Menembus Pasar Mancanegara

Abdilla M Marzuqi/M-2
24/4/2016 07:01
Menembus Pasar Mancanegara
(MI/Atet Dwi Pramadia)

BUKAN rahasia lagi, semua orang butuh semua dukungan, termasuk mereka yang hidup di balik jeruji besi. Banyak cara bisa diusahakan untuk menumbuhkembangkan kreativitas mereka. Sudah banyak yang melakukan itu. Hampir semua LP punya program pembinaan untuk para warga mereka.

Pertanyaannya, sesudah mereka dibina dan dikembangkan, lalu apa langkah selanjutnya? Salah satu alternatif yang bisa diajukan sebagai jawaban ialah dengan media promosi. Itulah yang dilakukan gelaran Pameran Unggulan Narapidana (PUN) 2016 di Plaza Pameran Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Jakarta pada 19-22 April 2016.

"Tujuan pameran ini ialah mempromosikan program pembinaan yang dilakukan petugas," terang Tuti Nurhayati, 50, yang menjabat sebagai Kasubdit Kegiatan Kerja Produksi Ditjen LP.

Ada 185 ribu narapidana di seluruh Indonesia yang perlu bantuan dari pihak lain. Pameran itu bisa menjadi ajang promosi kepada pemangku kepentingan agar bersedia bekerja sama membuat dan memasarkan hasil karya warga binaan.

Selain pameran, ada upaya lain yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan semangat wirausaha di kalangan narapidana. Dengan demikian, saat keluar, mereka semakin berkukuh dengan semangat wirausaha.

Apa yang dilakukan LP Mojokerto untuk memasarkan hasil produksi para warga binaan cukup menarik. Mereka memiliki produk unggulan alas kaki berupa sandal dan sepatu. Mereka punya inisiatif membuat katalog daring untuk semua hasil karya narapidana.

"Itu ide dari kepala LP kami," terang Staf Kegiatan Kerja LP Mojokerto Sutopo, 47. Selain itu, hal yang tak kalah penting ialah kualitas barang yang dihasilkan. Itulah mengapa LP Mojokerto beralih menggunakan bahan kulit asli pada sebagian produk alas kaki. "Sebelumnya, kami memakai kulit imitasi," jelas Sutopo.

Senada dengan ide LP Mojokerto, Dirjen LP sebenarnya sudah punya laman yang digunakan untuk mempromosikan hasil karya narapidana. Namun, sayangnya, pengelolaan laman itu belum sesuai dengan harapan.

"Kita sebenarnya sudah punya, itu laman Napicraft. Tapi kami terus terang saja ada kendala dalam pengelolaannya karena keterbatasan tenaga dan ilmu IT-nya," ujar Tuti.

Namun, ada hal yang lebih penting daripada sekadar narapidana mampu menghasilkan produk berkualitas bagus, yakni mereka menumbuhkan rasa percaya diri. "Masyarakat bisa menerima mantan narapidana dan mereka bisa percaya diri di tengah masyarakat," tegas Tuti. Selain itu, perlu juga ditanamkan keyakinan mereka bukanlah sampah masyarakat, melainkan bisa berkarya untuk masyarakat.

"Kalian bukan sampah. Kalian intan yang diselamatkan Tuhan," tegas Kepala LP Narkotika Cipinang, Andhika Dwi Prasetya, saat memberikan motivasi kepada warga binaan.

Ekspor ke LN

Dirjen Pemasyarakatan Kemenkum dan HAM, I Wayan Kusmiantha Dusak, mengatakan sekarang penjara sudah memiliki berbagai aktivitas, seperti usaha kecil menengah (UKM). "Dalam penjara, napi banyak yang membuat handicraft," paparnya.

Saat ini jumlah orang yang dipenjara di seluruh Indonesia mencapai 180 ribu. Ini potensi tenaga kerja yang besar. Karena itu, dengan memaksimalkan potensi penjara ini, ada kemungkinan investor bisa masuk, terutama investor yang ingin membuat usaha yang membutuhkan karyawan dengan jumlah yang besar.

Apalagi, LP yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai 477. Hal itu tentunya membuat investor bisa memilih untuk bekerja sama dengan penjara yang ada di mana saja.

Beberapa LP yang telah menghasilkan produk ekspor ini antara lain LP Narkotika Cirebon, Majalengka di Subang, dan LP di Bandung. Salah satunya, kursi rotan sintetis sudah diekspor, hasil dari produksi LP Narkotika Cirebon, Majalengka di Subang, dan LP di Bandung.

LP Pontianak memiliki produk unggulan tikar kayu. Produk itu sudah di ekspor ke Malaysia dan Brunei. "Bulan lalu ada laporan kirim kontainer ke Malaysia dan Brunei," ujarnya.

Dalam proses pembuatannya, 50 warga binaan rata-rata mengerjakan 25 tikar dalam waktu satu bulan. Dengan demikian, dalam satu bulan, mereka sanggup membuat 25 tikar tiap. Satu tikar ukuran 200 cm x 190 cm dibanderol dengan harga Rp850 ribu.

Siapa bilang para narapidana tidak berkarya. Mereka sebenarnya mampu dan bisa menghasilkan karya. Mereka hanya perlu dukungan dan dorongan agar bisa sukses berwirausaha ketika masa bebas tiba.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya