Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENELITIAN terbaru mengungkapkan bahwa manusia Neanderthal dan Homo erectus, yang juga dikenal sebagai sepupu dari manusia modern, punah karena perubahan iklim. Para peneliti dari Universitity of Naples Federico II, Italia menyelidiki suhu, curah hujan, dan data pendukung tentang perubahan iklim yang terjadi selama lima juta tahun terakhir untuk mengungkap penyebab kemusnahan dua spesies manusia purba itu. Keduanya memiliki kemiripan genetik dengan manusia modern tersebut.
Mereka juga memodelkan evolusi dua spesies Homo tersebut dari waktu ke waktu dengan menginterpretasikan basis data ekstensif lebih dari 2.750 fosil untuk menganalisis adaptasi fisiologis yang berhasil dicapai. Hasil analisis tersebut mengungkapkan bahwa dua spesies Homo - H. erectus dan H. neanderthalensis - kehilangan sebagian besar ruang hidupnya.
"Temuan kami menunjukkan bahwa dua spesies Homo pada masa lalu ini tidak dapat bertahan hidup karena perubahan iklim yang intens pada masa itu," papar Profesor Pasquale Raia, peneliti senior dari Universitity of Naples Federico II seperti dilansir dailymail.co.uk Jumat (15/10).
"Mereka berusaha keras untuk bertahan hidup dengan pergi ke tempat-tempat terhangat yang dapat dijangkau, karena iklim waktu itu semakin bertambah dingin, tetapi pada akhirnya, usaha tersebut tidak cukup," tambahnya.
Menurut para peneliti, Neanderthal mengalami kepunahan sekitar 40.000 tahun yang lalu sementara Homo Erectus punah 70.000 tahun sebelumnya. Dalam kasus sebagian besar genus Homo tersebut, mereka gagal untuk bertahan hidup di tengah perubahan iklim yang terjadi.
Hanya Homo sapiens atau manusia modernlah, satu-satunya spesies dari genus Homo yang berhasil bertahan hidup karena kemampuan otak mereka yang superior, demikian kesimpulan yang sementara ini diyakini oleh para ilmuwan. Dalam publikasi penelitian tersebut di Jurnal One Earth yang terbit pada Kamis (15/10), para peneliti juga mengungkapkan bahwa manusia modern seharusnya dapat bercermin dengan sejarah nenek moyangnya yang rentan dengan perubahan iklim.
"Sangat mengkhawatirkan namun di sisi lain juga sangat mengesankan, saat mengetahui kisah nenek moyang bertahan hidup dari perubahan iklim, dibandingkan dengan spesies lain di Bumi yang tidak dapat bertahan itu, '' ungkap Profesor Raia.
"Saya pribadi menganggap ini sebagai peringatan keras, bahwa perubahan iklim membuat spesies Homo menjadi rentan di masa lalu, dan ini mungkin akan terjadi lagi," pungkasnya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved