Berbuka Bersama walau Berbeda

Grace Olivia Sihombing, mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran/M-1
26/6/2016 06:20
Berbuka Bersama walau Berbeda
(DOK GRACE)

TERNYATA perbedaan dapat disatukan dalam sedehananya kebersamaan. Bangunan Blok E, Rusun Flamboyan, Cengkareng Barat, Jakarta Barat, Kamis (23/6) sore itu tampak lebih ramai. Tepatnya di ruang aula yang akan digunakan untuk acara berbuka puasa bersama. Ibu-ibu warga Rusun Flamboyan kompak mengenakan kaus berwarna merah bertuliskan 'Life Park Project Rusun Flamboyan' di punggung mereka. Mereka sibuk menyusun kue dan buah-buahan di piring-piring yang akan disajikan.

Global Peace Foundation (GPF) Indonesia kembali menggelar kegiatan bertajuk PEACE! Project dengan tema Rayakan perdamaian menembus perbedaan. Pada momentum bulan Ramadan kali ini, PEACE! Project diselenggarakan dalam bentuk berbuka puasa bersama dengan individu, komunitas, dan organisasi lintas agama seperti Yayasan Buddha Tzu Chi, Ospek Indonesia, dan Generasi Indonesia Sekarang. Kegiatan PEACE! Project ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahim antarumat beragama tanpa memandang perbedaan agama, suku, maupun ras.

Acara dibuka dengan berkeliling Rusun Flamboyan. Diding Muhidin, koordinator harian rusun, mengajak Muda dan para tamu undangan melihat unit kegiatan terpadu (UKT) warga Rusun Flamboyan, yaitu taman dengan berbagai tanaman seperti cabai rawit dan kangkung, juga kolam ikan lele. Di bagian belakang rusun, terlihat lapangan futsal yang juga menjadi bagian dari proyek GPF Indonesia untuk anak-anak dan remaja warga Rusun Flamboyan pada 2014 lalu.

"Dulu kami antarwarga rusun enggak saling kenal. Ya, hidup masing-masing saja setiap blok. Sejak ada kegiatan mingguan untuk anak-anak di sini, kami warga antarblok jadi lebih akrab," ujar Diding yang tinggal di Rusun Flamboyan sejak 1996.

Generasi muda jangan intoleran

Jam menunjukkan hampir pukul 18.00. Berbagai macam kudapan berbuka seperti kurma, gorengan, dan sirup dingin sudah tersaji di hadapan seluruh tamu dan perwakilan warga Rusun Flamboyan yang duduk melingkar dalam ruangan. Setelah doa berbuka puasa selesai dibacakan, makan bersama pun dimulai.

Chrisany, relawan GPF Indonesia yang telah bergabung sejak Agustus tahun lalu, sibuk mengambil gambar momen-momen berbuka puasa bersama itu. Lulusan Universitas Bina Nusantara yang akrab dipanggil Sanny ini hampir setiap minggu mengunjungi Rusun Flamboyan untuk mengajar bahasa Inggris atau kreativitas seperti membuat kalung dan gelang bersama anak-anak warga rusun.

Sanny mulai suka menjadi relawan sejak masih SMA. Menurutnya, pengalaman menjadi relawan membuatnya tidak merasa sendiri. Dengan menjadi relawan, ia bisa bekerja dengan dan untuk orang-orang yang tidak dikenalnya. Ia bergabung dengan GPF Indonesia sejak kegiatan PEACE! Project pertama tahun lalu, yaitu membersihkan bangunan masjid dan gereja di Jakarta Utara yang letaknya bersampingan.

"Jangan takut mencoba. Walaupun masih baru, kita justru bisa menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Jadi, cobalah sebanyak mungkin," saran Sanny untuk anak-anak muda yang ingin menjadi relawan. Awalnya, ia hanya aktif menjadi relawan di gereja, tetapi sekarang ia merasa lebih bermanfaat ketika bisa menjadi relawan untuk orang-orang lain di luar komunitasnya.

"Kita harus mulai lebih fokus pada persamaan nilai-nilai antaragama, bukan pada perbedaannya. Sebelum kita berpikir bahwa kita beragama Islam, Kristen, Buddha, atau apa pun, mari kita berpikir terlebih dulu bahwa kita adalah sebuah keluarga besar manusia," jelas Yor Ching yang merupakan warga negara Malaysia. Menurutnya, sudah seharusnya anak muda berbangga dengan keberagaman yang ada di Indonesia dan ikut menyebarluaskan nilai-nilai dan pesan-pesan perdamaian antarumat beragama. Perbedaan itulah aset yang menjadi sumber kekuatan dan keharmonisan bangsa kita.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya