Kokoncer, Mencerdaskan dari Karawang

Iis Zatnika
24/4/2016 08:47
Kokoncer, Mencerdaskan dari Karawang
(Dok. Kokoncer)

DENGAN bekal kemasan pencuci tangan, detergen bubuk, dan makanan kecil, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) beredar dari pengajian-pengajian, pertemuan di balai desa, kelas-kelas sekolah, hingga balai pertemuan warga.

Mereka mengurai kiat membaca serta memahami berbagai tulisan yang tertera di kemasannya, mulai tanggal kedaluwarsa, kandungan bahan baku, hingga kelayakan produk. Dari markas, mereka menyasar seluruh wilayah Karawang hingga kabupaten di sebelahnya, Purwakarta. Makna yang tersemat dalam nama kumpulan mereka, Komunitas Konsumen Cerdas (Kokoncer), mereka tularkan kepada warga. Kiat menjadi konsumen cerdas yang juga dibalut tentang pesan untuk memprioritaskan produk dalam negeri juga dipadukan dengan pesan untuk selalu memprioritaskan produk dalam negeri.

"Sebelum turun ke lapangan, kami mendapat pelatihan di internal, setelah itu yang kemudian serius bergabung bertugas melakukan sosialisasi ke masyarakat. Kami membagi wilayah, meminta izin kepada kepala sekolah, kepala desa atau ibu-ibu yang memimpin pengajian. Saya sendiri kemarin sempat turun ke Kecamatan Badami dan SMK Texmaco di Karawang serta di Batujaya, Purwakarta," kata Soeharto, salah satu aktivis Kokoncer.

Soeharto kini menjadi salah satu duta Kokoncer, sebutan untuk aktivis Kokoncer, sementara yang masih dalam proses penjajakan berstatus sebagai praduta Kokoncer. Sementara itu, jabatan ketua disebut duta besar yang dipegang Mutiara Rizzki, mahasiswa semester enam.

Berbagai topik tentang peruntungan buruk yang kerap menimpa konsumen, mulai biaya parkir yang tak sesuai dengan tarif resmi hingga banyaknya korban berjatuhan akibat praktik lembaga pemberi pinjaman dengan iming-iming kredit tanpa agunan, yang menjebak peminjam dalam bunga tinggi dengan klausul perjanjian yang diduga sengaja dicetak dalam huruf-huruf yang kecil serta tak dijelaskan secara tuntas.

"Masyarakat itu kasihan lo. Kami pernah dapat cerita murid sekolah alergi dengan cat yang digunakan, orang yang terjebak dalam bunga berbunga dan yang paling sering sih, keluhan telepon seluler yang rusak dan fasilitas garansi bermasalah, after sales service-nya lah," kata Oci Senjaya, dosen bidang pidana FH Unsika yang menjadi salah satu perintis Kokoncer.

Jika dalam sosialisasi diskusi lebih banyak diisi dengan masalah, Seminar Sosialisasi Hukum Perlindungan Konsumen yang dilakukan pada 29 November 2015 mempertemukan Dinas Perdagangan Kabupaten Karawang, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), dan Direktorat Perlindungan Konsumen Departemen Perdagangan.

Jalan sehat Harkonas
Namun, sejak penghujung 2015, kesibukan 40 anggota aktif Kokoncer makin intens. Hingga Jumat (22/4), sekretariat Kokoncer yang menyatu dengan ruang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) selalu riuh dengan berbagai aktivitas, mulai rapat, pembuatan surat-surat, hingga menjadi titik tempat bertemu sebelum mereka berangkat ke lokasi lain.

Kegiatan Jalan Sehat Konsumen Cerdas berlangsung hari ini di kawasan Technomart, Karawang.

Ajang kedua yang diselenggarakan Kokoncer ini menjadi penanda kerja para awak Kokoncer, mahasiswa, serta dosen FH Unsika. Bergerak dari akar rumput sejak 2014 dan dideklarasikan Direktorat Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan pada 2015, komunitas ini konsisten bergerak hingga kemudian menjadi bagian dari gerakan kampanye konsumen cerdas nasional.

"Ada panggung yang nanti akan diisi orasi dan sosialisasi, termasuk dari duta besar Kokoncer kami, selain pembagian brosur," kata Mutiara.

"Konsumen cerdas ialah konsumen yang kritis dan berani memperjuangkan hak apabila barang atau jasa yang dibeli tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Tetapi konsumen juga harus mengerti akan kewajibannya!" kata Mutiara.

Kiat cerdas
Dari Karawang, Kokoncer menyebarkan semangat dan kiat memastikan kesehatan, keamanan, keselamatan, dan lingkungan (K3L), menegakkan hak dan kewajiban sebagai konsumen, teliti sebelum membeli, hingga memperhatikan label. Kampanye serupa juga dilakukan di lingkup nasional dalam rangkaian kegiatan Hari Konsumen Nasional (Harkonas).

"Karena dengan menjadi cerdas, kita tak akan jadi korban dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menjadikan masyarakat Indonesia sebagai konsumen. Industri dalam negeri terus bertumbuh dan masyarakat akan lebih sehat dan berdaya," kata Mutiara.

Bukan cuma cerdas ketika berhadapan dengan barang dan jasa, Harto pun mengingatkan konsumen pun mesti piawai menangani dirinya, membeli harus didasarkan kebutuhan, bukan keinginan! (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya