Refleksi Cinta Rinaldy

SITI RETNO WULANDARI
17/4/2016 06:25
Refleksi Cinta Rinaldy
(MI/ADAM DWI)

SEBUAH papan persegi panjang itu dipenuhi akrilik berwarna hitam yang dibentuk seperti gunung. Kemudian pada puncaknya muncul seraut wajah yang dramatis dengan masker logam di bagian mulut. Itulah salah satu karya yang dipamerkan dalam perhelatan 20 tahun Rinaldy A Yunardi berkarya. Karya wajah akrilik sekaligus maskernya itu ialah salah satu representasi yang pas tentang perjalanan Rinaldy. Berbicara kepada Media Indonesia, Rabu (13/4) atau dua hari sebelum perhelatannya di acara Fashion Nation, Senayan City, Jakarta, Rinaldy menjelaskan awal kiprahnya yang akrab dengan akrilik. “Saya melakukan eksperimen awal dengan akrilik, sejak saat itu saya mulai terus belajar dan muncul bukan dengan mulut tetapi dengan karya, masker ini representasinya,” ujar laki-laki yang karib disapa Yungyung itu. Perjalanan Rinaldy hingga kini dikenal sebagai salah satu master aksesori Tanah Air memang dicapai lewat karya-karyanya yang unik dan berteknik tinggi. Bentuknya bukan saja perhiasan seperti kalung, melainkan juga berbagai hiasan kepala seperti mahkota hingga jubah ataupun vest berbentuk sayap yang menjulang tinggi.

Lewat berbagai karya itu pula publik bisa melihat bahwa lelaki kelahiran Medan, Sumatra Utara, pada 1970 tersebut tidak pernah berhenti bereksperimen. Material yang diolahnya sangat beragam. Bukan saja material yang umum dipakai untuk perhiasan seperti berlian, mutiara, dan Swarovski, melainkan juga material tidak biasa seperti pilinan kertas. Bahkan Rinaldy juga yang termasuk awal menggunakan teknik wire cutting. Teknik yang populer belakangan ini telah ia gunakan sejak 1996. Bagi Rinaldy, berbagai eksperimen itu ialah bukti kecintaan pada profesi. Hal itu pula yang tetap teguh ia pegang meski kariernya telah menginjak dua dekade. “Bagi saya, makna 20 tahun itu ialah pembelajaran diri untuk terus mencintai pekerjaan dan menghasilkan karya unik dan orisinal,” kata dia.

Inspirasi perempuan
Pada show hasil kerja sama dengan Intel ini Rinaldy memamerkan sekitar 30 koleksi dengan tingkat kerumitan tinggi. Contoh lain karya itu ialah atasan dan jubah (cape) dengan aksesori yang menyambung hingga ke kepala. Aksesori itu terbuat dari pilinan kertas. Itu salah satu aksesori, yang menurut Rinaldy, terinspirasi oleh pembelajaran diri seorang perempuan. Perempuan itu lembut seperti kertas, tetapi juga kuat karena tekadnya untuk terus belajar. Sementara itu, tampilan kuat dan maskulin yang juga ada di diri perempuan direpresentasikan dengan unsur logam. Soal tren luar negeri, Rinaldy mengaku tidak selalu mengikuti. Baginya, sah-sah saja seorang seniman memperhatikan tren, tetapi lebih penting lagi menciptakan karya orisinal.

Kedekatan Rinaldy dengan para desainer ternama Indonesia juga terlihat pada pameran ini, yakni lewat beragam karya kolaborasi. Salah satunya ialah hiasan kepala dengan ornamen kupu-kupu berwarna biru dan tosca. “Ini kreasi aku saat berkolaborasi dengan Didi Budiardjo dan masih banyak karya kolaborasi lain yang aku tampilkan hasil diskusi antara ide aku dengan para desainer,” imbuhnya. Kini salah satu gol ke depan Rinaldy ialah berkolaborasi dengan para perajin lokal. Dengan begitu, ia tidak saja membesarkan nama sendiri, tetapi juga para perajin Nusantara. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya