Pertunjukan Wayang Disarankan Lebih Kontekstual

MI
29/5/2016 01:00
Pertunjukan Wayang Disarankan Lebih Kontekstual
(Antara)

EKSISTENSI pertunjukan wayang kian meredup seiring dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi. Jumlah dalang yang berkurang dan regenerasi yang tidak optimal membuat cerita dalam wayang kerap dianggap kurang dapat berkembang.

"Sesuatu yang baru sebenarnya tidak tabu untuk dapat masuk cerita wayang. Ini yang kurang dapat dipahami dalang hingga akhirnya mereka tidak dapat mengembangkan cerita," ungkap dalang Wayang Kampung Sebelah (WKS) Surakarta, Ki Jlitheng Suparman, dalam seminar Prospek Pergelaran Wayang pada rangkaian Festival Wayang Indonesia 2016, di Museum Wayang, Jakarta, kemarin.

Ki Jlitheng mengungkapkan saat ini potensi wayang untuk menjaring massa dan menyebarkan informasi seperti yang pernah terjadi sudah kalah dengan berbagai hal, terutama media.

Untuk mengatasi hal itu, Ki Jlitheng menekankan perlu dilakukan upaya perubahan paradigma dari dalang untuk lebih mengerti dan memahami persoalan-persoalan aktual sehingga cerita dapat dikembangkan dan lebih mudah diterima masyarakat. "Itu tantangannya, agar dalang lebih banyak belajar," tambahnya.

Senada, Kasidi Hadiprayitno, dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta, mengatakan upaya maksimal harus dilakukan untuk membantu pelestarian dan peningkatan potensi pergelaran wayang. Tidak hanya dari dalang dan penikmat, tetapi juga melalui unsur terdasar, yakni sekolah.

Dalam kesempatan yang sama, wartawan senior dan penggemar wayang, Ono Sarwono, mengatakan saat ini publikasi di media massa mengenai wayang masih kurang. Minimnya jurnalis yang mampu memahami dan menulis dengan baik segala hal tentang wayang menjadi salah satu penyebab.

Selain itu, kurangnya peran serta dan partisipasi masyarakat juga membuat hal itu semakin terasa. Minimnya jumlah pakar dan tokoh dunia wayang yang kerap menyumbang aspirasi melalui tulisan di media massa juga membuat kolom bertema wayang semakin langka.

"Padahal, media juga sangat membutuhkan sentuhan itu. Seni budaya, termasuk wayang. Apalagi wayang bisa diangkat untuk berbagai persoalan dan pendekatan, termasuk politik dan sebagainya," tutup Ono. (Pro/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya