Belajar di Rumah Kita

Iis Zatnika
26/6/2016 06:35
Belajar di Rumah Kita
(Dok. Pribadi)

Mari berkenalan dengan anak-anak muda dan keluarganya yang berkolaborasi saling memguatkan agar sukses di sekolah hingga menggeluti passion-nya.

Acara pelesir ke Temanggung, Jawa Tengah, itu bukan cuma beragendakan jalan-jalan. Ada diskusi dan pelatihan yang dipandu Singgih S Kartono, sang pembuat Magno, radio berbahan kayu yang karyanya tersohor hingga ke mancanegara yang berproduksi di kabupaten berhawa sejuk itu, hingga berkunjung ke Pasar Papringan, yang menjual aneka sayur organik hingga kuliner lokal. Diskusi dan praktik dalam suasana seru juga dilakukan bersama Ara Kusuma, 18, sang pendiri Sapu Upcycling Workshop yang mengolah berbagai bahan bekas menjadi berbagai peranti yang berguna juga estetis.

Digelar pada 27 hingga 29 Mei, sebanyak 15 peserta dari Semarang, Malang, Bandung, Tegal, hingga Bekasi mengikuti kegiatan yang biayanya Rp1,5 juta itu. "Bagus kok responsnya, enggak semua soal workshop, ada juga jalan-jalan seru. Tapi, kami desain semunya bernuansa lokal, positif, dan berkontribusi buat sekitar," kata Ara Kusuma yang juga terlibat dalam kegiatan mendesain program yang digagas bersama kawan-kawannya dalam bendera URtravelearner itu.

Ara yang lulusan sarjana dari Royal Holloway, University of London, Singapura ini memang tengah seru-serunya mengeksplorasi dunia jalan-jalan, berkreasi dengan aneka bahan daur ulang serta berkolaborasi dengan banyak pihak untuk menggelar berbagai acara.

Target selanjutnya, kata Ara, bersama empat kawannya, ia tengah menggodok Jazz Pinggir Kali di Sungai Gunung Tuntung, Purbalingga, Jawa Tengah, pada 28 hingga 30 Oktober mendatang. Di sana akan ada wahana konser jazz, pertunjukan serta gerakan bersih-bersih hulu sungai. Musisi, pecinta lingkungan, penyuka jazz hingga mereka yang hanya ingin berplesir akan berkumpul di sana.

Eneska Busana

Bukan cuma Ara yang mengalami percepatan dalam akademiknya, sang kakak, Enes Kusuma pun melakukan lompatan yang sama. Kuliah di Singapura sambil bekerja paruh waktu untuk menutup biaya hidup, Enes Kusuma, 20, sang kakak yang bekerja di perusahaan fesyen kini juga merintis Busana Eneska.

Ia mengkreasikan busana berkonsep sarimbit untuk keluarga. "Sarimbitnya kami buat custom. Klien bercerita dulu tentang hobi dan karakter keluarganya, warna yang disuka, baru dibuat desainnya yang kompak untuk ayah, ibu dan anak-anaknya," ujar Enes.

Kontribusi dari rumah

Pencapaian Enes dan Ara, mantap menggeluti passion-nya, memaksimalkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, komunikasi, kolaborasi, serta selalu terpacu berkontribusi untuk sekitar disamping mengejar target pribadi, disebut keduanya tak lepas dari kontribusi orangtuanya, Septi Peni Wulandari dan Dodik Mariyanto. Pasangan yang saat ini bermukim di Salatiga dan menggeluti Padepokan Margosari yang rutin menggelar pelatihan agar para orang tua berdaya, melaksanakan tugas pengasuhan dan pendidikan keluarga.

"Kami menyebutnya home based education, dan itu tak berarti home schooling, apa pun pilihannya, sekolah di rumah, di sekolah formal atau sekolah nonformal, keluarga adalah wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak. Kami membagi apa yang sudah kami laksanakan, bisa divalidasi hasil-hasilnya, dan kami membuka pintu untuk orang tua belajar lewat web, sosial media, seminar atau datang langsung ke sini," kata Septi.

Mengasah fitrah, rasa ingin tahu, kreatifitas, seni dan ahlak, disbeut Septi menjadi lima sektor yang harus diasah orangtua dan dilanjutkan oleh setiap anak muda ketika kesadaran tentang eksistensi pribadinya mulai muncul. "Kami ingin menciptakan generasi yang punya daya intelektual untuk ingin tahu, berimajinasi kreatif, memiliki keterampilan seni menemukan sesuatu serta attitude yang baik," kata Septi.

Buat mewujudkannya, kata Septi, cuma butuh keseriusan dan sikap profesional, seperti yang dilakukan lazimnya kita saat bekerja atau belajar. "Kalau untuk kantor, bisnis atau belajar saja kita profesional, melakukan perencanaan, menyusun strategi, patuh pada agenda, melakukan evaluasi dan terus berinovasi, untuk kehidupan keluarga yang tak kalah pentingnya dalam hidup kita, harusnya sama juga dong," kata Septi.

Raker di tahun baru

Pilihan buat menggeluti dunia fesyen, kata Enes, sama sekali tak masuk dalam bayangannya sebelumnya. Namun, raker alias rapat keluarga terbaru, yang digelar keluarganya setiap malam tahun baru masehi menjadi pemicunya. "Karena tema tahun ini, menggeluti sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, ya saya coba lakukan ini dan ternyata memang itu perlu kok, coba-coba dengan serius dan ternyata menyenangkan, bahkan bisa jadi bisnis sendiri," ujar Enes.

Dari ruang keluarga ke New York

Validasi tentang pentingnya dukungan dan keterlibatan orangtua dalam proses pendidikan, bagi pencapaian anak-anak muda Indonesia juga diberikan Putri Maharani, siswa kelas 12 SMA HighScope Indonesia yang pada Global Business Challenge Virtual Enterprise 2016 di New York, Amerika Serikat (AS), meraih juara 1. Bersama tujuh kawannya dari Brasil, Jerman, dan AS, ia memecahkan kasus bisnis dengan menawarkan solusi dalam waktu dua jam.

"Aku selalu diskusi dengan orang tuaku. Walaupun sudah SMA, mereka dan selalu dikasi pilihan dan konsekuensinya, orang tua selalu mengarahkan agar aku memanfaatkan opportunity yang ada. Masih enak sih komunikasinya, mereka ikuti semua perkembangan di sekolah," kata Putri.

Diksusi yang rutin dilakukan setiap malam dan via WhatsApp, juga berbuah pencapaian bagi siswa HighScope lainnya, Ammar Ghifari. Sabtu (25/6), Ammar akan terbang ke Melbourne, Australia, untuk mengikuti Young Leaders Program di Trinity College, Univesitas Melbourne hingga 17 Juli mendatang.

"Orangtua selalu kasih masukan, kalau saya ambil pilihan ini, konsekuensinya ini, peluangnya ini, dan seterusnya. Saya beruntung, semua attitute ditanamkan sejak kecil, jadi sekaang nggak sulit lagi dengan disiplin, mengambil keputusan," ujar Ammar.

Mitra keluarga

Bukan cuma dilakukan di lingkungan keluarga, upaya menguatkan peran keluarga agar Indonesia dan generasi mudanya makin mantap juga dilakukan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga. Ada banyak kisah dan kiat yang bisa diaplikasikan di sana, termasuk buat kamu yang ingin berkontribusi. Kamu, terutama yang bergerak di bidang pendidikan, juga bisa ikut jadi bagian pemberdayaan pendidikan keluarga ini dengan menjadi Mitra Keluarga. Yuk ikutan! (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya