Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
UCOK Baba atau yang bernama asli Usnan Batubara bisa dibilang satu dari sedikit aktor bertubuh mini yang cukup dikenal masyarakat. Sejak bermain di film pertamanya, Bagi-bagi Dong bersama Warkop DKI pada 1993, karier pria kelahiran Padang, 10 mei 1971, itu memang cukup bersinar.
Dari situ ia bermain di sejumlah judul film dan sinetron dengan bersanding dengan bintang-bintang terkenal. Salah satunya di sinetron Si Kembar, saat ia berperan sebagai saudara kembar dari peran yang dimainkan Primus Yustisio. Kini ketika kariernya tidak lagi selaris dulu, Ucok tetap bertahan dan ikut dalam arus platform digital dengan menjadi Youtuber.
Hadir sebagai bintang tamu Kick Andy episode Serikat Kebaikan, yang tayang Minggu, (8/5), Ucok mengungkapkan jika perjalanan hidupnya di Jakarta dimulai sebagai penjual plastik di pasar. “Saya gagal jadi sarjana. Orangtua saya tidak mampu. Ketika memutuskan ke Jakarta, saya juga tidak tahu harus lakukan apa. Bahkan kata orang, sarjana saja banyak yang nganggur, apalagi seperti kami yang lulusan SMA,” kenang Ucok soal perjalanan di awal tahun 90-an itu.
Ucok yang kerap minder akibat olokan di pasar mulai berubah nasib ketika dirinya dilirik ke dunia hiburan dan mendapat tawaran main film bersama dengan Warkop DKI. Sejak itulah peruntungannya di dunia hiburan Tanah Air bersinar dan dapat dikatakan menjadi salah satu aktor bertubuh mini paling berhasil.
Sukses itu tidak membuat Ucok pongah dan lupa akan orang-orang yang bernasib sama dengannya. Pada 2017, saat diundang ke salah satu perkumpulan orang-orang mini, Ucok pun semakin tersadar akan mirisnya nasib orang mini. Keberhasilannya tampak seperti anomali karena kebanyakan orang mini bahkan susah untuk sekadar mendapat penghasilan, apalagi mendapatkan hak yang setara.
Sadar akan pentingnya wadah untuk pemberdayaan dan pencapaian kesetaraan bagi orang berpostur mini, Ucok mendirikan komunitas Unik Berkarya Indonesia (UBI). “Kami ingin memiliki wadah yang resmi. Memang selama ini kumpul-kumpul, sharing, berbagi info, dan pekerjaan sudah kami lakukan. Namun, kami merasa semua itu belum maksimal jika belum memiliki wadah resmi untuk perjuangan kami,” kata Ucok yang juga mendirikan Unique Entertainment dan The Baba Band bersama rekan-rekan bertubuh mini lainnya.
Pertukaran seni
Berbagai program ia jalankan di UBI, termasuk program kesenian, akrobat, lawak, dan olahraga. Pada 2019, Komunitas UBI mendapat kesempatan untuk tampil dalam rangka pertukaran seni budaya melalui olahraga sepak bola di Malaysia. Sebanyak 55 orang mini terbang mewakili orang mini Indonesia.
“Pertukaran seni bersama orang mini Indonesia dengan orang mini Malaysia. Siangnya sepak bola, malamnya ramah tamah dengan unjuk kebolehan. Bahkan kami mau diundang lagi, tapi karena pandemi jadi ditunda dulu,” ujar Ucok.
Ucok menyebutkan di dalam data yang dimiliki UBI, ada kurang lebihnya 600 orang mini di Indonesia. Sudah tiga tahun UBI mengajukan surat legalitas, tetapi belum ada jawaban hingga saat ini.
Setelah terbentuknya UBI, Ucok mengatakan banyak sekali perubahan pada kualitas hidup anggotanya. Mereka menjadi lebih mampu berdaya dan percaya diri untuk mengembangkan minat, bakat, dan karier di berbagai bidang, tidak hanya di dunia hiburan. Salah satu anggota UBI, kini menjabat Kepala Keuangan di RS Ananda, Bekasi.
Dari perjalanan hidupnya, ia menilai bertubuh kecil bukanlah suatu alasan untuk putus asa. Justru terkadang, Tuhan punya rencana lain untuk kesuksesan dan membantu orang lain.
Pada keluarganya pun Ucok juga berupaya memberi pemahaman luas pada anak-anaknya soal keterbatasan fisik. Ucok yang menikah dengan Rina Anjelina pada 1997 memiliki lima orang anak. Tiga anak pertamanya memiliki tubuh normal, sementara anak keempat memiliki postur seperti dirinya.
“Saya juga harus jelaskan pada anakanak saya kondisi saya. Berat memang. Terkadang anak-anak juga harus kuat jika dia diledek di sekolah. Anak pertama saya tubuhnya normal, kuliah di fakultas hukum. Anak kedua normal, sekarang kelas 3 SMA. Anak ketiga normal, kelas 1 SMA. Anak keempat agak kayak saya, dan anak kelima masih dua tahun belum kelihatan,” ungkap Ucok. Ia berharap anak-anaknya juga dapat menjadi sosok-sosok tangguh dan memiliki empati terhadap orang lain. (M-1)
Meski kerap diremehkan sebagai pilot helikopter, Velyn tak ambil pusing dan membuktikannya dengan kinerja.
Semakin kamu berwawasan, perbedaan-perbedaan yang tadinya mencolok semakin tidak tampak dan yang terlihat hanya kebersamaan.
Butuh perjuangan besar untuk masuk ke fakultas tersebut, termasuk merelakan waktu untuk banyak mengasah kompetensi baik di sekolah maupun di luar.
Pernah kesulitan dalam menggapai pendidikan menjadi pemantik bagi Angga untuk menyediakan wadah agar tak ada lagi mimpi-mimpi baik yang harus dikubur.
Metro TV menjalin kerja sama dengan Monash University di kampus Monash University Indonesia ,BSD City ,Tangerang Selatan, Banten, Kamis (27/6).
METRO TV bersama Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tangerang menggelar kegiatan donor darah bagi karyawan Media Group.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved