Sayangi dan Dengarkan Tubuh

MI/SITI RETNO WULANDARI
24/5/2015 00:00
Sayangi dan Dengarkan Tubuh
(MI/RAMDANI)
MAMPIRLAH ke Instagram Yoesi Aryani, 45. Perempuan yang mengampanyekan gerakan plant based yang hanya mengandalkan aneka tumbuhan berupa sayur, rempah, dan buah itu selalu sukses mengundang banyak komentar.

Cake ulang tahun dengan potongan stroberi di atasnya atau sup oyong tauge dengan potongan tahunya memang sedap di mata. Semuanya berbahan sayuran, bahkan sebagian tanpa melalui proses memasak alias raw food.

Pola makan berbasis sayuran, yang Yoesi sebut menjadi ibu bagi gaya hidup vegetarian dan vegan, memang kini menjadi salah satu perbincangan hangat di kalangan pecinta gaya hidup sehat.

Kini Yoesi bahkan juga menggelar healthy high tea, teh yang disajikan dengan bahan rosella dan bunga telang yang diseduh air hangat. "Jika ingin mempercantik tampilan teh bunga telang, dapat dicampur jeruk nipis ataupun lemon. Bukan sulap bukan sihir, warna air seduhan bunga telang berubah menjadi biru. Ada pula raw cake berbahan tepung tanpa gluten, kedelai, dan buah-buahan. Bahan-bahan itu dimasak dengan suhu di bawah 40 derajat celsius. Saat itu high tea kami masak lalu meminumnya bersama," kata Yoesi.

Geng Sayur 
Murid setia yang juga menginisiasi jamuan teh istimewa itu ialah Ratih Nurhandiyah, salah satu anggota Geng Sayur, kelompok perkawanan yang disatukan minat untuk belajar dari keterampilan Yoesi. Kendati berkomitmen penuh menjaga betul pola makannya, Ratih mengaku tak serta-merta menerima semua tren makan sehat yang silih berganti diperbincangkan kaum urban.

"Misalnya, saya pernah coba untuk mengonsumsi raw food, makanan yang diolah tanpa proses pemanasan, tetapi ada rasa tidak nyaman dalam tubuh. Saya sering kembung, saya pun mencoba mendatangi ahli naturopati dan disebutkan, tubuh saya tidak cocok dengan makanan dingin seperti raw food," kata Ratih.

Setia pada pola makan sehat, kata Ratih, memang sudah jadi pilihannya. Namun, ia juga sadar tak semua kampanye itu bisa diikuti. "Ya kalau tidak cocok jangan dipaksa, kita yang tahu tubuh kita. Ini kan gaya hidup sehat, jadi harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, bukan semata mengikuti apa yang sedang populer," tukas Ratih.

Komitmen pada sayur itu pun harus sayur organik. Sejak itu Ratih mengaku tak lagi merasakan migrain saat datang bulan.

Tak cocok, tak dipaksakan
Kiat cerdas untuk sehat juga dipraktikkan Miranti, 35, anggota Geng Sayur lainnya. Ia yang juga rutin mendatangi rumah Yoesi untuk membeli sayur organik telah tiga tahun berkomitmen agar hanya memasukkan makanan sehat ke raganya.

Untuk pilihan buah, Miranti lebih memilih hasil panen petani lokal. "Kalau buah impor sudah pasti mengandung bahan pengawet," kata Miranti. Ia mengaku tak lagi mengalami konstipasi, hanya pernah sakit selama tiga hari dalam setahun serta semringah dengan tampilan kulitnya.

Aneka buah dan rempah kini piawai betul ia padukan, mulai nanas, wortel, jeruk, sereh, kunyit, hingga jahe. Kendati sebagian pilihan bahan jusnya itu tak lazim, senada dengan Ratih, ia mengaku akan mencoba resep-resep masakan juga jus dari para pesohor gaya hidup sehat. Namun, ia juga berpihak pada lidahnya. "Jika merasa tidak cocok, tidak akan saya teruskan," kata Miranti.

Jika semula menjelajahi media sosial untuk mencari resep dan menjalin perkawanan dengan sesama penyuka makanan sehat, kini Miranti telah mulai membagi hasil inovasinya sendiri.

"Sejak mengenal gaya hidup sehat, saya mulai mencari tahu segala sumber yang masuk tubuh. Saya lalu melanjutkan membuat sabun dengan resep sendiri. Dengan begitu, saya jadi tahu apa yang dikonsumsi kulit. Karena tidak menggunakan pengawet, sabun itu ditaruh di tempat kering, jangan sampai terendam air," serunya.

Buat tempe sendiri                        
Ada pula kisah tentang Nina Kalsum. Berat badan perempuan yang bekerja sebagai perawat itu memang sempat turun 2 kg. Namun, berkah pada imunitas tubuhnya justru yang lebih ia apresiasi.

"Saya mulai meninggalkan makanan yang merupakan produk olahan hewan, seperti susu ataupun keju. Awalnya enggak suka sayur, lalu karena banyak mendampingi pasien kanker, saya jadi mengubah pola pikir dan memulai bersahabat dengan sayur dan buah," ungkap Nina.

Jika Yoesi menjadikan tanaman sebagai bintang di meja makan, Janti Alterjiwo, juga pengajar di kelas masak dan makan sehat, sempat membagi ilmu yang disebutnya tempeology. Miranti yang juga sempat mengikuti kelas Janti mengaku belajar cara membuat tempe sendiri, juga mengolahnya menjadi hamburger hingga kue muffin.

Sebagian besar kawan kelas memasaknya, kata Miranti, ialah para ibu muda yang masih semangat-semangatnya membuat makanan sendiri untuk keluarga baru.

Yoesi mengaku setuju dengan langkah anggota Geng Sayur yang tetap selektif mengikuti tren masak dan makan sehat. "Kini ada diet mayo, clean eating, raw food, hingga plant based. Ini bukan sekadar untuk menurunkan berat badan, lo, melainkan pilihan untuk sehat. Dengarkan kebutuhan tubuhmu, lalu berikan asupan yang sesuai, bukan lantas harus mengikuti cara konsumsi yang sedang marak," kata Yoesi.

Kuncinya, lanjut Yoesi, ialah membiasakan lidah mendapat asupan yang sehat. "Nanti lama-kelamaan akan terasa enak, kok. Kalau makanan seperti keripik sayur atau buah, harus pahami dulu, itu digoreng dengan minyak apa, kandungan tepung terigunya seperti apa, kan sampai kering biasanya, lalu nilai gizinya di mana? Ya habis, dong," tandas Yoesi. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya