Serunya Pertarungan para Robot

(Jonathan Patrick Andreas, /M-1)
06/3/2016 06:00
Serunya Pertarungan para Robot
(DOK JONATHAN)

KERUMUNAN penonton terlihat mengelilingi arena di aula tengah SMA Negeri Unggulan Thamrin. Di tengah arena, terlihat dua robot beroda yang sedang mengadu kekuatan dan saling mendorong agar lawan keluar dari arena. Di kedua sisi arena, terlihat dua anak SMP yang terlihat fokus memainkan remote control untuk mengendalikan robot di arena. Kelihaian kedua anak SMP mengendalikan robot itu memang terlihat cukup mahir. Akhirnya, salah satu robot terjungkal keluar arena. Sambil mengepalkan tangan, pemenang terlihat lega sekaligus gembira melihat robot lawan terjungkal. Masih dalam euforianya, pemenang menyempatkan diri untuk bertemu Medi. Rupanya sobat Medi itu sedang mengikuti
kompetisi Sumo Robotik dalam Thamrin Olympiad and Cup VI (TOC VI), di Bambu Apus, Jakarta Timur, Jumat (26/2). Sobat Medi yang berasal dari Bandung itu patut diacungi jempol. Mereka ialah Raka Pangestu Putra dan Thoufi q Reyhan Asshidiqi.

Keduanya, yang masih mengenyam pendidikan di SMP Salman Al Farisi Bandung, berhasil mengalahkan beberapa kompetitor yang duduk di bangku SMA. Mereka tergabung dalam ekstrakurikuler klub robotik dengan nama Myrobo. Mereka menjelaskan kompetisi memperbolehkan peserta untuk membawa seorang cadangan agar bisa menggantikan apabila salah seorang gugup atau tiba-tiba tidak mau melanjutkan pertandingan. "Wah sangat senang bisa menjuarai kompetisi ini karena sebelumnya sudah pernah mengikuti TOC V, tapi didiskualifikasi karena robotnya mengalami gangguan teknis sebelum mulai bertanding. Udah gitu saya juga mengalahkan lawan yang lebih tua daripada saya, ucap Raka dan Thoufiq girang. Menurut Kak Rakha Kahansa Putra, Ketua Panitia TOC VI, sekarang ini teknologi di bidang informatika memang sangat luas dan berkembang pesat, terutama di bidang robotika. Kata Kak Rakha, itu sesuai dengan tujuan acara itu, yakni menjadi wadah bagi siswa/i SMP dan SMA di Indonesia untuk menyalurkan minat dan bakatnya di bidang olahraga dan sains. TOC VI berusaha memberikan wadah bagi penggemar robotik untuk beraksi di acara tersebut.

"Di beberapa negara maju, robot tidak hanya digunakan pada bidang industri, tapi juga mengarah ke dunia hiburan. Makanya, selain menghadirkan lomba robotik kategori maze solving & creativity, kami juga menghadirkan sumo robotic sebagai hiburan," terang Kak Rakha. Robot sumo itu harus mendorong lawannya hingga keluar arena. Apabila berhasil mendorong lawannya keluar arena, robot itu dinyatakan menang," terang Kak Rakha. Menurut Kak Rakha, gaya bertarung robot sumo ialah adu dorong karena konsepnya bukan battle robot, melainkan sumo robot. "Tentu saja tameng dari robot sumo ini tidak boleh tajam, harus tumpul. Pokoknya tidak boleh merusak robot lawan. Hanya adu dorong sampai salah satu keluar dari arena," terang Kak Rakha. Raka dan Thoufiq menilai membuat robot sumo itu tidak mudah. Banyak yang harus diperhitungkan, seperti massa, panjang, lebar robot, dan bentuk tameng.

"Ketentuan TOC itu baterainya tidak boleh lebih dari 12 volt. Itu dua baterai litium 6 volt untuk robot. Lalu tidak boleh lebih besar 30 x 30,” terang Raka yang mengaku menghabiskan kurang lebih Rp2 juta untuk membuat robot sumo. “Yang paling penting dari sumo itu strategi. Bagaimana cara menyerang, bagaimana cara bertahan, dan bagaimana cara menghindari serangan. Kalau menyerang, jangan terlalu gegabah, pelan-pelan dulu," terang Thoufi q. Bagi Raka dan Thoufiq, siswa SMK itu lebih berpotensi menjadi juara karena mereka sudah berkenalan dengan mesin secara mendalam daripada anak SMA atau SMP. "Kalau kami kan hanya dari bimbingan guru eskul dan belajar secara autodidak," terang
Raka dan Thoufiq.

Maze solving
Selaku panitia, Kak Rakha menjelaskan lomba robotika itu ada tiga kategori, yaitu maze solving, sumo, dan creative. Pada kategori creative, ditetapkan tema Robot for better environment. “Jadi, peserta dibebaskan membuat robot apa saja asal ada hubungannya dengan lingkungan, misalnya, robot berbentuk tempat sampah yang bisa mendekatkan diri ke orang yang ingin membuang sampah,” terang Kak Rakha Sementara itu, pada maze solving, robot peserta harus bisa melalui lintasan yang sudah disiapkan panitia. Jadi, di maze solving, peserta memprogram robotnya agar bisa melalui lintasan tersebut. "Di trek itu, ada cek poin yang harus dicapai peserta. Peserta harus mencapai garis akhir sesuai dengan waktu yang ditentukan. Namun, itu tidak mudah karena harus memprogram robot agar bisa mengikuti trek. Itu terdengar mudah, tapi tidak simpel dan memang cukup rumit," ujar Kak Rakha yang pernah mengikuti lomba maze solving di Nanyang University, Singapura.

Sobat Medi, juara lomba robotika TOC VI kategori maze solving ialah Kak Giras Gumiwang Antares Sabesto, ari SMAN 79, Jakarta Selatan. Kak Giras juga mau menyempatkan diri untuk bertemu Medi lo! Kakak yang duduk di kelas itu mengaku aspek terpenting ialah pandai dan cermat dalam memahami trek. "Kemudian pengambilan keputusan yang tepat untuk mendapatkan poin setinggi mungkin dengan tingkat kesalahan sekecil mungkin. Dengan akurasi jalan robot 90%," terang Kak Giras. Nah, karena maze solving ini terbuka bagi siswa SD, SMP, dan SMA, Kak Giras sangat mengapresiasi adik-adik yang duduk di bangku SD dan SMP yang sudah mengikuti kompetisi ini. "Untuk kemampuan, mereka sudah bagus, mental juaranya juga layak diacungi jempol," puji kak Giras. (Jonathan Patrick Andreas, /M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya