Berkunjung ke Danau Tolire

Bas/M-1
28/4/2016 10:20
Berkunjung ke Danau Tolire
(MI/Basuki Eka Purnama)

Danau yang terletak di kaki Gunung Gamalama itu bisa dicapai dalam tempo kurang lebih 1 jam dari pusat Kota Ternate. Akan tetapi, karena tidak ada angkutan umum, Anda harus menyewa mobil untuk mencapai danau itu.

Biaya untuk masuk ke Danau Tolire Rp2.500 per orang dan Rp10 ribu untuk kendaraan roda empat.

Ada aktivitas yang harus Anda lakukan di Danau Tolire, yaitu melemparkan batu ke tengah danau. Warga sekitar menjual batu satu plastik yang berisi lima batu seharga Rp2.000.

Koroy, pemandu yang mendampingi Media Indonesia, mengatakan menurut kepercayaan setempat, batu yang dilemparkan tidak akan pernah mencapai tengah danau.

Hal itu, imbuh Koroy, bukan karena kekuatan magis. Menurutnya, karena letak Danau Tolire yang berada di ketinggian dan danau itu sangat dalam sehingga batu itu sudah tertarik kekuatan gravitasi sebelum mencapai tengah danau.

Danau Tolire juga mempunyai legenda yang menarik. Danau itu sebelumnya ialah sebuah desa. Suatu saat ada perayaan di desa itu dan hampir seluruh warganya mabuk. Saat mabuk itu, kepala desa itu melakukan perbuatan tak senonoh dengan anaknya. Akibatnya, desa itu dikutuk dan tenggelam menjadi danau.

Penjelasan ilmiah soal Danau Tolire juga ada. Dalam buku berjudul Hidup Mati di Negeri Cincin Api disebutkan, Danau Tolire sebelumnya ialah Desa Soela Takomi. Pada 5 September 1775 terjadi genpa yang mengguncang desa itu. Akibat gempa itu, 141 warga bersama desa mereka hilang menyisakan kawah yang menganga lebar.

Melihat sisa letusan Gunung Gamalama
Objek wisata lain yang menarik dikunjungi di Ternate ialah Batu Angus.

Kawasan yang penuh dengan bongkahan batu berwarna hitam itu terletak sekitar 10 kilometer dari pusat kota dan berada di tepi pantai.

Batu angus itu merupakan hasil muntahan Gunung Gamalama pada 1673. Lahar yang dimuntahkan dari gunung berapi itu meĀ­ngering dan menghasilkan ladang batu berwarna hitam.

Dari Batu Angus, Anda bisa melihat pemandangan Gunung Gamalama serta Pulau Halmahera.

Melihat gereja, kelenteng, dan masjid tertua di Indonesia
Gereja Katolik Wilibrordus merupakan satu-satunya gereja Katolik di Ternate. Gereja yang dikenal penduduk lokal dengan nama Gereja Batu itu didirikan pada 1523 oleh Santo Fransiscus Xaverius, misionaris Jesuit yang menyebarkan agama Katolik untuk pertama kalinya di Indonesia. Hal itu menjadikan Gereja Batu sebagai gereja Katolik tertua di Indonesia.

Selain itu, di Ternate ada kelenteng tertua di kawasan Indonesia Timur. Kelenteng Thian Hou King didirikan pada 1657. Letak kelenteng itu di dekat Benteng Oranje.

Masjid Sultan Ternate ialah masjid pertama yang didirikan di kawasan Indonesia Timur. Masjid itu didirikan Sultan Saidi Barakati pada 1606. Hingga kini, masjid itu masih mempertahankan arsitektur asli yang terdiri dari susuna batu dengan campuran kulit kayu kalumĀ­pang sebagai perekat. Benteng itu berbentuk segiempat dengan atap mengadopsi benteng tumpang limas. Tiap tumpang dipenuhi terali berukir 360 buah sesuai dengan jumlah hari dalam setahun.

Berpose dengan latar belakang di uang Rp1.000
Jika melihat mata uang pecahan Rp1.000, Anda akan melihat gambar dan tulisan Pulau Maitara dan Pulau Tidore. Kedua pulau itu bisa Anda lihat dari Ternate.

Anda bisa mengambil gambar yang sama persis dengan gambar yang ada di pecahan uang Rp1.000 itu. Lokasinya ada di Kelurahan Ngade. Ada sejumlah tempat makan yang menyediakan tempat dengan latar belakang gambar di mata uang itu. (Bas/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya