Jejak Rasa Pulau Berbeda

DI dalam dapur terbuka Arts Cafe Daniel Patterson, tampak serangkaian aroma yang menari di hidungnya. "Saya suka sekali pada aroma yang menyegarkan ini, apa yang dimasukkan ke dalamnya?" tanya executive chef dari Raffl es Jakarta itu antusias. Di hadapannya, Chef William Wongso tak kalah semangat. Pakar masakan Nusantara itu menjelaskan aroma yang menarik penciuman Daniel. Mereka terlibat diskusi berbagai menu masakan yang sedang disiapkan di dapur kafe yang berada dalam Raffl es Jakarta itu. Sepanjang Ramadan ini, Arts Cafe menyajikan kolaborasi apik keduanya dalam tema A Journey through Nusantara.

"Kita sering terbuai konotasi Ramadan itu selalu Arab, padahal semestinya bukan begitu," cetus William Wongso. Martijn Dekker, Direktur Sales dan Marketing Raffl es Jakarta, sengaja memilih masakan Nusantara lantaran menyadari betapa lezat dan kayanya kuliner di Indonesia. "Kami membuat setiap pekan memiliki cerita berbeda. Setiap minggu pelanggan bisa datang dan rasakan sensasi pulau yang berbeda," sebutnya. Untuk mengawali perjalanan kuliner, pengunjung diajak menikmati berbagai santapan khas Bali dan Lombok pada 6-12 Juni, diikuti Sulawesi dan Kalimantan (13 - 19 Juni), Sumatra (20-26 Juni), dan ditutup dengan hidangan Jawa pada 27 Juni hingga hari terakhir Ramadan.

Potensi rasa
Media Indonesia berkesempatan mencicipi serangkaian hidangan asal Bali dan Lombok pada 24 Mei 2016. Sebagai pembuka, pramusaji menghidangkan seporsi kecil lawar khas Bali. Campuran sayuran, daging cincang, dan parut kelapa itu terasa ringan dan menyegarkan. Masih dari sudut dapur terbuka, pramusaji akan mendatangkan nasi campur Bali, satai lilit, dan udang bumbu Bali. Sepanjang Ramadan ini, dapur terbuka itu bisa disebut sebagai 'daerah kekuasaan' Chef William Wongso. Pasalnya, semua yang disiapkan di situ, resepnya disiapkan langsung darinya. "Saya sebisa mungkin menggunakan resep orisinal, seautentik di daerah asalnya," jelasnya menambahkan perubahan hanya pada tingkat kepedasan supaya bisa dinikmati semua orang.

Lantaran ada empat pekan dengan empat kepulauan berbeda dan di setiap pekannya ada empat menu dari Chef William, itu artinya tak kurang dari 16 menu disiapkannya secara khusus. Dia pun mengaku memilih akan mengangkat masakan daerah yang jarang dikenal orang. Menu-menu tersebut disajikan secara free fl ow. Di pekan Bali dan Lombok, di antaranya ada daging kater nak, bebek betutu, udang panggang jimbaran, pepes udang bali, urap jukut bali, dan kambing guling. Di salah satu sudut, ada shawarma ayam bumbu bali. Berbeda dengan swarma dari timur tengah, rempah khas Bali yang menyegarkan terasa betul, termasuk serai. Bahkan deretan hidangan penutup, pilihannya sangat bervariasi. Tak hanya kudapan manis yang biasa ditemukan di pasar tradisional, ada juga variasi cake yang nikmat.

Kesuksesan rasa ubud warm coconut pudding yang lembut di lidah membuat saya tergoda untuk mencicipi pandan infused cream caramel. Kesuksesan berulang. Itu mendorong saya menjajal balinese coffee cheese cake yang hasilnya memuaskan. Untuk menambah suasana Bali, alunan musik tradisional dipertunjukkan secara langsung dan membawa kita seolah sedang di Pulau Dewata. Dikabarkan, musisi tradisional daerah lainnya pun akan didatangkan sesuai dengan tema. Sungguh membuat tak sabar untuk tahu ada kejutan apa lagi yang ditawarkan pada pekan-pekan berikutnya. Dari Sulawesi dan Kalimantan nanti setidaknya dipastikan ada konro daging sapi, ayam rica-rica dan nasi manado.

Saat tiba giliran pekan Sumatra, akan ada nasi lemang, satai padang, dan shawarma dengan bumbu rendang. Sementara itu, pada pekan Jawa, akan ada rabeg kambing khas Banten, pecak ikan tongkol, mi kocok bandung, dan shawarma rasa maranggi. Akan sulit menampik bahwa kuliner Indonesia memang sedemikian kaya rasa. Jika Anda ingin menikmati menu buka puasa buffet di Arts Cafe, harganya terbagi dua, yakni Rp398 ribu++ (17.45-20.30 WIB) dan Rp298 ribu (20.30-10.30 WIB). (M-5)