Harum Rezeki dari Bisnis Sabun

Dzulfikri Putra Malawi
28/2/2016 02:37
Harum Rezeki dari Bisnis Sabun
(MI/Galih Pradipta)

Berbekal kursus kurang dari seminggu, ibu rumah tangga ini mampu menjalankan usahanya dengan omzet ratusan juta rupiah setahun.

SEBAGAI perempuan yang aktif bekerja, Brilyantini kerap disibukkan dengan berbagai aktivitas. Karena itu, perempuan yang akrab disapa Bril itu sempat bingung ketika dirumahkan dari tempatnya bekerja. Untungnya, itu tak berlangsung lama. Dia lantas banting setir menjadi penyelenggara event untuk acara anak dan menulis buku sekadar mengisi waktu luang.

Akan tetapi, kedua pekerjaan itu juga dia tinggalkan. Sejak 1,5 tahun belakangan, mantan pemimpin redaksi salah satu tabloid ternama itu memutuskan terjun ke bisnis wewangian dengan memproduksi sabun sendiri dengan merek dagang Bril. "Waktu itu saya ikut kursus membuat sabun. Tahu dari posting-an teman di media sosial. Saya memang suka untuk ikut-ikut kursus," kisahnya mengawali perbincangan dengan Media Indonesia di kawasan Cikini, Selasa (16/2).

Sabun yang dibuat memang Bril tidak semua organik, tapi seluruh produknya dibuat sendiri dengan cara alami. Kata dia, tidak semua sabun alami bisa dibuat secara organik karena butuh lisensi khusus. Seluruh sabunnya dibuat memang berasal dari bahan-bahan alami, seperti coconut oil, olive oil, corn oil, palm oil, dan castor oil. Selain itu, pewarna sabunnya tidak menggunakan bahan sintetik, tapi pewarna khas kosmetik, seperti clay untuk warna merah mudah dan activated charcoal untuk menghasilkan warna hitam.

"Sabun yang bagus itu mengandung minyak kelapa karena daya bersihnya paling bagus. Tapi kalau terlalu banyak minyak kelapa juga akan kering kulitnya. Maka dari itu saya harus meramu dengan resep sendiri. Atau biasanya menggunakan program soap calculator," paparnya.

Selain kandungan bahan alami, proses pengerasannya pun tidak menggunakan pengeras buatan. Butuh 4-6 minggu agar seloyang adonan sabun bisa mengeras dan siap dipakai. Biasanya di minggu kedua Bril akan memotong sesuai dengan ukuran (100-110 gram), lalu memasuki proses curing untuk memisahkan kandungan air.

Ribuan gram ia hasilkan dalam seminggu sembari mengurus seorang anaknya yang baru duduk di kelas 2 SD. Bril berharap kegiatan yang dilakukannya juga dapat menginspirasi para ibu lainnya yang mau mandiri dan berkreasi.

Uniknya, sabun buatan Bril mengandung bahan-bahan alami yang sangat bervariasi, mulai beragam kopi-kopian Nusantara yang dipilih dan disangrai secara baik dan tepat dengan rekan ahli kopi yang dikenalnya, yoghurt, black rose dengan kandungan activated charchoal, teh dari Jepang (ashitaba), chamomile, hingga sutra.

"Enaknya membuat sabun sendiri saya bisa berkreasi dengan bahan-bahan yang saya inginkan. Tentunya semua bahan itu memiliki manfaat yang baik," ujarnya.

Sabun-sabun itu juga rupanya banyak diminati orang sebagai buah tangan. Biasanya, untuk suvenir semacam ini, Bril membuatnya dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran sabun biasa, yakni 60 gram. Untuk setiap potong sabunnya, Bril mematok harga Rp35.000-Rp70.000.

Kini, dalam setahun, omzet Bril mencapai ratusan juta rupiah dengan modal hanya Rp10 juta, termasuk biaya kursus. Jika momen-momen tertentu datang, seperti Lebaran, Natal, dan tahun baru, ia harus dengan sigap menyiasati kemasan produknya. "Awalnya saya bingung mau menentukan harga berapa untuk sabun saya karena tidak punya latar belakang pedagang.

Akhirnya saya baca-baca tentang formula berbisnis seperti apa. Pelanggan pertama saya dari sahabat-sahabat. Kemudian masuk ke komunitas-komunitas," terangnya. Kini Bril sudah bekerja sama dengan beberapa toko yang memasarkan sabunnya. Selain itu, dia juga membuka toko dairng di Facebook dan Instagram dengan akun @bril_savonnerie. Selain sabun, Bril juga membuat lip balm tanpa petrolium.

Berdayakan perempuan

Dari bisnis yang dijalaninya, Bril mendapatkan paradigma baru dari proses pembuatan sabun. Selama ini, lanjutnya, ia tidak tahu sabun yang dipakai ialah deterjen. Padahal, kulit manusia sangat peka menyerap sesuatu. Dengan kata lain, selama ini orang-orang menyerap racun dari deterjen yang tersimpan di lapisan bawah kulit yang kemudian menyebar ke darah. Rasa kekhawatiran itu lantas memantapkan Bril untuk membuat sabun alami sendiri dan memasarkannya ke masyarakat.

"Semangat untuk memberikan pengetahuan ini yang ingin saya bawa kepada masyarakat lewat sabun produksi saya. Selain itu, saya ingin memberdayakan perempuan untuk bisa memproduksi. Bagi saya perempuan juga harus kuat secara ekonomi sehingga bisa mandiri," harapnya.

Bril kini sedang mempersiapkan sebuah program pelatihan membuat sabun yang bekerja sama dengan lembaga sosial masyarakat yang juga memiliki perhatian terhadap perempuan di daerah-daerah. "Tahun ini semoga sudah bisa dimulai dari Lombok," pungkasnya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya