Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KAMPUNG adat Kasepuhan Sinaresmi berada di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kampung tersebut masih mempertahankan adat istiadat kesundaan. Kasepuhan Sinaresmi merupakan satu dari tiga kampung adat Sunda selain Kasepuhan Ciptagelar dan Ciptamulya. Suasana di kampung adat tersebut masih sangat asri. Letaknya dikelilingi lahan persawahan dan perbukitan. Mayoritas masyarakat kampung adat di sana bekerja sebagai petani dan berkebun. Dari pusat Kota Palabuhanratu, untuk mencapai lokasi diperlukan waktu sekitar 2 jam menggunakan kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil. Di kampung adat Kasepuhan Sinaresmi pun hanya terdapat 73 suhunan (rumah). Salah satu kesenian yang masih dilestarikan saat ini ialah kesenian dogdog lojor, jipeng, dan wayang klasik. Kesenian tersebut sudah ada sejak abad ke-16. Namun, kini kesenian tersebut mulai terancam punah. Generasi penerus di kampung adat tersebutterkesan sudah mulai kurang berminat mempelajari kesenian itu. Sekarang, penduduk di sana yang masih melestarikan kesenian itu hanya sekitar 50 orang.
Ironisnya, yang mempelajarinya pun berusia di atas 50 tahun. Padahal, kesenian tersebut merupakan bagian dari khazanah budaya asli Sunda. Sudah beratus-ratus tahun kesenian tersebut digelar dalam berbagai acara resmi pemerintah, ritus adat, ataupun pergelaran budaya. “Anak-anak sekarang lebih memilih main gim. Makanya, sejak 12 tahun terakhir kesenian ini mulai terlihat lesu,” kata Tutunggul Kasepuhan Sinaresmi, Abah Asep Nugraha. Terancam punah Kondisinya akan lebih memprihatinkan jika betul-betul sudah tak ada lagi yang melestarikan kesenian tersebut. Apalagi jika tak ada peremajaan peralatan. “Bisa punah jika tak ada minat generasi muda mempelajari kesenian ini,” tambah Abah. Upaya mengajukan bantuan anggaran pemeliharaan peralatan sudah dilakukan. Akan tetapi, belum ada respons positif dari pemerintah. “Sering saya mengutarakan kondisi ini ke pemerintah, tapi belum ada respons. Selama ini dana perawatan kami kumpulkan secara urunan,” jelasnya. Peralatan kesenian tersebut tersimpan di Bangsal Ajeng. Peralatannya terkesan tak terurus. Empat buah gong, gamelan yang sudah tak lengkap, dan beberapa wayang golek terlihat sudah usang dan berdebu. “Iya, karena memang sudah jarang dimainkan. Kalau ada yang mau memelihara atau belajar, tentunya tidak akan seperti itu,” jelasnya.
Satu karakter
wayang klasik seharga tak kurang dari Rp1,5 juta, sedangkan seperangkat lengkap gamelan dan jipeng mencapai ratusan juta rupiah. Di kampung adat Sinaresmi yang bisa memainkan dogdog lojor hanya 12 orang, sedangkan wayang dan jipeng sekitar 25 orang. “Agar kesenian ini tak punah, mestinya sih masuk muatan lokal di sekolah-sekolah. Mereka bisa mengenali budaya Sunda sejak dini,” terangnya. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved