Kancet Datun Julut Tarian Tanda Syukur

19/6/2016 03:10
Kancet Datun Julut Tarian Tanda Syukur
(MI/ABDILLAH M MARZUQI)

KEGEMBIRAAN Anyi Selong masih terjaga. Anyi Selong juga seorang paren kenyah (bangsawan) yang juga pencipta alat musik petik sape. Simbol rasa syukur itu bertumbuh setia dalam gerak Kancet Datun Julut. Meski awalnya tarian itu ditujukan sebagai tanda syukur atas kesembuhan penyakit istrinya, di masa sekarang, tari ini juga dibawakan untuk penyambutan tamu. Artinya, tanda syukur dan rasa gembira terus lestari dalam tarian itu.

Gembira menyambut tamu. Gembira bersua kawan. Kancet Datun Julut berasal dari bahasa Kenyah. Kancet berarti tari. Datun dapat dipahami sebagai berjalan panjang membentuk lingkaran, sedangkan julut berarti berbaris atau berjejer. Tarian ini merupakan tarian bersama wanita suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Kancet Datun Julut merupakan tarian wajib bagi suku Dayak Kenyah. Dalam upacara apa pun, Kancet Datun Julut selalu dilakukan. Seperti upacara adat Mecaq Undat atau pesta panen. Bahkan dahulu, tarian bisa sehari penuh ketika merayakan kemenangan dalam peperangan.

Kala itu, Kancet Datun Julut dibawakan saat uman undrat atau upacara pesta panen di Desa Budaya Lung Anai, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, pada 21 Mei 2016. Datun Julut ditarikan para wanita yang memakai pakaian adat tradisional wanita Kenyah, yakni sape dan ta’a beserta penutup kepala topi bulu disebut tapung puk serta dilengkapi kirip (bulu burung) di kedua belah tangan mereka. “Ciri khas semua tari-tarian para perempuan Kenyah selalu dilengkapi
dengan membawa kirip di kedua belah tangan dan gerakan yang lemah lembut,” ujar salah seorang warga desa.

Semua bergerak mengikuti irama musik. Denting berpadu dengan lambaian lembut tangan para anak penari. Lemah gemulai mereka ber gerak, tapi tetap anggun dengan hiasan dari bulu burung di tangan. Kancet Datun Julut dibawakan dengan iringan musik tradisional khas suku Kenyah, seperti sampe’ ikeng dan jateng utang. sampe’ ikeng berbentuk seperti gitar. Sementara itu, jatung utang terbuat dari batangan kayu yang satu sama lainnya dirangkai dan diikat dengan tali rotan. Tiap lempengan kayu yang tersusun tersebut memiliki nada tersendiri.

Jatung utang biasanya dibuat dari batang kayu lempung dengan panjang sekitar 20-50 cm dan lebar 5-10 cm. Jatung utang dibunyikan dengan cara memukul dengan 2 alat pemukul yang disebut tit atau petit. Biasanya ada dua instrumen yang digunakan. Satu orang memainkan melodi dan yang lainnya sebagai penyeimbang instrumen. Namun, boleh saja dua orang bermain melodi dan iringan bergantian untuk memberikan variasi lagu. Dahulu, alat musik ini tidak dimainkan untuk mengiringi belian atau lagu maupun tarian.

Namun sekarang ini, jatung utang turut dimainkan untuk mengiringi lagu dan tarian. Bahkan jatung utang juga biasanya dimainkan ketika musim tanam tiba sejak ladang dibakar (tau nugan) dan ketika nanti panen (tau majau). Selain itu, jatung utang untuk ritual mengusir hewan yang biasanya merusak tanaman, seperti babi, rusa, monyet, dan burung. ( Abdillah M Marzuqi/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya