Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Pemandangan itu bisa dilihat dalam sebuah lukisan berjudul “Passage of Time #1 -9” (2022) karya Harishazka Fauzan, yang kini dipajang dalam pameran tunggal perdananya “Past, Present, Future” di Galeri RUCI, Blok M, Jakarta yang digelar hingga 26 Mei mendatang.
Karya-karya yang ditampilkan kali ini berangkat dari hasil refleksi mendalam terhadap pergolakan batin mengenai dinamika waktu yang penuh ketidakpastian pada masa periode pandemi covid-19 sepanjang April 2020 hingga April 2022. Azka menuangkan kegelisahan yang sempat dialaminya, serta kesadaran-kesadaran baru akan waktu.
Terlatih sebagai pelukis yang kerap mengeksplorasi warna-warna cerah, Azka merupakan seniman kontemprorer asal Jakarta yang memiliki latar belakang studi arsitektur interior sehingga membentuk karakter cara kerja yang cermat dan teliti. Tak hanya itu, karya-karyanya juga kerap diaggap sebagai kolase dari potongan budaya kontemporer, yang kerap disertai perspektif kritis terhadap berbagai situasi kehidupannya.
Semangat itu yang dapat kita lihat dari “Passage of Time #1 -9”, lukisan yang dibuat saat situasi pandemi itu menerapkan gaya abstraksi geometris dengan warna-warni yang khas. Ketekunannya dalam membuat stensil dan menggunakan masking tape telah menghasilkan setiap garis tergambar dengan rapi dan konsisten pada tempatnya.
Situasi pandemi yang serba tak menentu telah melahirkan berbagai kesadaran baru tentang waktu di benak Azka. Ia mencoba memaknai kembali ihwal waktu dalam karya-karyanya. Melalui pameran itu, para penikmat seni diajak merenungkan pandangannya mengenai gagasan waktu dalam rangkaian karya abstrak. Tak hanya itu, audiens juga diajak untuk mempertanyakan cara-cara kita mengatur waktu dan menempatkan diri di dalamnya.
“Pintu itu saya maknai sebagai lorong waktu yang menjadi harapan baru, sekaligus momen bagi kita semua untuk memulai kembali segala aktivitas dari nol, dan menapaki masa depan yang lebih baik setelah situasi pandemi. Saya coba membuat 9 panel berbeda warna, bentuk, dan posisi yang berarti bahwa setiap orang bisa memilih untuk masuk ke lorong apapun yang dia suka. Lorong waktu di sini juga bisa diartikan seperti lahan baru untuk dicoba,” jelas Azka, saat.memandu Media Indonesia melihat pameran itu bersama kurator , Zarani Risjad, Jum’at (13/5).
Selain memajang karya “Passage of Time #1 -9”, pameran ini juga menghadirkan “Enlightenment #1” (2022) dan “Back In The Day #1” (2022). Selama periode karantina, kata Azka, lebih banyak bagian-bagian kehidupan kita yang memasuki ruang-ruang virtual sehingga hal itu menjadi bagian dari kehidupan di era kenormalan baru. Namun waktu justru bergerak begitu cepat hingga membuat dirinya sebagai seorang seniman merasa kesulitan untuk beradaptasi dan menjalaninya.
Karya “Enlightenment #1” (2022) menjadi salah satu petanda upaya Azka mengeksplorasi secara mendalam tentang pengertian temporalitas yang dipengaruhi oleh isolasi, khsusnya saat mencoba bertahan dan mengatur keseimbangan aktivitasnya yang lebih sehat antara waktu kerja dan setelah bekerja, praktik yang lebih baik untuk menavigasi dunia digital, dan mengungkap batas baru dalam praktek kreatifnya.
Lukisan ini menggambarkan elemen grafis baru yaitu serangkaian lingkaran warna-warni yang saling terkait, berkelok-kelok, dan melengkung hingga membentuk seperti cacing melalui komposisinya lalu melewati berbagai dasar bentuk geometris yang berwarna.
Gelombang-gelombang ini meniru lika-liku dari sisi emosional Azka yang sedang dalam keadaan “burn out” dan berjuang untuk menemukan ketenangan di tengah masa pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia mengamati bahwa waktu tampak makin cair dan tidak stabil. “Garis tak terputus dari lingkaran tersebut adalah lingkaran waktu yang terdiri dari 24 jam,” ujar Azka.
Menurut Zarani, Azka merasa tersesat sehingga keyakinannya bahwa waktu berkesinambungan dan terbatas menjadi terbantahkan. Alih-alih, ia justru menemukan bahwa dalam dunia digital, manusia menjadi kekal. Di dunia digital yang terus-menerus hidup 24 jam dalam sepekan, kita disediakan pilihan yang tak ada habisnya dan selalu berubah-ubah. Pada akhirnya, dunia tersebut telah memengaruhi pemahaman kita akan waktu di dunia nyata.
“Di beberapa lukisan cacingnya seperti meliuk di antara satu objek, lalu di beberapa lukisan cacingnya melewati objeknya, ada beberapa lukisan yang cacingnya berinteraksi dengan elemen-elemen lain. Semua itu menggambarkan naik turunnya waktu selama masa pandemi 2 tahun ini yang kita semua mengalami dan pada akhirnya kita menyadari arti waktu di dunia nyata, jadi secara personal Azka menggambarkan itu lewat karya-karya ini,” jelas Zarani.(M-4)
“
LUKISAN cadas tertua di dunia berhasil ditemukan oleh tim peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan Griffith University pada gua di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Lukisan ini menggambarkan seekor babi hutan dan tiga sosok mirip manusia yang berusia setidaknya 51.200 tahun, lebih dari 5.000 tahun lebih tua dari seni gua tertua sebelumnya.
Salah satu seniman cilik yang karyanya berhasil terseleksi pada ArtJog 2024 ini adalah Louis Gilbert Yulianto, 11 tahun asal Yogyakarta.
Jokowi dan Romo Agus gemar bermain bersama di kebun, ladang, dan pinggir hutan, salah satunya untuk mengumpulkan belalang.
Aktivis dari kelompok hak-hak hewan merusak lukisan resmi pertama Raja Charles III yang dipajang di sebuah galeri di London.
Pameran Warna-Warna Kopi menampilkan 35 lukisan yang menggunakan pewarna dari ampas kopi.
Di Road to Artjog, hajat seni tersebut menyajikan pameran tunggal dari seniman Zulfian Amrullah bertajuk Performa Kinestetik.
Pameran ini berawal dari keinginan Prasidha ‘93 menggelar reuni sekaligus perayaan HUT ke-30.
Karya tiga dimensi menonjolkan dimensi panjang, lebar, dan tinggi, sehingga memungkinkan untuk dilihat dari berbagai arah. Selain itu, ia menampilkan ruang, bentuk, dan volume yang khas.
Indra penglihatan, yang termanifestasi dalam organ mata manusia, memegang peran sentral dalam menyediakan sumber informasi vital bagi kehidupan manusia.
Pameran karya-karya dosen FSRD IKJ di Galeri FSRD IKJ, Jakarta, 19 Desember 2023-5 Januari 2024 bukan hanya tentang melihat karya seni.
Dengan penjualan yang sangat positif, Art Jakarta mempertahankan posisinya sebagai salah satu pekan seni yang paling dirayakan di Asia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved