Mimpi Emas dari Italia

MI/IWAN J KURNIAWAN
26/4/2015 00:00
Mimpi Emas dari Italia
(MI/Immanuel Antonius)
SEUSAI menyalami satu per satu tamu, seniman visual art sekaligus fotografer, Peny Pujianti, langsung mengambil tempat duduk di depan ruang pameran. Ia menjadi salah satu sosok yang menjadi perhatian sore itu. Dengan wajah tersenyum, ia pun sigap naik ke panggung. Pidato singkat dalam dua bahasa, yaitu Italia dan Inggris, fasih meluncur dari mulutnya. Maklum, mayoritas pengunjung merupakan ekspatriat yang sedang berada di Jakarta. Peny hadir lewat pameran tunggalnya Sogni d'Oro (Mimpi Indah) di Pusat Kebudayaan Italia, Menteng, Jakarta.

Pameran tunggal ini menyuguhkan seni ilustrasi dan fotografi yang berlangsung, pada 17-24 April mendatang. "Italia menjadi inspirasi sehingga semuanya tentang objek yang saya temukan di sana. Saya menghadirkan ilustrasi dan fotografi karena ingin merealisasikan mimpi-mimpi saya," ujar Peny, di sela-sela pameran, pertengahan pekan lalu. Karya ilustrasi pada pameran ini cukup kuat dengan suasana di Italia. Ia menghadirkan The Hidden Pian di Massiano, The Four Seasons Mountain, The Green Curtain from the Sky, Dementia Empire, dan The Hidden Pian di Massiano.

Karya The Green Curtain from the Sky, misalnya, menggambarkan sebuah jalan menuju langit. Ada sebuah kastel tampak jelas, sementara tapak-tapak jalan pun berkelok. Tentu saja, ini sebagai imajinasi Peny saat ia melihat berbagai hal selama menetap sementara di negeri spageti tersebut. Perempuan kelahiran Jakarta 24 Oktober 1983 itu pun mengaku jatuh hati dengan suasana Italia karena unik. Budaya hingga alam di 'Negeri Piza' itu pun membuka idealismenya untuk mengupas dan memotret kondisi di sana untuk dipamerkan kali ini. Pameran Sogni d'Oro merupakan sebuah refl eksi setelah ia bertandang ke beberapa daerah di Italia pada 22 Maret hingga 14 April lalu.

Tentu saja, ia pun mengaku ada kedekatan dengan Italia, terutama pada bangunan bersejarahnya. Sebelumnya, ia pernah ke negeri itu pada 2010 dan 2012 silam. Pada karya fotografi, ia menghadirkan berbagai suasana. Mulai dari objek wisata, bangunan tua, kuliner, hingga gaya hidup masyarakat Italia. Namun, khususnya fotografi, ada karya menarik. Itu terlihat lewat karya berjudul Dalla Porta di Sant' Angelo yang dia potret di Perugia, Umbria. Pada karya ini tampak ada bangunan gereja di perbukitan.

Di temboknya tertulis kalimat L'artista e'un piccolo dio con un dolore, yang berarti 'seniman ialah tuhan kecil dengan rasa sakit di sekujur jiwanya'. "Visual art ini memberikan pendekatan rasa. Saya harus berjam-jam berjemur untuk menunggu momen yang penting. Wajah saya jadi kehitaman, nih, karena sinar matahari. Saya jalan di kota hingga ke beberapa lokasi di Roma," kisah Peny, semringah. Lewat fotografi, perempuan ini mencoba untuk membaca kembali peradaban. Baginya, semua hal-hal berbau budaya perlu untuk disikapi secara positif, terutama membawa negara Italia ke Indonesia. "Ini bukannya saya tidak cinta Indonesia. Saya ingin agar karya saya berbeda di sini. Perbedaan itulah yang bisa menyatukan manusia dari belahan dunia lainnya," tuturnya, filosofis. "Peny sudah melakukan perjalanan dan tinggal sementara di Italia. Kini ia pulang ke sini untuk menunjukkan karya terbaiknya. Ini patut diapresiasikan," tutur Michela Linda Magri, Direktur Pusat Kebudayaan Italia di Jakarta yang hadir membuka pameran.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya