Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Semangat tidak Pernah Lelah. Sesuatu yang mungkin jarang ada sebelumnya. Tajuk persembahan bukan tak punya makna. Tajuk itu justru menyiratkan rasa dalam. Pada 2014 lalu, Haryadi Suadi berkukuh untuk berpamer. Ia menyiapkan materi pameran sedemikian rupa. Bukan hanya hasil karya seni, melainkan juga koleksi benda-benda antik, kliping, dan tulisan artikel tentang kesenian dan sejarah. Saat pembukaan pameran, ia ingin meluncurkan buku tentang tema sejarah musik Indonesia lama dan seni rupa Bandung. Apa hendak dikata. Masa berkehendak beda. Pameran yang diharapkan tak juga terlaksana. Awal 2015, Haryadi masih separuh jalan dari buku yang diharapnya terbit. Tentu bukan hal yang bisa diterima untuk meluncurkan buku sejarah seni rupa Bandung yang hanya separuh. Pameran pun ikut mundur. Dari sedianya awal 2015, pameran bakal dihelat pada akhir 2015. Sekali lagi, masa menunjukkan
kuasanya. Sampai pada akhir 2015, Haryadi mengalami musibah kecelakaan. Masa penyembuhan tentu menghentikan semua aktivitasnya, termasuk proses penulisan buku dan persiapan materi pameran. Hingga pada Jumat, 8 Januari 2016,
Haryadi meninggal dunia.
Itulah sebab pameran karya Haryadi di Galeri Nasional Indonesia pada 31 Maret-10 April 2016 diberi tajuk Persembahan: Haryadi Suadi (1938-2016). A Rikrik Kusmara dalam pengantar menerangkan muasal itu. “Oleh sebab itu, tajuk yang kami tetapkan merupakan bentuk ‘Persembahan’ bagi almarhum dari keluarga. Kami sebagai murid dan kolega almarhum sebagai penghormatan kepada baktinya sebagai pengajar, penulis, sejarawan, dan tokoh seni rupa,” terang A Rikrik Kusmara. Rupanya, tajuk persembahan juga punya makna kedua. Persembahan itu dimaksudkan sebagai sumbangsih Haryadi dalam dunia seni rupa Indonesia. Ini pula yang ditegaskan kurator pameran Rizki A Zaelani dan A Rikrik Kusmara dalam catatan kuratorial. “Pameran ini ialah ‘persembahan’ yang lengkap dari Haryadi Suadi yang juga didampingi sebagian kecil karya dari anak-anaknya.” Selain itu, ada pula yang tak boleh terlewat. Pameran itu menjadi catatan penting yang sangat berarti yang ia ‘titipkan’ kepada dua orang buah hatinya yang kini telah tumbuh menjadi insan pelaku seni yang aktif. Dua anaknya juga turut berpamer. Itulah sebabnya ada dua nama yang ikut di belakang judul pameran Persembahan Haryadi Suadi (1938-2016) Radi Arwinda & Risa Astrini. Beberapa karya yang dipamerkan ialah yang dikerjakan Haryadi Suadi dengan anaknya.
Sekitar 160 karya Haryadi dipamerkan dalam helatan ini. Karya itu terdiri atas bermacam medium, dari wujud karya grafis, lukisan akrilik, sampai lukisan kaca. Jumlah itu hanya sebagian dari 250 karya Haryadi yang dapat dikumpulkan. Perintis studio seni Haryadi Suadi dikenal sebagai salah seorang sosok perintis studio Seni Grafi s ITB. Selain itu, ia juga mafhum dikenal sebagai dosen di ITB. Sejak 1960-an, ia sudah punya punya nama sebagai ilustrator dan pembuat karikatur. Haryadi juga disebut sebagai pemerhati dan penulis tema sejarah kebudayaan. Haryadi dikenal sebagai sosok yang dekat dengan ihwal budaya dan tradisi. Tradisi, bagi Haryadi Suadi, bukan hanya tentang Cirebon yang memang mengandung aneka percampuran nilai dan budaya (Sunda, Jawa, Islam, Hindu, Buddha, India, Arab, dan Tiongkok Cina), melainkan juga kaitannya dengan unsur budaya-budaya lainnya, seperti kebudayaan Bali, pengaruh tradisi Jepang, serta tentu juga prinsip modernisme melalui perkembangan seni rupa modern. Karya sinkretik Haryadi Suadi tak pernah terasa canggung dalam menampung berbagai pertemuan pengaruh dan unsur-unsur nilai budaya yang berbeda-beda itu. Menarik memang jika memperhatikan catatan kuratorial tentang Haryadi. “Haryadi sepertinya telah berhasil mengajarkan ‘kebaruan’ ialah pokok yang personal yang hanya akan bermakna ketika seseorang berhasil secara menerus memperbarui tiap-tiap pengalamannya terhadap berbagai nilai dan keadaan berbeda yang dihadapinya sepanjang masa hidupnya.” (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved