Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEORANG gadis berlenggak-lenggok di sepanjang panggung. Bagaikan di acara peragaan busana, gadis itu berjalan penuh gaya dan mampu menghipnotis semua mata yang memandangnya.
Gadis berbaju merah bernama Carmen menjadi tokoh utama pertunjukan opera Carmen yang digelar pada Jumat (15/4) malam di Studio Pertunjukan Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Dengan mengambil latar belakang Kota Sevilla pada abad ke-19, opera empat babak itu dibuka dengan kisah Carmen, gadis gipsi yang provokatif, bersama seorang prajurit bernama Don Jose. Kecantikan Carmen membuat Don Jose jatuh cinta. Banyak gadis iri dan itu memicu pertengkaran. Carmen yang dituduh sebagai provokator keributan akhirnya ditangkap dan dijaga Don Jose. Carmen jatuh hati dan merayunya untuk kabur. Akhirnya dua insan yang sedang jatuh cinta itu kabur.
Pada babak kedua, diceritakan, sebulan kemudian Don Jose dipenjara karena membawa kabur Carmen. Begitu dibebaskan, ia disambut Carmen. Keduanya pun menjalani kehidupan sebagai orang gipsi.
Pada babak ketiga, Don Jose mulai menyesali keputusannya menjadi bagian kaum gipsi. Ia tidak cocok menjalani kehidupan seperti Carmen. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Suatu hari Don Jose bertemu Micaela, gadis satu kampung dengannya. Ia mengajak Jose pulang karena ibunya sedang sakit. Pada babak keempat, Jose mulai cemburu karena Carmen jatuh cinta pada Escamillo, matador ternama dari Kota Sevilla. Ketiganya pun terlibat perselisihan yang akhirnya memunculkan kisah tragis dalam kehidupan dan cinta Carmen.
Kisah opera klasik karya komposer Georges Bizet itu pertama kali dipentaskan di Paris pada 3 Maret 1875. Untuk di Indonesia, opera itu baru pertama kali dipentaskan The Resonanz Music Studio di bawah pimpinan Avip Priatna. Opera itu melibatkan koor dalam jumlah besar.
Ada 100 orang dari Batavia Madrigal Singers dan The Resonanz Children's Choir yang terlibat dalam opera Carmen. Pertunjukan itu juga bagian dari rangkaian perayaan 20 tahun Batavia Madrigal Singers.
Sisi menarik dalam opera itu ialah seluruhnya menggunakan bahasa Prancis. Para penonton bisa melihat terjemahannya melalui layar LCD di sudut kiri dan kanan panggung. Namun, untuk menjembatani komunikasi penonton dengan pertunjukan opera, Happy Salma pun ditunjuk sebagai narator dengan menggunakan bahasa Indonesia. Saat pergantian babak, Happy muncul dengan memberikan narasi.
Pementasan itu dibesut sutradara asal Belanda, Jos Groneier, dan Brian Masuda, pelatih vokal berstandar Eropa. (N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved