Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SUATU kali ketika bepergian dalam mobil, Andi Suhandi cermat menyimak percakapan di antara rombongan Cahaya Anak Negeri. Yayasan sosial yang didirikan bersama Nadiah Abidin sejak 2006 itu mulanya fokus memberdayakan anak jalanan. Namun, kini yayasan itu merambah program orangtua asuh dan pembinaan anak-anak yang rentan dieksploitasi.
Dudung, 13, yang sehari-hari mengamen dengan polosnya berkata kepada teman perempuan di mobil yang sama, "Nanti kalau udah gede, nikah sama gue aja yuk!
" Andi penasaran, dia bertanya mengapa Dudung ingin menikahi gadis itu. Jawaban berikutnya mengejutkan dan terasa memilukan. "Ya kan enak, nanti kita bisa bikin anak yang banyak. Mereka (anak-anak itu) nanti disuruh ngamen terus kita bisa pensiun," ujarnya.
Bagi bocah seperti Dudung yang sehari-hari harus mengamen untuk memenuhi biaya kontrakan keluarganya, tidak terbayang masa depan selain yang kini ditemukannya di jalanan. Baik ibu maupun almarhum neneknya hidup mengemis, sementara ayahnya tinggal di rumah tanpa mengerjakan apa-apa. Dalam benaknya lahir konstruksi sosial yang menyesatkan, yaitu fungsi anak ialah mencari uang untuk disetorkan kepada keluarganya.
Lain lagi halnya dengan Rejah Satrio, 12, yang menjadi ojek payung lantaran diajak temannya. Ayahnya seorang pemulung, sementara ibunya menjajakan kopi keliling. Rejah paling menantikan hujan saat malam. Sering kali dia bisa membawa pulang uang Rp200 ribu. "Seneng dapat duit buat emak beli beras," aku bocah yang memiliki cita-cita spesifik ingin jadi masinis kereta monorel buatan Jepang.
Demikianlah potret nasib anak-anak penerus bangsa ini. Di saat sebagian anak hidup berkecukupan dan bisa bersekolah di sekolah bergengsi, tapi 'mengisi waktu luang' dengan tawuran, ada anak-anak yang justru terpaksa mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu sandang, pangan, dan papan.
Ada anak-anak yang menjadi korban eksploitasi orang kandungnya sendiri. Ada juga anak yang menyampaikan bahasa cinta kepada orangtuanya dengan rela turun ke jalan, melakukan pekerjaan apa pun yang bisa mereka lakukan.
Partisipasi publik
Ketika awal memulai kegiatannya, Cahaya Anak Negeri (CAN) yang berada di Bekasi memilih merumahkan dan menafkahi segala kebutuhan anak-anak jalanan binaan mereka. Seiring dengan berjalannya waktu, Andi Suhandi dan Nadiah Abidin, yang kini menjadi istrinya, menyadari anak-anak duafa, yatim, dan piatu pun amat rentan terjerumus ke jalan yang sama.
Pintu CAN yang terbuka 24 jam betul-betul merepresentasikan penerimaan yang dibutuhkan. Anak-anak yang banyak menghabiskan waktu di jalanan sudah kenyang dengan penghinaan dan penolakan. Karena itu, menurut Nadiah, hal terpenting di permulaan ialah upaya mendekati mereka, membuat mereka nyaman, dan tidak menggurui. "Kita mulanya cuma menawarkan tempat untuk mereka mandi dengan gratis," ungkap Nadiah yang ditemui di CAN, Jumat (1/4) malam.
Tawaran itu tentu disampaikan bukan dengan memandang rendah mereka yang tampil dekil, dengan rambut merah, dan badan beraroma sengatan matahari. Dengan halus, mereka ditawari mandi setelah gerah berpanas-panasan di jalan. Secara tidak sadar, anak-anak itu pun dibawa ke kebiasaan baik dari menjaga kebersihan tubuh, bersikap sopan, dan kebiasaan mencium tangan orangtua.
Tempat itu kemudian menjadi ruang mencurahkan perasaan dan beban hidup, tempat yang mereka percaya bisa menjaga rahasia. Jika Anda mampir ke CAN sekarang, Anda takkan menyadari di antara mereka ada anak yang masih sesekali ke jalan untuk mengamen, berjualan tisu, menjadi ojek payung, dan seterusnya.
Lewat diskusi, anak-anak diajak memahami pentingnya selalu jujur dan berbuat baik. "Biasanya mereka punya banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Mereka perlu diajak menemukan jawabannya, termasuk alasan mereka diciptakan. Mereka perlu jawaban itu. Tugas kita ialah membuat mereka yakin bahwa selalu ada konsekuensi dari perbuatan mereka," jelas Nadiah.
Setelah yakin niat untuk bersekolah mereka kuat, barulah intervensi pendidikan formal dilakukan dengan berbagai bantuan pembiayaan. Bagaimanapun, pendidikan menghadirkan pilihan bagi anak-anak. Anak yang selama ini memiliki cita-cita bisa diarahkan untuk tahu cara-cara mengejar cita-cita itu lewat pendidikan.
Lebih lanjut, Andi mengatakan pendidikan formal juga menjadi pengalihan waktu yang bagus. Anak-anak itu akan sibuk sekolah dari pagi hingga siang, lalu didorong untuk aktif di ekstrakurikuler hingga sore. Malamnya, sejak magrib, barulah mereka rutin ke CAN untuk salat bersama, mengaji, bermain, belajar, dan konseling.
"Kita sengaja pilih waktunya malam begini untuk mengurangi waktu mereka di jalan, juga peluang mereka menonton sinetron yang tidak baik di televisi," ungkap Andi soal strateginya.
Memang sempat ada orangtua yang marah karena aktivitas anaknya di CAN membuat mereka jarang mencari uang di jalan, tapi umumnya kekesalan itu terbayar oleh kompensasi lain. "Orangtua senang ketika melihat anak-anak mereka jadi lebih sopan. Mereka juga bangga saat anaknya dapat rangking di sekolah, apalagi saat pulang bawa medali," sebut Nadiah menambahkan banyak anak binaan mereka yang kini mendapat peringkat yang baik di sekolah dan ada 14 anak yang juara silat saat Bekasi Championship 2016.
CAN membuat program 'MLM Kebaikan', yaitu anak-anak hasil binaan tidak hanya belajar di sana, tapi juga mengajari adik-adik mereka yang lebih kecil. Selain mengasah pengetahuan, ini melatih kemampuan berbicara di depan umum dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Mereka pun menjadi relawan untuk melangsungkan kegiatan rutin di CAN.
Jika menyaksikan Samil, Anto, Yoko, Dela, Tia, Ayu, atau belasan relawan lain di sana saat memimpin kegiatan, Anda mungkin takkan menyadari mereka juga dahulu lebih banyak menghabiskan waktu bergumul dengan asap dan tatapan iba di jalan.
Pada akhirnya, Anda akan menyadari mereka anak-anak biasa yang hanya memerlukan kesempatan, pilihan, dan curahan perhatian. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved