Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KEBEBASAN berpendapat dan berekspresi di negara ini mendorong orang makin leluasa menyatakan pikirannya. Ini tentu kabar gembira. Sayangnya, tidak sedikit yang kerap berdebat dengan emosional dan menebar kemarahan, hingga kebebasan menyatakan pikiran tak lagi terasa elegan.
Membaca buku Kiai Kocak Ronde #4 Perempuan-Perempuan sang Kiai yang ditulis Abdul Muttaqin membuat saya teringat akan persoalan tersebut. Buku ini layak dibaca untuk belajar menyikapi perbedaan pendapat dengan santai atau malah jenaka.
Tulisan pertama contohnya, ketika membahas perkara alis yang dalam Islam dilarang untuk dicukur, mau tak mau membuat pembaca tergelak dalam tawa. Diceritakan, ada seorang perempuan muda berpenampilan keren dan modis, datang bertamu ke rumah Kiai Adung. Perempuan itu menanyakan soal hukum mencabut dan mencukur alis, merasa agama Islam kaku karena bahkan sampai sibuk mengurusi dan melaknat cukur alis.
Kiai Adung yang didampingi Nyai, istrinya, menangkap perempuan itu ngeyel. Orang-orang seperti itu punya kecenderungan untuk mencari pembenaran atas pandangannya, bukannya datang untuk mencari tahu soal kebenaran.
Perempuan itu meminta alasan masuk akal mengapa nabi umat Islam sampai harus melarang cukur alis. ''Alesannye sangat masup akal. Ngapain juga alis dicabutin dan dicukur-cukur? Emang alis elo bisa gondrong sampe sebahu kalau kagak dicabut dan
dicukur?'' seloroh Nyai dengan logat Betawi.
Berbeda dengan buku Kiai Kocak ronde terdahulu, tema yang diangkat kali ini memang lebih banyak persoalan perempuan. Uniknya lagi, gaya kocak dan eksentrik Kiai Adung tampaknya tertular ke istri dan putri mereka sehingga beberapa perdebatan yang hadir dalam tulisan pun diselesaikan dua perempuan itu.
Dalam bedah bukunya yang berlangsung di ajang Islamic Book Fair di Senayan (4/3), Abdul mengaku menulis buku Kiai Kocak untuk mengobati penyesalannya karena sempat terbawa pemikiran liberal. ''Pemikiran dari Barat tidak salah semua, tapi kalau menyangkut akidah, kita selayaknya mengambil dari Quran, hadis, dan cari dari
ulama,'' usulnya.
Kebiasaan mencari referensi dan panutan yang tepat ini juga memegang peranan penting dalam aspek keamanan. Dia berpandangan banyaknya umat muslim yang tertarik untuk bergabung dengan jaringan terorisme juga lantaran pemahaman agama yang lemah, lantas mudah diperdaya orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Membaca buku ini, mau tidak mau, saya mengangankan kultur diskusi di Indonesia bisa berkembang lebih sehat. Menyimak perdebatan yang emosional dan lebih menyerupai perang urat sangatlah melelahkan. Kiai Kocak memberikan sentilan telak, mengingatkan bahwa ada banyak perdebatan yang tidak layak. Ketika tidak bisa ditengahi dengan dalil dan dasar yang jelas, tak ada salahnya akhiri dengan jahil biar tidak menguras energi dan emosi. (Her/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved