Saatnya Pembangunan Berkelanjutan

Usman Kansong
31/5/2015 00:00
Saatnya Pembangunan Berkelanjutan
(amazon.com)
SEMUA negara tentu harus melewati proses yang disebut pembangunan untuk mencapai kemajuan. Negara-negara maju (developed countries) memasuki gerbang kemajuan setelah melaksanakan pembangunan. Negara-negara yang sedang membangun (developing countries) tengah gencar melaksanakan pembangunan demi menapaki kemajuan. Lalu, negara-negara terbelakang (under developed countries) didorong untuk melaksanakan pembangunan agar kelak posisi mereka sejajar dengan negara-negara lain.

Namun, dalam perspektif kritis, pembangunan dituding hanya mengejar kemajuan dan pertumbuhan, tetapi tidak memperhitungkan ekses negatif­nya. Pembangunan acap dituding sebagai biang keladi dari berbagai persoalan di bumi, seperti ketimpangan ekonomi, ketergantungan, kemiskinan, penyakit, kerusakan sosial, dan lingkungan hidup. Kaum deve­lopmentalis dituntut menjawab kritik tersebut.

Jeffrey D Sach, profesor ekonomi pembangunan, menjawab kritik tersebut melalui konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).  Sach membahas konsep itu secara panjang lebar dalam buku The Age of Sustainable Development. Melalui buku itu, profesor yang Maret lalu berceramah di Center for Strategic and International Studies (CSIS),  Jakarta, itu hendak mengatakan inilah saatnya, eranya, dan masanya pembangunan berkelanjutan.

Apakah pembangunan berkelanjutan itu? Mengutip Brundtland, Sach mengungkapkan pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Lebih jauh, Sach menggarisbawahi pembangunan berkelanjutan merupakan kerangka holistis bagi masyarakat untuk menggapai tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan perkataan singkat, tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals/SDG's ialah pertumbuhan ekonomi yang inklusif secara sosial dan berkesinambungan dari sisi lingkungan.

Untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan dari SDG's, tulis Sach, tujuan keempat harus dicapai pula, yakni tata kelola pemerintahan yang baik, good governance. Dalam hal itu, negara harus memainkan peran kunci untuk memberdayakan masyarakat menuju kesejahteraan.

SDG's sesungguhnya transformasi dari Millennium Development Goals (MDG's). Perserikatan Bangsa-Bangsa mengintroduksi MDG's pada 2000. MDG's dianggap berhasil mengurangi kemiskinan ekstrem si seluruh dunia.

Pendekatan baru
Dalam konferensi tentang pembangunan berkelanjutan di Rio de Janeiro, Brasil, atau yang dikenal dengan Rio+20 Summit, pada Juni 2012, para pemimpin dunia menyatakan perlunya pendekatan serupa MDG's untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi dunia. Mereka bersepakat bahwa dunia membutuhkan pendekatan baru dan dramatis untuk mencapai tujuan pembangunan yang sesungguhnya. Mereka menyebut pendekatan itu sebagai pembangunan berkelanjutan.

Sach dipercaya merumuskan tujuan pembangunan berkelanjutan secara lebih detail. Ia merumuskan SDG's dalam 10 tujuan. Ia menyebut ke-10 SDG's itu sebagai jaringan solusi pembangunan berkelanjutan (sustainable development solution network/SDSN).

Ke-10 SDG's itu ialah 1) mengakhiri kemiskinan, termasuk kelaparan, 2) mencapai pembangunan ekonomi yang melampaui batas negara, 3) memastikan pembelajaran efektif bagi anak-anak dan kaum muda untuk hidup dan kehidupan mereka, 4) mencapai keadilan gender, inklusi sosial, dan hak asasi manusia untuk semua, 5) mencapai kesehatan dan kesejahteraan semua usia, 6) meningkatkan sistem pertanian dan memajukan produktivitas desa, 7) memberdayakan kota secara inklusif, produktif, serta berketahanan, 8) menekan perubahan iklim yang disebabkan manusia serta memastikan energi berkelanjutan, 9) menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati, memastikan manajemen air dan sumber daya alam secara baik, dan 10) mentransformasikan tata kelola untuk pembangunan berkelanjutan.

Mungkin ke-10 tujuan pembangunan berkelanjutan itu sangat ambisius dan ideal. Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana pembiayaannya? Sach mengakui keberhasilan SDG's membutuhkan banyak investasi baru, seperti infrastruktur air, energi, transportasi, sistem pendidikan, dan sistem kesehatan. Namun, ia yakin dengan pembiayaan publik (public finance), investasi untuk infrastruktur akan tersedia.

Buku itu merupakan ikhtiar seorang Sach untuk mewujudkan tatanan dunia (world order) yang lebih baik dan adil untuk generasi kini dan mendatang melalui pembangunan berkelanjutan. Sach telah bersusah payah merumuskan langkah-langkah konkret, bukan sekadar retorika, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut. Untuk itu, kita harus berterima kasih kepadanya.

Rasa terima kasih itu semestinya kita wujudkan dengan segera menjalankan langkah-langkah konkret yang dirumuskan Sach itu guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Saatnya membuktikan bahwa kita semua mampu mengubah dunia ke arah yang lebih baik melalui pembangunan berkelanjutan. (M-2)

miweekend@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya