Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Seniman dan Label Perhiasan Asal Magelang Dirikan Sanggar Budaya bagi Anak Setempat

Devi Harahap
25/8/2022 12:20
Seniman dan Label Perhiasan Asal Magelang Dirikan Sanggar Budaya bagi Anak Setempat
Seniman Galuh Larasati mengajar seni budaya pada anak-anak desa sekitar Candi Borobudur, Magelang.(MI/ Devi Harahap)

TIDAK hanya kesohor dengan Candi Borobudur, Magelang juga dikenal sebagai wilayah yang sarat wisata budaya. Untuk terus melestarikan kekayaan seni dan budaya, seniman lokal, Galuh Larasati, sejak 2017, mendirikan wadah belajar dan berkreasi bagi anak-anak desa setempat.

 

Bernama I Care Academy, pusat pengembangan seni dan budaya itu juga didukung oleh label perhiasan asal Magelang, Amero Jewellery. I Care Academy mengusung konsep asih, asah, dan asuh, yang sekaligus menjadi cara untuk membentuk karakter anak yang tangguh, kreatif, dan cinta budaya.

 

 "Kami ingin menjadikan I CARE Academy ini sebagai pusat pengembangan seni dan budaya untuk menciptakan generasi terampil, kreatif, inovatif, dan berintegritas. Kami punya misi yaitu Menerapkan pola asih, asah, dan asuh yang telah diwariskan secara turun-temurun," ujar Galuh atau yang akrab disapa Atik saat ditemui Media Indonesia pada Sabtu (13/8) di kawasan pedesaan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

 

Kini I Care Academy telah memiliki lebih dari 50 anggota anak-anak yang tinggal di sekitar Borobudur. Setiap hari Minggu anak-anak belajar berbagai kemampuan seni budaya hingga pembentukan karakter.

 

"Selain itu, ada juga pembelajaran plah pikir, olah rasa, olah sukma, olah rogo. Kita belajar tapi sambil bermain-main, dari 9 pagi mereka sudah ke sini, jam 4 sore nanti mereka kembali ke rumahnya," ujar Atik.

 

Di dalam I Care Academy, pola Asih diterapkan dengan mengajarkan pentingnya saling mengasihi. mencintai, menghargai, dan menghormati sesama dalam kehidupan sehari-hari. Karena setiap manusia memiliki karakter yang berbeda, sangat penting untuk dapat saling memahami untuk menciptakan suasana yang harmonis.

 

Sedangkan pola asah diimplementasikan dengan mengajarkan keterampilan hidup dasar. Berbagai macam upaya dalam membekali anak-anak dengan keterampilan umum dan khusus dilakukan untuk mempersiapkan mereka supaya hidup mandiri di masa depan.

 

Lebih lanjut, pola asuh dapat terlihat pada sebuah bingkai yang dapat membungkus Asih dan Asah di dalamnya. Saling Asuh diartikan dengan saling memelihara, memperhatikan, menjaga, dan bantu-membantu.

 

"Para murid-murid di I Care Academy didorong untuk saling mendukung satu sama lain agar dapat maju. Orang tua dari murid-murid juga dihimbau untuk menerapkan pola Asuh dengan membimbing anak-anak mereka sampai siap hidup mandiri," kata Atik sekaligus penulis buku "Nawung, Putri Malu dari Jawa" yang karyanya telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dipamerkan di Frankfurt Book Fair pada tahun 2015 lalu.

 

Pada mulanya, Atik hanya menyewa salah satu teras milik warga di Dusun Tanjung untuk digunakan sebagai sanggar belajarnya. Di teras rumah tersebut, Atik memulai perjalanannya dalam mengenalkan literasi kepada anak-anak dan orang tua mereka. Selain menjadi penulis, beliau juga mendedikasikan dirinya sebagai pendidik untuk anak-anak di daerah pedesaan Borobudur.

 

Melihat keantusiasan anak-anak di Dusun Tanjung, Amero Jewellery bersama Atik memutuskan untuk mengembangkan sanggar belajarnya ke Desa Karangrejo. Sanggar yang lebih luas tersebut dibangun dengan konsep ilustrasi pasar dan suasana alam terbuka di tanah seluas 1.500 meter.

 

Terinspirasi dari pasar tradisional yang kerap ia datangi di masa kecilnya, Atik menciptakan konsep kelas terbuka yang dinamakan "Sinau Seneng-Seneng" atau belajar sambil bersenang-senang pada anak-anak dengan cara yang interaktif dan menyenangkan.

 

"Saya ingin mengembalikan memori saya waktu kecil dulu, saya hidup di pasar Burobudur tepatnya di bawah candi sebelum dibugar menjadi taman wisata. Jadi saat saya pulang, kepikiran untuk memberikan tempat bermain anak-anak sambil mengembalikan bahasa ibu dan memperkenalkan pasar tradisional dengan bermain-main. Jadi di sini anak-anak banyak belajar tapi tidak terasa," jelasnya.

 

Atik memperkenalkan beragam komoditas dan budaya lokal yang kini sudah mulai hilang pada generasi muda. Hal itu pun turut melatar belakangi Atik tertarik untuk membuat kamus bahasa Jawa-Inggris bagi anak-anak desa.

 

"Banyak istilah-istilah yang anak-anak tidak tahu. Di sekolah pasar iini kita kembalikan lagi bahasa ibu yang sudah hilang," ujarnya

 

Citra (13) yang merupakan anggota I Care Academy mengatakan sangat senang mengikuti pembelajaran kelas pasar hingga belajar welas asih sehingga menjadi lebih peka dan dasar untuk mencintai keindahan di sekitarnya.

 

"Hidup ini ibarat seperti pasar, ada penjual dan pembeli, di sekolah pasar ini kami diajarkan bagaimana cara berkomunikasi dengan cara yang baik, selalu menghormati, menghargai dan tidak serakah dan dilatih untuk membeli hal yang dibutuhkan secukupnya," ungkapnya.

 

Hal yang sama diutarakan Kirana (11), dia selalu antusias setiap kali diajarkan berbagai ilmu dan keterampilan dengan konsep sambil bermain-main.

 

"Di rumah ini saya mempelajari banyak sekali ilmu dan keterampilan, dimana nantinya ilmu tersebut menjadi bekal untuk aku kehidupan kedepan supaya bisa mandiri dan percaya diri dalam mencapai cita-cita,"

 

CEO Amero Jewellery, Peter Agus Wijaya juga memberikan ide dan gagasannya tentang ajaran budi pekerti yang didapatkan dari kedua orangtuanya untuk anak-anak di I Care Academy. Beliau juga menunjukkan kecintaannya pada seni dan budaya, serta mendorong anak-anak tersebut untuk turut melestarikan kebudayaan Indonesia yang kaya dan indah.

 

"Ada berbagai jenis seni yang kami ajarkan seperti seni rupa melukis, bermain alat musik, menari. Ada juga belajar keterampilan seperti memasak, ada juga mendongeng, memahat, menjahit, merajut, dan pelatihan menata kamar agar mereka juga di rumah bisa praktek langsung agar mandiri," ujar Peter.

 

Atik berharap I Care Academy bisa membantu anak-anak dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi bakatnya, sehingga anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan cinta akan budaya.

 

"Semoga konsep di dalam I care ini bisa membuat anak-anak ini menjadi tangguh, mandiri, punya rasa budi pekerti yang baik, bisa mengenal budaya di sekitar, dari sini kita mengharapkan tamu-tamu asing yang datang ke Borobudur merasa sedang ada di Jawa dan anak-anak sudah siap untuk memperkenalkan budayanya," pungkasnya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya