Serak Gulo Tabur Berkah

Yose Hendra
10/4/2016 08:45
Serak Gulo Tabur Berkah
()

BAKDA asar, Rabu (9/3), muntahan hujan mulai berkurang. Seketika ribuan orang mulai berdatangan, lalu berkerumun di pela­taran Masjid Muhammadan, Pasar Batipuh, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang. Sementara itu, beberapa lelaki berparas India yang berpeci haji sudah berdiri di balkon masjid sambil merapikan bungkusan warna warni berisi gula. Hajatan itu ialah tradisi masyarakat keturunan India di Padang. Mereka menamainya Serak Gulo (tebar gula) dengan maksud melepas nazar melalui gula sembari menebar berkah. Sebelum gula diserakkan, doa terlebih dahulu dipanjatkan. Mereka memuja-muji kehadirat Allah SWT sembari menjunjung tinggi Nabi Besar Muhammad SAW. Doa juga disenandungkan terhadap Sahul Hamid. Semua bertujuan meraih berkah. Sementara itu, gula yang mau dibagikan kepada masyarakat juga dianggap membagi berkah. “Semua acara ini penuh doa. Terserah apa niatnya. Mengagungkan Allah, menjunjung Nabi Muhammad, dan memuliakan Sahul Hamid,” ujar Ketua Himpunan Keluarga Muhammadan Padang, Ali Khan Abu Bakar. Gula yang sudah dibungkus-bungkus itu ditaruh di atas atap masjid. Sebelumnya, bendera berwarna hijau yang berlambang bulan bintang (bendera Masjid Muhammadhan) dipasang di atas masjid.

Beberapa bendera kecil juga dipasang berjejer dari atas masjid, mulai atap masjid sampai ke rumah yang berada di depan masjid. Acara diawali dengan membacakan doa untuk orang-orang yang bernazar yang dipimpin seorang ustaz atau pemuka agama. Pembacaan doa dilakukan di dua tempat, pertama di masjid Muhammadan tempat gula yang dikumpulkan laki-laki dan Kedua di rumah salah satu warga India di tempat para wanita berkumpul, Selanjutnya, gula-gula itu dilemparkan kepada masyarakat yang sudah menunggu di halaman masjid. “Tradisi Serak Gulo media untuk melepaskan niat atau bernazar, dan bermakna menebar gula sama hal manisnya menyebarkan agama seperti yang dilakukan Sahul Hamid,” ujar Havas. Tradisi Serak Gulo merupakan pembuka Maulid Sahul Hamid yang diselenggarakan setiap 1 Jumadil Akhir, selama 10 hari. Ini bentuk penghormatan kepada Sahud Hamid, yang dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di India. Bagi warga keturunan India di Padang, Sahul Hamid ialah wali atau ulama besar yang berasal dari Nagor, India. Mereka meyakini nenek moyang mereka ialah murid Sahul Hamid yang merantau ke Padang. Ketua Tradisi Serak Gulo, Havas Max, mengatakan untuk perayaan kali ini, pihaknya menyediakan 1,5 ton gula. Seluruh gula merupakan sumbangan secara personal, bukan hanya dari warga keturunan India yang jumlahnya ribuan, melainkan juga dari warga beretnik Minang, bahkan komunitas Tionghoa di Padang.

Memberikan ilmu dan kebaikan
Tradisi Serak Gulo memiliki semangat pelestarian nilai-nilai dari leluhur. Warga keturunan India di Padang menganggap tradisi itu sudah berjalan ratusan tahun lalu sebagai bentuk haul kepada Sahul Hamid. “Dahulu Sahul Hamid di India di Nagor, Tamil Nadu, banyak masyarakat yang minta bantuan. Lalu Sahul menyarankan setiap yang datang membawa gula, lalu bikin teh manis dan minum,” tandas Havas. Kendati demikian, Havas mengatakan Serak Gulo hanya sebentuk tradisi, bukan pengultusan. Melalui gula, nazar dilepas. “Filosofis dari tradisi ini ialah memberikan ilmu dan kebaikan dengan simbol gula. Itu bagaimana seseorang membayangkan betapa manisnya ilmu yang dibawa Sahud Hamid,” tambah Ali Khan. Padang menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang menjadi tempat diselenggarakannya tradisi Serak Gulo. Selain di Padang, Ali Khan mengatakan tradisi itu juga ada di Nagor, India.
-
Tradisi Serak Gulo bermula dalam rangka memperingati maulid seorang pemuka agama dari India bernama Sahul Hamid yang merupakan keturunan Syekh Abdul Khodir Jaelani. Awalnya, acara Serak Gulo pertama kali dilakukan di sebuah perkampungan kecil tempat tinggal Sahul Hamid di Masjid Nagor, kota Naga Patinam Madras, di daerah Tamil Nadi, India Selatan. Sementara itu, di Padang, tradisi itu diyakini dilakukan di Masjid Muhammadan yang berdiri pada 1843. Masjid itu dibangun saudagar-saudagar asal India yang beragama Islam. Mereka berdagang di Muaro Padang sampai menetap di kawasan itu. Konsentrasi awal keturunan India di Padang ialah di sekitar pintu masuk Muara Batang Arau, Pasar Batipuh. Pada 1969, keturunan India di Padang mendirikan Himpunan Keluarga. Pada 1986, itu berubah menjadi Himpunan Keluarga Muhammadan. Lembaga itu merupakan keberlanjutan lembaga di masa kolonial dengan nama India Association yang didirikan pada 1893. Saat ini Himpunan Keluarga Muhammadan menjadi satu-satunya organisasi komunitas India di Padang. Lembaga itu pula yang menyelenggarakan event Serak Gulo tiap tahun, awal Jumadil Akhir. Gubernur Sumatra Barat, Irwan Prayitno, mengatakan jika tradisi Serak Gulo dikemas lagi dengan baik, itu bisa mendatangkan wisatawan. “Acara ini bisa menjadi ikon Kota Padang untuk menyedot banyak wisatawan, terutama keturunan India di seantero Indonesia.” (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya