Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SISI lain yang menarik dari Paris ialah sebuah toko buku yang cukup bersejarah dan terkenal di dunia. Lokasinya ada di dekat Gereja Notre Dame, Ile de la Cite, Place Saint-Michel dan di tepi Sungai Seine. Namanya Shakespeare and Company. Toko buku itu tidak besar, hanya rumah dua tingkat, tetapi mampu menyedot wisatawan dunia. Sebetulnya toko buku Shakespeare and Company yang ada di seberang Gereja Notre Dame bukan yang asli. Pertama kalinya toko buku bernama Shakespeare and Company berada di 8 Rue Dupuytren milik seorang ekspatriat Amerika, Sylvia Beach. Toko buku itu dibuka pada 19 November 1919. Kemudian Beach memindahkan toko bukunya di 12 Rue de l'Odeon pada 1922. Pada era 1930-an, toko milik Beach itu menjadi tempat berkumpulnya para penulis dari daerah mana pun. Lahirlah penulis-penulis muda dari lokasi toko buku itu. Sejumlah penulis muda seperti Ezra Pound, Ernest Hemingway, James Joyce, dan Ford Madox Ford pernah menulis di Shakespeare and Company. Bahkan Hemingway menuliskan toko buku itu ke memoarnya, A Moveable Feast. Saat Perang Dunia II pecah, Beach menutup toko bukunya untuk selamanya. Pada 1951, George Whitman membuka toko buku dengan nama Le Mistral, tetapi kemudian diganti dengan nama Shakespeare and Company. Nama toko itu dipakai atas izin Beach. Toko buku tersebut hingga sekarang masih buka. Whitman meninggal pada 2011. Toko bukunya diteruskan putrinya bernama Sylvia Beach Whitman hingga sekarang.
Rumah para sastrawan
Toko buku tersebut memiliki daya tarik, selain pernah disinggahi para penulis sastra besar, menyediakan tempat bagi para calon penulis yang tidak punya modal. Banyak calon penulis yang harus menginap di toko buku itu untuk mempelajari penulisan novel atau karya sastra klasik. Whitman pun pernah mengklaim sudah ada 40 ribu orang yang pernah menginap di Shakespeare and Company. Sebagai bagian daerah tujuan pariwisata, para turis sangat puas bisa mencari buku-buku yang tidak bisa diperoleh di negara mereka. Itu termasuk buku-buku yang dilarang beredar. Pierre, salah satu pegawai di Shakespeare and Company, menyebutkan toko buku tersebut pernah menjadi kantor jurnal sastra Paris Voices, tepatnya di lantai atas yang digunakan untuk perpustakaan. Kepuasan para penggemar buku dunia saat bertandang ke toko tersebut ialah, selain bisa membeli buku-buku sastra berkualitas, kepuasan saat buku mereka dibubuhi cap nama toko tersebut. Terlebih lagi buku-buku langka pun bisa ditemukan di toko tersebut. Karena itu, bagi para kutu buku, Shakespeare and Company menjadi surganya. Harga buku yang mahal pun tak jadi soal.
Shakespeare and Company telah lama berperan sebagai focal point kebudayaan menulis di lingkungan bohemian Paris. Tidak sedikit di toko buku itu lahir penulis-penulis andal setelah Hemingway, seperti Allen Ginsberg, Gregory Corso, dan William S Burroughs. Lokasi toko buku yang berhadapan dengan daerah pariwisata Paris membuat Hollywood pun melirik wilayah itu untuk diangkat ke layar lebar. Sutradara Richard Linklater lewat karyanya, Before Sunset, dan Woody Allen dengan hasil besutannya, Midnight in Paris, menjadikan toko buku Shakespeare and Company bagian dari film mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved