyati, 22, salah satu relawan Istana Belajar Anak Banten (Isbanban) tentang kegiatan pada Minggu Belajar yang ia bersama kawan-kawannya pandu pada Minggu (20/3). Kegiatan belajar asyik dan seru lainnya juga terjadi pada Minggu (10/4). Anak-anak membuat lilin mainan dari tepung terigu, garam, dan air dan menguleninya dalam wadah plastik. Berbagai aktivitas yang mungkin telah lazim dan menjadi bagian keseharian anak-anak di kelas-kelas dengan kualitas pendidikan lebih baik,menjadi sangat istimewa buat anak-anak SD di kampung yang berjarak tempuh 1,5 jam perjalanan dari Serang dengan kondisi jalan rusak itu. Bertemu dengan kakakkakak, para mahasiswa yang datang dengan semangat berbagi inspirasi, menjadi suntikan semangat luar biasa. Kurikulum Rangkaian kegiatan yang rutin diadakan setiap Minggu pagi itu pun dirancang cermat. Ada silabus berisi tanggal kegiatan, mata pelajaran yang dikupas, subtema, indikator, tujuan, metode, materi, serta langkah-langkah pembelajaran. Rancangan kurikulum yang mengedepankan keseruan, semangat, selain tentunya pemahaman, yang disusun Tim Pendidikan Isbanban, Departemen Anak Isbanban itu, bahkan juga memuat metode agar kegiatan pengajaran bisa dilaksanakan relawan dari berbagai latar belakang pendidikan. “Di silabus ada tahapan eksplorasi, elaborasi hingga konfi rmasi untuk memastikan siswa memahami apa yang diajarkan, hingga kegiatan motivasi,” kata Resti yang berkuliah di jurusan pendidikan bahasa Indonesia, IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Serang, Banten . Bersama kawankawannya, Resti terbiasa berkoordinasi via Whatsapp untuk bertemu di satu titik dan kemudian berbagi boncengan motor untuk menuju pusat belajar Isbanban Chapter Kabupaten Serang yang menumpang di lokasi majelis taklim milik warga. Mereka yang sebagian juga kuliah bermodal beasiswa, termasuk Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi alias Bidik Misi, berusaha mengembalikan apa yang telah diperolehnya, kepada anak-anak SD selama 2 jam setiap minggunya.


Swadaya
Ketika silabus membutuhkan material, para relawan pun kembali berswadaya. “Isbanban punya 592 relawan, anak-anak muda Banten yang kuliah dan tinggal di sini, walaupun mungkin tak lahir atau punya darah Banten. Yang menyatukan kami, keinginan berkontribusi,” kata Panji Aziz Pratama, 21, mahasiswa Kesejahteraan Sosial, Universitas Padjadjaran, sang pendiri juga CEO of Isbanban. Keterlibatan publik, dalam hal ini relawan Isbanban, kata Panji, kini menyatukan mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Jakarta yang lokasinya menempel wilayah Tangerang, Banten, serta kampus-kampus lain di provinsi itu, di antaranya Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Universitas Pamulang, IAIN Serang, dan Universitas Serang Raya. Menginjak tiga tahun Isbanban, kontribusi publik untuk dunia pendidikan itu juga mulai berwujud pemberdayaan sumber daya manusia
lokal. “Ada Kang Irki dan Kang Ufod yang membantu. Mereka tergabung dalam Himpunan Pemuda Tigamaya (Hipa), biasanya mengajar mengaji,” kata Resti yang cukup update dengan perkembangan Isbanban, karena selain mengajar, ia juga bertugas mengabarkan berbagai kegiatan ke koran dan situs berita.

Berdayakan orangtua
Keterlibatan pemuda lokal dalam kegiatan Isbanban itu menjadi penanda pertumbuhan komunitas yang kini telah berbadan hukum yayasan guna memudahkan kontribusi publik dalam kegiatannya. “Mayoritas orangtua ini buruh tani, pendapatan seharinya Rp25 ribu, belum lagi akses jalannya sangat terbatas, hingga ada yang harus sejam berjalan untuk sampai ke sekolah,” ujar Firmansyah, salah satu mitra Panji dalam proses merintis Isbanban. Melihat semangat anak-anak muda rutin berdatangan ke pusat belajar, kesungguhan mereka memperkaya pengajaran anaknya, serta hasil yang ditunjukkan di rapor maupun perilaku yang lebih positif, para orangtua pun mulai memberikan dukungan. Salah satu strategi yang dilaksanakan Isbanban untuk meraih dukungan dan melibatkan warga lokal agar berdaya dan berjalan berdampingan memajukan pendidikan anakanak ialah Pentas

Seni Anak Desa. Kegiatan
ini digelar mulai Oktober 2015 dan akan jadi agenda rutin. Aksi unjuk gigi yang dilakukan di semua pusat belajar Isbanban itu menampilkan anak-anak yang membaca puisi karyamereka, me nari, mengaji, hingga mengikuti cerdas cermat. “Pelajaran yang jadi perhatian kami, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, matematika, kesenian, IPA, dan IPS. Kami tampilkan pencapaian anak-anak pada pelajaran itu di depan para orangtua. Mereka tak menyangka anaknya bisa percaya diri, telaten, dan menguasai pelajaran. Kesadaran orangtua itulah yang memang kami targetkan,” kata Firmansyah yang bersama timnya juga memastikan setiap pusat belajar memiliki sedikitnya 150 buku bacaan yang didapat dari donasi relawan maupun masyarakat.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya