Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
HAMPIR semua dinding ruang itu bertutup. Sengaja panel yang dipilih berwarna hitam. Melingkar dan berkeliling. Panel-panel itu hampir tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk menampakkan dinding asli. Putih temaram dinding hilang. Seketika berganti warna. Semua berbalut warna hitam. Seketika melangkah melewat daun pintu, seperti memasuki ruang berselubung hitam.
Namun, jangan kira kesan hitam menciptakan kesan suasana he ning. Masih ada banyak kertas indah berbingkai yang seolah bermunculan dari latar panel hitam. Kertas-kertas itu tidak putih bersih. Ada guratan warna yang muncul darinya. Itulah pertama kesan yang didapati saat masuk ruang pamer Balai Budaya. Setidaknya, kesan tersebut akan terus bisa dinikmati selama lebih dari seminggu. FX Jeffrey Sumampouw sedang berpamer karya dalam tajuk Blue Card from Me. Tak kurang dari 100 karya indah menempel pada panel hitam penutup dinding Balai Budaya. Karya itu akan ada di situ
pada 14-22 Juni 2016.
Saat berkeliling ruang pamer, mata akan dimanja dengan keindahan visual. Warna-warna terang tampak berpadu apik dalam selembar kertas. Semua selaras dengan kelindan masing-masing. Hampir tidak ditemui tabrakan warna yang mengganggu kenikmatan visual. Selembar kertas dengan banyak imajinasi. Kebanyakan kertas karya memuat warna yang condong terang. Hampir-hampir tidak ditemui warna kusam dan gelap. Lalu apakah latar panel berwarna hitam punya masalah dengan
warna yang ada dalam kertas.
Ternyata tidak. Justru latar panel berwarna hitam itu juga berturut serta dalam memperteguh babakan warna dalam kertas. Sungguh warnawarna hasil abstraksi yang mampu membuat teduh. Berbincang tentang abstrak. Bagi Jeffrey, abstrak ialah sebuah penalaran dari realitas dalam proses penciptaan. Entah sengaja atau tidak sengaja, tanggung jawab estetika tidak lagi semata-mata pada persoalan tampilan, tapi gagasan yang terkandung di dalamnya, yang dapat diterima, meskipun bagi sebagian orang terlalu sulit untuk dimengerti.
Ada pula upaya untuk menemukan bentuk baru yang kemudian disatukan dengan pemikiran yang ada di baliknya atau terkait dengannya. “Karya adalah pertanggungjawaban terhadap citra. Maka hasil kerja hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin. Kerja hasil ini merupakan latihan untuk hari esok,” begitu menurut Jeffrey. Tajuk Blue Card from Me dipilih bukan sekadarnya sebab ada siratan makna terkandung di dalamnya. Tajuk itu menjadi gambaran titik puncak kegelisahan Jeffrey terhadap persoalan dalam masyarakat. Keseluruhan karya merefleksikan pergolakan batin, pergolakan, sekaligus pemaknaan. Warna bukan hanya merah dan hitam, masih ada biru.
Sarat pesan
Blue Card from Me merupakan sebuah pesan. Pesan cinta kasih yang sering kali disalahtafsirkan sehingga melahirkan luka dan kesedihan. Blue Card from Me juga pesan tentang kemanusiaan, tentang berbagi terang dan kegelapan, berbagi bumi dan udara, berbagi pendapat dan pemikiran, berbagi penghormatan dan kesetiakawanan. “A Blue Card from Me adalah pesan tentang berbagi harapan,” tegas Yenti Nurhidayat dalam pengantar pameran berjudul Memaknai Biru. Masih dalam bincang tentang tajuk, Nuroji juga mengungkap tangkapan makna dari Blue Card from Me. “Bung Jeffrey dengan karya-karyanya, dan melalui judul-judul lukisannya sedang berupaya memberikan kesadaran pada kita untuk berintrospeksi, menjalani hidup lebih baik, tanpa kekerasan, tanpa keserakahan.
Bahwa dalam rongga kehidupan masih ada cinta kasih yang teduh,” terang Nuroji dalam pengantar. Puguh Tjahjono S Warudju menyatakan, pameran Blue Card from Me dengan ukuran lukisan yang kecilkecil telah menjadi bukti atas Jeffrey yang kian piawai dalam melihat dan memahami ruang. Bagaimana intuisi, afeksi, sekaligus kognisinya bekerja secara adaptatif terhadap ruang dan media.
“Karya-karyanya kali ini lebih mengejutkan, sederhana tapi sarat substansi artistik dengan dimensi maknanya, menggelitik, dan menggugah.” terang Puguh dalam pengantarnya. Senada dengan Puguh, Weye Haryanto juga bertutur terang tentang karya-karya Jeffrey yang berciri deskriptif, tetapi lanskap yang diidealisasikan bukan realitas. Karyanya menggambarkan esensi segala sesuatu yang bukan sekedar permukaan.
Lebih jauh lagi, menurut Haryanto, karya-karya Jeffrey ialah sebuah bentuk meditasi yang mengekspresikan gambar atau perasaannya secara objektif. “Dengan kata lain, Jeffrey bukan hanya menyuguhkan warna bentuk garis dan bidang, melainkan juga menghadirkan sebuah puisi liris dengan diksi yang begitu indah lugas dan menyejukkan,” pungkas Haryanto. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved