Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
ERA digital menjadi medium yang membuat usia muda produktif. Lapangan pekerjaan konvensional yang selama ini ada memang membatasi ruang gerak mereka untuk berkreasi. Wirausaha menjadi jalan keluar. Namun, sebelum era digital ada, mereka selalu dibatasi dengan pasar.
Kini kendala itu mampu didobrak dengan berbagai macam inovasi unit usaha yang berbasis digital. Mereka kebanyakan berasal dari wirausaha berusia muda. Akhirnya, lapangan pekerjaan bisa diciptakan dan produknya dipasarkan sendiri.
''Pasar menjadi suatu hal yang tak terbatas di era digital sehingga perlu konten. Wirausaha muda kini banyak mengisi ruang pasar yang tidak terbatas. Para pelaku e-commerce bersaing dengan produk yang tidak ada selama ini,'' kata Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf, saat berbincang dengan Media Indonesia,
Selasa (1/3).
Para wirausaha muda selalu melahirkan usaha dengan ide-ide yang baru. Peledakan usia produktif pun akhirnya didukung dengan digitalisasi pasar. Kesempatan berkarya dan berusaha akhirnya tidak terbatas ruang.
Dalam hal itu, Bekraf akan menjadikan aplikasi dan gim yang berada di bawah naungannya agar bisa terus memotivasi, memberikan gagasan, jasa, dan peluang besar terhadap anak-anak muda.
''Aplikasi juga jadi prioritas program Bekraf. Selama ini, kami sudah menjalin kerja sama lintas kementerian. Semisal e-commerce, belum ada peraturannya, tapi sekarang sudah ada road map-nya untuk membuka potensi-potensi sehingga bisa tahu kebijakan apa yang dibuat dan diubah untuk memperlancar pertumbuhan e-commerce,'' lanjut Triawan.
Penjualan produk industri kreatif yang paling familier ialah melalui bisnis e-commerce yang menjual berbagai kreasi, mulai fesyen, kerajinan, makanan, hingga elektronik. Fesyen merupakan salah satu target penjualan yang terbesar. Pengenalan dan penjualan produk fesyen dapat dilakukan melalui akses internet atau daring.
''Pemerintah saat ini harus punya program yang jelas, tidak hanya membagikan uang,'' ungkap guru besar ilmu ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali, saat dihubungi Media Indonesia, Selasa lalu (1/3).
Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta, Indonesia hanya membutuhkan 5 juta wirausaha untuk membuat negara sustainable di bidang ekonomi. Langkah yang dilakukan ialah mendidik usia muda melalui pusat pengembangan ekonomi kreatif dan
memfasilitasi pembiayaannya.
''Kini Indonesia dihadapkan dengan tantangan bagaimana bisa memberikan ruang agar kegiatan ekonomi kreatif ini bisa berjalan,'' jelasnya.
Ritel daring
Hingga akhir 2014, ekonomi kreatif juga mampu menyumbangkan Rp716 triliun atau setara dengan 7,06% total produk domestik bruto (PDB). Bahkan, menurut laporan riset Macquarie, potensi penjualan ritel daring akan terus tumbuh dan tembus angka US$12
miliar per tahun pada 2018.
Tentu saja, kalau semua pihak bergerak merebut dan memanfaatkan potensi yang ada, masyarakat Indonesia sendiri yang akan menikmati ceruk pasar itu. Peluang itu hendaknya direbut generasi muda Indonesia agar bangsa ini bisa semakin sejahtera.
Kisah Muhammad Alfatih Timur, cofounder & CEO Kitabisa.com, juga bisa dijadikan pelajaran. Pria yang akrab disapa Timmy itu hanya butuh setahun untuk menjalankan usaha Kitabisa yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk berdonasi. Pada 2013, Timmy melihat banyak orang yang berniat baik untuk berdonasi, termasuk dirinya, tapi tidak tahu cara untuk mendapatkan tempat yang transparan.
''Saya juga ingin membuat usaha yang punya dampaknya lebih besar, skalanya juga bisa ditingkatkan, lebih mudah dikembangkan lagi, dan relatif cepat untuk membuatnya,'' ujar Timmy, salah tokoh muda yang masuk daftar 30 Under 30 Asia majalah Forbes
(26/2).
Baginya, membangun usaha berbasis digital hanya perlu memperhatikan tiga hal penting, yakni programer, pelanggan, dan validasi. Sampai saat ini, sudah 50 ribuan orang yang menggunakan Kitabisa.com.
Keberadaan generasi muda seperti Timmy sangat mendukung ekonomi kerakyatan dan membuat seluruh komponen terkait untuk ikut serta menikmati keuntungan yang didapatkan perusahaan. Jika perkembangan model bisnis itu semakin besar, kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan bagi pihak yang terlibat akan semakin banyak pula. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved