Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
HAMPIR semua lukisan karya Titis Jabaruddin lekat dengan warna-warna teduh. Namun, kesan yang didapat dari visual justru berbeda. Bukan suasana sayup dan lembut, melainkan nuansa lirih dan berbau sendu. Setidaknya itulah yang didapati dari susur ruangan Gedung B Galeri Nasional Indonesia.
Tiga ruang pamer ditata sedemikian rupa guna membingkai tiga periode proses berkarya Titis bertema Garis Liris Titis yang digelar pada 15-26 Maret 2016.
Setengah abad, bukan waktu yang singkat dalam proses berkarya. Sebab itulah, pameran tunggal Titis Jabaruddin merupakan pameran retrospeksi selama 50 tahun Titis berkecimpung di dunia seni rupa.
Titis mengungkapkan alasan pameran itu ialah sederhana tapi bermakna. Itu merupakan sebuah hasrat untuk terus setia dan konsisten di jalur lukis.
''Bukan semata-mata untuk unjuk diri atas karya-karya saya, melainkan sebagai pertanggungjawaban saya,'' terang Titis.
Titis dikenal sebagai perempuan perupa pertama yang menggunakan pastel di Indonesia. Titis juga tercatat sebagai wanita pelukis pertama yang bergabung dengan Pasar Seni Ancol pada 1979. Begitu menurut catatan kurator Citra Smara Dewi.
Sebanyak 85 karya yang terdiri atas lukis, grafis, drawing, sketsa, dan digital art ditampilkan. Karya itu dibuat dalam kurun 1965 sampai 2016.
Pada pameran ini, karya Titis disusun dalam tiga periode. Pertama, periode 1965–1995 yang ditandai dengan karya sketsa hitamputih, lukisan potret cat minyak, dan lukisan soft pastel. Periode berikutnya ialah 1996–2010 yang menyajikan berbagai media seni
lukis seperti, soft pastel, cat minyak, cat akrilik, seni grafis, dan digital art. Periode 2011–2016 menyajikan perkembangan terkini karya-karya seni lukis soft pastel.
Pada periode kedua, Titis terlihat mengeksplorasi media dan teknik yang begitu intens. Berbagai tema pun disunting Titis dengan sangat dinamis. Pada periode ketiga, Titis memberikan nuansa religius, baik dari segi pendekatan teknis maupun tema. Pada periode ketiga serta periode ketiga 2011-2016, ia menyajikan perkembangan terkini dengan nuansa religius.
''Di periode kedua, Titis mengeksplorasi media dan teknik yang begitu intens, dan banyak tema yang disunting dengan teknik yang intens,'' tambahnya lagi.
Teknik dusel dan usel
Kembali pada warna lembut yang dominan pada hampir semua karya Titis. Gradasi warna harmonis dengan dominasi warna monokrom menjadi ciri tersendiri pada karya Titis era 80-an. ''Kekuatan karya lukis Titis terletak pada kepiawaian teknik dusel dan usel yang menghasilkan karya-karya dengan kecenderungan nuansa lembut, puitis, dan romantis,'' terang Citra.
Sepanjang pengamatan Citra, terdapat hal yang mesti digarisbawahi dalam membaca Titis. Pertama, respons terhadap lingkungan budaya. Kedua, peran ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus perupa. Dua hal itulah yang memengaruhi proses berkarya Titis selama kurun 50 tahun.
Namun, bagaimanapun, Titis ialah pelukis perempuan yang senantiasa membawa semangat untuk kaumnya.
Melalui medium kanvas dan kertas, Titis akan terus berkarya untuk dirinya dan kaumnya. ''Saya akan terus berkarya dan bereksplorasi. Seperti seorang petani, saya tidak akan pernah berhenti hingga kekuatan saya berakhir,'' tandas Titis.
Penanda ucap senada juga muncul dalam catatan kritikus seni Agus Dermawan T. Suatu ketika, Titis berucap ''Saya ingin mengusik hegemoni kaum lelaki dalam dunia seni lukis karena wanita juga punya kemampuan dan konsistensi dalam menggeluti seni lukis.'' (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved