Adu Bagus Film Anak Kampus

Suryani Wandari
05/6/2016 00:50
Adu Bagus Film Anak Kampus
(DUTA)

SEJAK sore, puluhan filmmaker jebolan Program Studi Film dan Televisi (FTV) Universitas Multimedia Nusantara (UMN) telah berkumpul di Goethe Institute, Menteng, Jakarta Pusat. Kamis (26/5) itu, mereka menampilkan karya fi lm kepada berbagai kalangan seperti praktisi perfi lman dan animasi, produsen fi lm, dan kritikus. Tahun ini puncak ajang UMN Screen atau kegiatan tahunan pemutaran fi lm karya terbaik mahasiswa kampus itu, menampilkan 6 film pendek dan 5 animasi. Sebelumnya UMN Screen 2016 telah berlangsung di Lecture Hall UMN pada 23- 25 Mei dengan menampilkan film pendek dan animasi hasil tugas akhir mahasiswa yang terbuka untuk umum.

"UMN Screen menjadi wadah bagi sineas dan animator muda UMN untuk menjalin networking dengan para praktisi dunia fi lm dan animasi. Ini merupakan modal bagi mereka untuk ke depannya tetap eksis dan sukses dalam industri di masa yang kan datang," kata Ketua UMN Screen 2016 Brandon Hetarie. UMN Screen tahun ini pun mendapatkan respons dan partisipasi yang bagus, terbukti dari banyaknya konten animasi dan penggabungan animasi fi lm yang masuk lebih banyak.

Proses pembuatan
Film-film yang diproduksi mahasiswa ini sebenarnya merupakan tugas akhir semester yang dibuat secara serius dan penuh kerja keras. Mereka bahkan melakukan riset, syuting, hingga pengeditan dengan proses yang lumayan panjang bersama timnya. Bebebrapa film dan animasi yang kompeten diikutsertakan dalam beberapa festival. Hasilnya, dua karya mahasiswa UMN ini mendapatkan juara.

"Kami melakukan riset dari perpustakaan saja karena pada era sekarang hal yang kami angkat ini sudah tidak ada," kata Kharis Wibowo, tim animasi Lakuna. Animasi yang Kharis buat bersama timnya memang mengangkat kultur Mentawai berupa tato mistik. Mereka meriset ke berbagai perpustakaan untuk mengetahui lebih banyak mengenai tato tersebut.

Dokumenter sang asisten RT
Berbeda dengan animasi Lakuna, film dokumenter Bibi Siti Switi yang merekam kisah nyata seorang asisten rumah tangga ini mengikuti keseharian tokohnya ke mana pun. "Proses pembuatan fi lm dokumenter ini selama hampir dua tahun. Untuk mendapatkan cerita yang utuh, kami mengikuti tokoh tersebut hingga ke kampung halamannya di Lubuk Linggau, Sumatra Selatan," kata Stefany, tim film dokumenter Bibi Siti Switi. Tanpa mengungkapkan sedikit pun kesedihan seorang PRT, mereka berhasil merekam sisi percintaan Siti Jaroh, seorang janda yang sedang menyeleksi tiga pria untuk menjadi kekasih dunia akhiratnya. Mereka mengungkapkan memasukkan unsur 'feel' berpengaruh pada kenikmatan penonton. Bahkan untuk itu, mereka melakukan pendekatan yang lumayan lama untuk bisa membuat calon tokohnya terbuka. "Kami melakukan beberapa pendekatan agar ia bisa cerita, bahkan hampir setiap hari kami datang ke tempat Bibi Siti membawa kamera untuk mengenalkannya dengan benda tersebut," kata Stefany.

Menang festival
Animasi Drenched mendapatkan pengakuan dunia pada Festival The 2015 World Animation Celebtarion di California, AS. "Kami tak menyangka dapat menang, apalagi animasi ini satu-satunya perwakilan Indonesia di festival itu," kata Raffael A Gumelar, sutradara animasi Drenched. Drenched di-screening dalam kategori 2D Computeer Animation untuk Student Film. Satu lagi, Maret lalu fi lm dokumenter Bibi Siti Switi memenangi XXI Short Film Festival dalam kategori film pendek dokumenter terbaik. "Berasa mimpi, padahal kami memakai kamera seadanya. Kami juga memiliki pengalaman paling sedikit," kata Stefany.

"Ini sebenarnya jadi peluang usaha bagi mahasiswa bahwa bidang animasi tidak hanya dibutuhkan di perusahaan besar, tapi peluang pula di dunia entrepreneur," kata Koordinator Peminatan Animasi FTV UMN M Chaya Daulay. Ya, hasil yang bagus tentu membutuhkan perjuangan yang luar biasa pula. Ini pun menjadi sebuah pintu untuk siap bersaing di dunia profesional. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya