ORANG-ORANG Yanomami Amerindian menjadi manusia yang punya keragaman bakteri usus tertinggi. Fakta itu ditemukan para peneliti dari New York University dan Washington University yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances, Kamis (16/4).
Di pedalaman Amazon terdapat suku Amerindian yang hidup dengan mengandalkan aktivitas berburu meramu sebagai cara untuk mendapatkan bahan makanan. Di dalam tubuh orang-orang suku Yanomami itu ditemukan mikrobiome dengan tingkat kandungan keragaman bakteri tertinggi dari yang pernah didokumentasikan untuk manusia. Mikrobiome merupakan kumpulan mikroba dalam jumlah yang sangat banyak yang terdapat di dalam tubuh manusia dengan fungsi yang bermacam-macam.
Menurut hasil penelitian, suku Amazon itu tidak pernah bersentuhan dengan antimikroba komersial, bahkan beberapa cenderung resisten terhadap antibiotik buatan. Artinya, imunitas mereka telah jauh ada sebelum obat modern datang. Resistensi pada antibiotik itu disebabkan adanya 28 gen pada genom bakteri.
"Ini bukti bahwa resistensi antibiotik itu alami, cuma perlu diaktivasi dan diamplifikasi setelah penggunaan antibiotik," kata Gautam Dantas dari Washington University.
Hasil penelitian itu cukup mengejutkan, sebab selama ini penelitian mikrobiome hanya berfokus pada manusia dengan praktik gaya hidup barat yang cenderung mengurangi kelangsungan hidup dan transmisi mikroba, atau pada masyarakat tradisional yang saat ini sedang dalam masa transisi gaya hidup. Ilmuwan berharap penelitian ini berhasil mengÂungkap mikrobiome nenek moyang manusia jauh sebelum masa industri berlangsung.
Suku Yanomami pertama kali dikontak pada 1960. Pada 2008 lalu, helikopter militer mendapati wilayah Desa Yanomami yang belum terpetakan di dataran tinggi Orinoco, Venezuela Selatan. Setahun berikutnya, sekelompok peneliti mulai mengumpulkan penyeka mulut, kotoran, dan sampel kulit lengan dari 34 warga desa usia 4 sampai 50. Tim diketuai Maria Dominguez-Bello dari New York University.
Dari hasil analisis DNA mikroba, peneliti mengungkapkan keragaman bakteri yang jauh lebih tinggi ketimbang sampel dari Amerika Serikat, suku Guahibo di Venezuela, dan suku Malawi di Afrika. Tingkat keragaman mikrobiome masyarakat industri diketahui 40% lebih rendah. Beberapa bakteri diketahui bermanfaat, seperti untuk mencegah pembentukan batu ginjal.
Meski suku Yanomami tidak berkenaan dengan obat moÂdern, sampel tinja menunjukkan bakteri usus yang mengandung gen tertentu yang berfungsi layaknya antibiotik.
Peneliti memperkirakan gen itu berasal dari pertukaran antara mikroba manusia dan bakteri tanah, yang menghasilkan antibiotik alami untuk membunuh bakteri pesaing. Bahkan, sebagian besar antibiotik yang dikembangkan pada 1940-an dan 1950-an berasal dari bakteri tanah. Hal itu menunjukkan tidak perlu antibiotik untuk memiliki gen resisten antibiotik. (iflscience.com/sciencemag.org/Zuq/L-2)