Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
AN Inventory of Losses, buku fiksi Jerman pemenang penghargaan bergengsi Wilhelm-Raabe-Literaturpreis karya penulis Judith Schalansky, kini bisa dinikmati pecinta sastra di Tanah Air dalam bahasa Indonesia.
Buku berjudul asli Verzeichnis einiger Verluste itu diterjemahkan dari bahasa Jerman ke bahasa Indonesia lewat Program Bantuan Penerjemahan lembaga kebudayaan Jerman Goethe-Institut dan diterbitkan pada 12 November 2020 oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sebanyak 12 kisah yang berdiri sendiri, di antaranya bercerita tentang ras harimau yang mati punah dan hilangnya sebuah pulau di lautan pasifik, disajikan dalam An Inventory of Losses.
Baca juga: Pudarnya Kritisisme Film di Media Arus Utama
Buku ini mengangkat tema mengenai daya tarik ruang kosong, kesempurnaan fragmen, kehadiran hal-hal yang telah hilang—dan kekuatan naratif yang abadi.
Judith Schalansky, penulis kelahiran 1980 di Greifswald, Jerman, piawai dalam merangkai kata. Dalam buku ini, ia memuat gaya bahasa serta hal detail dan menjadikannya sebuah cerita berdasarkan riset yang sangat mendalam, menjelajahi ruang, melintasi batas antara realitas dan imajinasi, antara kenyataan dan mitos, serta fakta dan fiksi.
Berkat kepiawaiannya, buku ini dianugerahi penghargaan Wilhelm-Raabe-Literaturpreis pada 2018. Penghargaan tersebut diberikan setiap tahun oleh Kota Braunschweig dan Deutschlandfunk serta diberikan kepada karya berbahasa Jerman yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan sastra dan penulis Jerman. Sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, buku ini telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa asing.
Judith Schalansky menyatakan ikatan terhadap buku ini bagaikan sebuah hubungan persahabatan yang terjalin erat sejak masa kanak-kanaknya.
“Buku ini sama seperti sebuah buku lain, lahir dari keinginan akan keberlanjutan, dari keinginan untuk membawa masa lalu ke masa kini untuk mengangkat yang terlupakan, memberi suara kepada yang terbungkam dan menyesali yang terlewatkan. Menulis tak akan membawa apapun kembali namun sanggup menjadikan segala sesuatu dialami karena itu buku ini memberi perhatian yang sama kepada pencarian dan penemuan, kehilangan dan pendapatan sekaligus memberi gambaran bahwa kehadiran dan ketidakhadiran barangkali beda tipis saja sepanjang ada memori,“ ujarnya.
Karya ini memikat Yayasan Pustaka Obor Indonesia hingga akhirnya tertarik menerbitkan buku Judith Schalansky karena tulisannya membawa kesadaran manusia atas kesadaran ruang dan waktu dengan segenap peristiwanya.
Buku ini sudah bisa diperoleh di toko buku Gramedia, website Obor, media sosial Obor, dan beberapa marketplace. Buku ini juga tersedia dalam versi e-book.
“Judith Schalansky mampu menggerakkan emosi dan kognisi untuk merawat kemanusiaan dan segala wujud peradaban yang mengiringi manusia pada zamannya. Untuk konteks Indonesia, seruan untuk menjaga dan merawat apapun yang ada penting bagi keberlangsungan keadaban bangsa,” kata Andreas Haryono, Editor Yayasan Pustaka Obor Indonesia. (RO/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved