Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
TERLINTAS sejenak mengenai gambaran masa lalu. Beberapa orang melaju dengan sepeda onthel. Ada pemandangan di perempatan jalan besar dengan tugu yang berdiri kukuh pada bagian tengah. Bersepeda sambil bersebelahan dengan mobil model khas zaman dulu. Peng-onthel dan pengendara mobil tampak begitu harmonis. Tampak pula orang berdiam diri di tepi jalan. Bangunan kuno berciri kolonial menjadi latar dari sebuah tugu yang berdiri kukuh. Selain itu, masih ada seruakan gambar pepohonan dengan daun rimbun dan batang besar. Semua itu makin mempertegas citra tempo dulu dalam dunia imajiner yang tersaji dalam lembar kanvas berukuran 120 x 150 cm. Tugu Yogya, demikian lukisan itu bertajuk. Suasana Kota Yogyakarta dengan ikonnya digambarkan dengan warna teduh dan berlatar cenderung temaram. Suasana itu dibangun dengan indah layaknya nostalgia dalam benak tiap penikmat. Sederhana saja, sebab pepohonan itu telah hilang dari sekitaran Tugu Yogya. Begitupun mobil-mobil kuno dan sepeda onthel jarang terlihat lagi berseliweran.
Lukisan itu merupakan salah satu dari 38 karya Sohieb Toyaroja. Kali ini ia berpameran dalam tajuk The Spiritual Journey; Manusia, Sarana, Suasana Indonesia Tempo Dulu di Kunstkring Art Gallery Jakarta. Selama satu bulan, Sohieb memajangkan 38 karya mulai 15 Maret-15 April 2016. Mudah untuk menandai bahwa suasana yang hendak dibangun ialah suasana tempo dulu. Itu terlihat dari semua lukisan yang dipamerkan mengajak para penikmat seni untuk berkeliling di masa lalu. Pameran itu memang dirancang sedemikian rupa untuk menggiring citra yang sulit didapati pada masa sekarang. Berbeda, semangat itulah yang diusung Sohieb dalam pameran kali ini. Bukan bermaksud memojokkan yang lain, melainkan berbeda di sini lebih dimaknai sebagai penanda identitas dan penguat karakter. Atau sebutan lain perbedaan yang senantiasa dirayakan.
Tema garapan Sohieb juga berbeda dengan nuasana tempo dulu. Kebanyakan karyanya menggunakan materi palet bertekstur kasar, selanjutnya dipadu dengan warna temaram dan teduh. Berbeda dengan bingkai kebanyakan lukisan, dia membingkai lukisannya dengan kayu jati utuh berukuran cukup besar dengan luas penampang lebih dari 10 cm dan ketebalan sekitar 5cm. Itu juga yang memperkuat kesan ‘zadul’ pada tiap lukisan. Alhasil, suasana dalam lukisan Sohieb terasa semakin kuat. Tak hanya itu, pembeda juga terlihat dalam tulisan pengantar. Apabila pameran lukisan sangat akrab dengan tulisan kuratorial, hal itu tidak didapati dalam pameran tersebut. Justru yang tampil mengisi tulisan kali ini ialah Abdullah Wong yang lebih dikenal sebagai novelis atau Soetrisno Bachir yang dulu dikenal sebagai pengusaha serta aktivis partai politik. Muncul juga nama Ali Akbar, seorang promotor musik yang sukses dengan konser Sepultura (1992) dan Metallica (1993). “Saya ingin pameran yang berbeda,” ucap Sohieb.
Manusia dan suasana
Dengan topik The Spiritual Journey; Manusia, Sarana, Suasana Indonesia Tempo Dulu itu pula, perjalanan spiritual menampakkan makna dalam wujud lukisan. Penikmat lukisan Sohieb tidak akan menemukan gambaran kanvas yang merujuk pada masa kekinian, tapi pada masa dulu. Mustahil mendapati hal itu apabila tidak mendasarkan pada spiritual. Semua objek yang dilukis Sohieb tidak mendapati bentuknya pada masa kini secara nyata. Masih tentang manusia sekaligus segala suatu pasti punya keterkaitan dengan manusia. Namun, tema manusia tidak akan bersuara tanpa kaitan lainnya. Maka tersebutlah sarana dan suasana. Dua hal itu akan berbaur dan berkelindan dengan manusia. “Ya karena itu inti hakikat dari segala sesuatu,” tegas Ali Akbar. Sebut saja lukisan bertemakan Goyang Perkusi, Tari Gambyong, Tarian Magis, Tontonan Bocah, Sejoli Bali Menari, Ronggeng Betawi, dan Musisi Karo. Semua lukisan tersebut menggambarkan manusia dengan suasana masing-masing. Goyang Perkusi dengan keintiman, kebersamaan, serta persahabatan. Tarian Magis dengan suasana gaibnya. Tontonan Bocah dengan suasana khas yang sungguh berbeda dengan tontonan bocah zaman sekarang. Masih ada beberapa lukisan dengan judul Sudut Semarang, Kampung China Jakarta, Glodok Prakemerdekaan, dan Pasar Baru 1909. Gambar tersebut mengangkat sarana yang dipakai dan dimanfaatkan manusia pada zaman dulu sekaligus dengan suasana yang dihasilkan sarana tersebut. (S-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved