Zona Lelaki dari Indonesia Fashion Week

Suryani Wandari Putri
13/3/2016 03:15
Zona Lelaki dari Indonesia Fashion Week
(MI/Rommy Pujianto)

Para pria didorong untuk tidak takut memakai busana bermotif, baik yang tradisional maupun yang bermotif kontemporer serbatabrak.

Dengan tema Reflections of culture, Indonesia Fashion Week (IFW) 2016 mengajak para desainer untuk menciptakan karya yang memberikan nilai tambah pada produk-produk heritage yang ada di setiap daerah di Indonesia. Di lini busana pria, unsur adati itu juga ditampilkan dua label Tanah Air dengan menarik. Sementara itu, desainer lainnya memilih bermain dengan bentuk jas dan motif kontemporer.

Motif adati

BERBAGAI gaya sweater yang dipadankan slim mendominasi koleksi terbaru Abee by Ariy Arka. Padanan serupa itu memang sedang cukup populer di lini busana pria belakangan ini, seperti yang terlihat pada selebritas dunia. Namun, koleksi yang diperagakan di Indonesia Fashion Week (IFW) 2016, Kamis (10/3), terasa segar sekaligus unik. Itu berkat aplikasi tenun di beberapa bagian, seperti pada leher, perut, dan bawah sweater. Dengan warna-warna pudar, aplikasi itu kontras dengan bagian lain sweater yang berwarna biru gelap. Hasilnya, penggunaan tenun cukup terlihat dan tetap maskulin.

Pada padanan lainnya, Ariy Arka menampilkan sweater dengan gambar dua ayam jago di bagian dada. Tenun hadir lewat kemeja yang dikenakan di bawah sweater. Tidak hanya pada label Abee, unsur adati juga ditampilkan desainer-desainer pakaian pria lainnya yang ikut menampilkan koleksi di peragaan Men's Zone itu.

Unsur adati bahkan terlihat lebih jelas pada koleksi label Fatih. Motif-motif batik menjadi daya tarik yang dimunculkan di sebagian sisi kemeja.

Salah satu yang menarik ialah kemeja biru terang dengan motif lereng pada pundak hingga tangan kanan. Tampilan keseluruhannya pun tetap kasual dan sporty karena Fatih memadankannya dengan celana yang digulung sebetis dan sepatu keds putih.

Penggunaan motif adati dengan cara berbeda terlihat di koleksi Play with Batik by Adjie Setyaji. Adjie menampilkan gambar-gambar fauna, seperti capung, katak, dan siput di tengah kemeja dan pada aksesori berupa kain bertali di bagian dada, Gambar-gambar itu sekilas seperti sketsa biasa, tapi nyatanya dibuat dari bordir perak dan unsur motif batik. "Kami tidak melupakan kultur, pada gambar hewan tersebut terdapat motif batik," kata Adjie kepada Media Indonesia.

Kontemporer dan glamor

Sementara itu, Dorren Mallory memilih mencomot motif adati dengan simpel dan glamor. Salah satunya terlihat pada padanan sweater dan celana dengan motif geometris yang kerap terlihat pada tenun. Dorren juga menggunakan songket dan bordir dari Tasik untuk koleksi jasnya. Selain itu, digunakan pula aplikasi bahan brokat di beberapa bagian. Dorren mengaku terinspirasi oleh penampilan orkestra dan gaya kerajaan.

"Saya ingin menampilkan busana kerajaan yang bisa dipakai laki-laki," kata Dorren. Serupa dengan Dorren, Dhanst by Dhany juga banyak menampilkan koleksi jas. Namun, ia minim menggunakan kain adati dan lebih banyak menyajikan motif kontemporer, termasuk kotak-kotak dengan tulisan labelnya di bagian tengah.

Desainer lainnya, Ilham Bahari, mengaplikasikan sedikit batik dan songket dalam bentuk garis sebagai penegas busana. Lewat koleksinya, ia ingin menunjukkan kepada para pria agar tidak ragu memakai motif, bahkan yang saling tabrak. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya