Hore, Ada Teater di Museum Nasional!

Suryani Wandari
08/5/2016 01:45
Hore, Ada Teater di Museum Nasional!
(MI/Suryani Wandari)

ANEKA arca mengisi halaman, di teras maupun lapangan rumputnya. Terdapat pula patung nandi, sosok lembu dewa siwa, dan koleksi lainnya. Keindahan dan makna pembuatan arca-arca di Museum Nasional, Jakarta Pusat, itu pun dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto. Namun, aktivitas di Museum Nasional alias Museum Gajah, Minggu (24/4), itu kian istimewa. Ada penampilan teater yang kocak dan sarat edukasi yang ditampilkan dalam program Akhir Pekan di Museum yang bisa ditonton gratis.

Pentas dongeng Teater Koma berjudul Koin Emas si Kikir Koopman-Kumpeni itu memang tak hanya menghibur, tapi juga memberikan pelajaran tentang peristiwa sejarah masa lalu tentang akibat sifat serakah pada masyarakat luas. Adegan dan dialog diselingi guyonan. Mau tahu ceritanya? Koin-koin emas Kota Jakarta yang kita kenal sekarang ini mempunyai nama sebelumnya bernama Batavia. Jejaring dagang internasional pun sudah dimulai sejak zaman bandar itu dinamai Sunda Kelapa, sebelum Batavia. Sejak saat itu koin-koin logam telah digunakan sebagai alat tukar. Terbuat dari emas, perak, perunggu, juga dari kain. Nah sobat, koin-koin itu pun sebagian ada di Museum Nasional gedung B, lantai 4, lo. Pentas dongeng Teater Koma itu memang terinspirasi dari koin-koin kuno koleksi Museum Indonesia, lo.

"Setiap pementasan terinspirasi dari koleksi museum, jadi pengunjung bisa melihat langsung benda dari masa lalu yang diceritakan," kata Kepala Museum Nasional Indonesia Ibu Intan Mardiana. Ratna Riantriano, pendiri Teater Koma, menjamin pementasan kelompok teater yang dipimpinnya sangat menarik. "Kalau hanya melihat informasi yang tertulis saja, kurang bisa memahami. Tapi, diceritakan melalui teater dan ditunjukkan bendabenda sejarahnya, pengunjung lebih memahami," kata dia. Kota rebutan negara lain Indonesia yang luas memiliki kekayaan alam yang melimpah seperti rempahrempahnya. Oleh karena itu, Kota Batavia pun menjadi rebutan semua orang. Banyak kapal yang berlabuh untuk mencari persediaan makanan serta arak segar buatan orang Tionghoa, hingga Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC, berhasil mempertahankan Batavia sebagai markas besar mereka di Nusantara.

Selama 150 tahun, bermodal akal bulus, penipuan yang didasari keserakahan, 8.000 kapal Belanda mengangkut hasil bumi Indonesia dan menjadikannya perusahaan terkaya saat itu. Namun, keserakahan pemilik saham, korupsi pegawai, jatuhnya harga rempah-rempah hingga perang tiada henti membawa VOC bangkrut. Menipu lalu ditipu Berkat memeras koin emas milik rakyat, Koopman-Kumpeni atau komandan pasukan VOC siap-siap pergi, tapi di tepi Batavia, lima orang dari berbagai negara yang pernah mereka bohongi bertekad memberipelajaran dengan janji surga dan sebotol arak ajaib.

"Arak ini suguh lezat tuan, ini karena botolnya yang telah turuntemurun digunakan," kata pejuang Tionghoa. Si Petualang Wolanda, nakhoda Arab, bankir Chettia, dan si Nona Manis pun turut membantunya. Akhirnya Koopman-Kumpeni itu pun pergi tanpa membawa rempahrempah, hanya membawa botol arak yang sama sekali tak ajaib. Seru kan Medi, kini museum pun menjadi pilihan pintar untuk akhir pekanmu berlibur yang edukatif dan asyik. Pergelaran Akhir Pekan di Museum berikutnya akan dilakukan pada 22 Mei 2016. Untuk agenda pada bulan-bulan selanjutnya, kamu bisa melihat di Facebook, Instragram, dan Twitter Akhir Pekan di Museum. Jangan sampai kelewatan, ya! (Suryani Wandari/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya