ZartZort

Syafitri Natasya Burhani, SDIT Cordova Tangerang, Banten, Reporter Cilik Media Anak Media Indonesia 2015
12/6/2016 03:00
ZartZort
(MI/Duta)

"Red complex! Alihkan perhatian musuh bagian barat!"

"Green complex! Alihkan perhatian musuh bagian timur!"

"Blue complex! Setengah dari kalian, alihkan musuh bagian utara. Sisanya, di bagian selatan!" "Black complex! Lindungi pesawat utama!" perintah komandan yang membuat telinga sakit, langsung dilaksanakan prajuritnya.

***

Keempat complex ialah sahabatku sekaligus prajurit yang khusus disiapkan untuk berperang. Aku sendiri mengendarai pesawat utama. Membantu komandan.

Perang kali ini sangatlah hebat. Perang antarplanet. Komandan, aku, dan keempat complex berjuang agar Planet Zart--planet yang aku tempati tidak hancur di tangan pemimpin Planet Zort, musuh bebuyutan Planet Zart dari dulu.

Dentuman yang keras, ledakan yang hebat, senjata laser yang saling bertemu dan beradu, deru pesawat tempur, meteorit yang beterbangan, Semuanya menjadi satu di depan mataku. Memang tidak mudah berperang di angkasa luar.

***

Pasukan Planet Zort semakin menjadi. Mereka semakin mengirimkan banyak pasukan tersembunyi. Komandan semakin memperkuat pertahanan. Tangan komandan semakin cepat melihat keadaan perang lewat monitor touch screen. Semakin banyak pula pasukan Planet Zart yang gugur dalam perang.

"Aktifkan LaserSRB106! Arahkan tepat di bagian inti pesawat induk Planet Zort! Bagian inti ada di bagian kepala pesawat induk musuh!" Komandan memerintahku.

***

Aku menekan tombol warna merah kuat-kuat. Aku harap, dengan ini, Planet Zort kalah dengan rasa menyesal karena sudah menyerang Planet Zart! Cahaya hijau terang keluar dan langsung mengarah tepat di kepala pesawat induk Planet Zort. Yes! Itu berhasil kena....... Hei! Apa yang terjadi?! Pasukan Planet Zort kembali bertambah dan melindungi pesawat induk mereka! Argh! Padahal, tadi sudah hampir sampai! Butuh 5 menit untuk mengisi ulang peluru.

"Mereka ini! Mau sampai kapan menambah pasukan terus menerus?! Berapa sisa pasukan kita?!" Tanya komandan dengan penuh emosi. "Red complex masih 100 ribu pasukan. Green complex sudah 50 ribu pasukan. Blue complex tinggal 150 ribu pasukan. Black complex masih 275 ribu pasukan," jawabku sambil terus memantau jumlah pasukan Planet Zart dan keadaan persenjataan yang pasukan Planet Zart miliki.

***

"Apa yang terjadi jika kita mengirimkan 20 ribu pasukan black complex ke green complex?!" tanya komandan.

"Pertahanan di salah satu sisi pesawat induk berkurang. Itu akan bahaya. Terutama di sisi belakang. Itu inti dari pesawat induk kita," jawabku.

Komandan mengacak rambutnya. "Sudahlah. Kirimkan saja 100 ribu pasukan black complex yang berada di sisi kiri ke green complex!"

Aku mengangguk. Aku mengirim pesan ke 100 ribu pasukan black complex agar menuju green complex. "100 ribu pasukan sudah ke green complex, tetapi blue complex menurun menjadi 50 ribu pasukan. Mereka diserang lewat pasukan Planet Zort yang baru datang."

"Lupakan pasukan sementara! Sekarang, bagaimana keadaan LaserSRB106?! Apa sudah terisi ulang?!" Tanya komandan yang masih penuh dengan emosi.

Aku melihat monitor persenjataan. Kemudian mengangguk. "Apa kembali di luncurkan sekarang?"

"Sebentar, maju sedikit dengan perlahan agar tidak terlalu mencolok," ujar komandan dengan mata yang masih terfokus dengan monitor.

***

Aku menjalankan perlahan pesawat induk. "Apa sekarang sudah bisa meluncurkan LaserSRB106?!" Tanyaku setengah berteriak.

Komandan mengangguk. "Bidik pesawat induknya dengan baik. Pastikan tidak ada pasukan Planet Zort di dekat pesawat induknya."

Aku mengacungkan jempol. Aku kembali menekan tombol warna merah kuat-kuat. Cahaya hijau terang kembali keluar. Kali ini aku memilih membidik sisi kanan pesawat induk Planet Zort. Dan cahaya merah datang dari pesawat induk Planet Zort. Melawan cahaya hijau. Itu senjata laser milik Planet Zort!!! BOOM! Pesawat induk Planet Zart sedikit oleng dibuatnya. "Apa lagi ini?! Cepat, periksa bagian apa yang terkena senjata itu! Apa yang terjadi saat terkena senjata itu?!" komandan bertambah emosi.

***

Aku melihatnya lewat monitor. "Sisi kiri mengalami sedikit kerusakan. 1 dari 4 baling-baling terbakar dan tidak bisa digunakan lagi. 25 ribu pasukan black complex yang dekat dengan baling-baling gugur."

"Berapa sisa pasukan kita?! Apa itu masih cukup untuk bertahan?!" tanya komandan sambil mengacak rambutnya kesal. Aku menggeleng. "Sangat buruk. Red complex hanya 1.000 pasukan. Green complex hanya 500 pasukan, walaupun sudah dibantu black complex. Blue complex tinggal 1.500 pasukan. Ketiga complex diserang Planet Zort dari berbagai arah, sedangkan black complex yang tersisa masih terus berusaha melindungi kapal induk."

"Habis sudah harapan kita untuk Planet Zart merdeka dari Planet Zort. Apa perlu kita keluarkan sekarang?!" Emosi komandan.

"Kenapa berpikiran seperti itu? Apa Anda sudah berputus asa? Secepat itu kah?!" sindirku. (M-1)

Bersambung pekan depan



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya