Merayakan Ketakterhinggaan Seni Fluxus

MI/ardi/furqon ulya himawan/M-6
14/6/2015 00:00
Merayakan Ketakterhinggaan Seni Fluxus
(MI/Furqon Ulya Himawan)
SEBUAH pohon maja ditanam di halaman depan Gedung Taman Budaya Yogyakarta. Tanaman tersebut bukan untuk penghijauan atau penghias taman. Pohon itu ditanam sebagai salah satu karya seni yang ditampilkan dalam Art Jog 8. Karya seni tersebut berjudul Wish Tree, sebuah karya yang berdasarkan ide lama dari Yoko Ono, istri mendiang pentolan grup musik The Beatles John Lennon.

Wish Tree ialah sebuah pohon yang memiliki buah-buah harapan yang digantung di tiap-tiap dahan dan ranting. Harapan-harapan tersebut berasal dari setiap pengunjung yang datang ke Art Jog. Mereka menuliskan harapan masing-masing pada kertas-kertas kecil yang telah disediakan, lalu menggantungkannya di pohon setinggi 4 meter tersebut.

Permintaan-permintaan yang digantung tidak akan dibuang begitu saja ke tempat sampah. Sesuai pesan dari Yoko Ono, harapan-harapan tersebut akan dikirim ke kediaman Yoko di New York. Setelah itu, kertas-kertas tersebut akan disimpan di Museum miliknya di Islandia. Wish Tree bukan kali pertama ditampilkan. Namun, karya tersebut, kata Kurator Art Jog Bambang 'Toko' Witjaksono, telah pula dipamerkan di banyak negara.

"Yoko Ono senang karyanya dipamerkan di Indonesia. Dengan dipamerkan di banyak negara, pesan perdamaian yang tersimpan dari karyanya akan semakin menyebar luas," kata Bambang, Sabtu pekan lalu. Menurut Bambang, Yoko tak hadir di Indonesia lantaran sedang mengikuti pameran di Museum of Modern Art di New York, Amerika Serikat.

Wish Tree hanyalah satu karya dari 103 karya yang ditampilkan dalam Art Jog 8. Dengan mengangkat tema Infinity in flux: the unending loop that bonds the artist and the audience, Art Jog yang diselenggarakan dari 6 hingga 28 Juni diikuti seniman-seniman dalam negeri dan mancanegara. Yoko Ono dalam Art Jog kali ini memang terpilih sebagai special presentation.

Sosoknya dinilai sebagai salah satu dedengkot seni fluxus di dunia, yang lahir sekitar 1960-an. Fluxus berasal dari bahasa Latin yang berarti 'alir, fluks' (kata benda); "mengalir, likuid" (kata sifat). Fluxus ialah jaringan internasional yang terdiri dari seniman, komposer, dan desainer yang menggabungkan beragam media dan disiplin artistik.

Sebuah gerakan antiseni yang menghilangkan batas antara penonton dan karya. Beberapa seniman ternama fluxus di antaranya Yoko Ono, George Maciunas, John Cage, Christo, dan George Brecht. Keberadaan Cage, Yoko, dan seniman fluxus yang lain, kata dia, makin lama semakin kuat. Bahkan, mereka membentuk kelompok sendiri dengan memiliki manifesto sendiri tentang seni, yang berbeda dari definisi seni konvensional yang ada.

"Di Indonesia, seingat saya, Mas Jabo (Sawung Jabo) pernah menampilkan musik dengan gaya fluxus sekitar 1975," kata dia. Setelah itu, aliran fluxus banyak berkembang di Indonesia dan ada pula yang menyebutnya sebagai new media art. Art Jog kali ini telah menginjak perhelatan yang ke-8 Art Jog. Angka 8 yang dipilih dalam Art Jog kali ini juga bisa diartikan sebagai simbol ketakterhinggaan, sedangkan fluxus sendiri pemahaman baru tentang seni secara lebih luas. Misalnya, dalam memaknai musik tidak sekadar bunyi, tetapi sebuah gelombang. Selain definisi yang lebih luas, salah satu titik penting dalam seni fluxus ialah keterlibatan penonton dalam karya yang dipamerkan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya